Oleh : Rachel nababan
NIM : 111201073
NIM : 111201073
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pengelolaan Hasil Hutan
Bukan Kayu (HHBK) merupakan upaya yang dicanangkan pemerintah untuk dapat
meningkatkan pendapatan dan kulaitas hidup masyrakat. Untuk lebih mengembangkan
dan meningkatkan produksi hasil hutan bukan kayu ini pemerintah telah
mengeluarkan beberapa kebijakan terkait upaya pengembangan hasil hutan bukan
kayu dimaksud. Dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu baik yang berasal
dari kawasan hutan maupun luar kawasan hutan melalui kebijakan pengembangan
HHBK diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada hasil hutan kayu,
meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dari HHBK serta menumbuhkan
kesadaran memelihara kawasan hutan, meningkatkan devisa sektor kehutanan bukan
kayu dan terciptanya lapangan kerja baru di sektor kehutanan yang berasal dari
komoditas HHBK (Dephut 2009). Selain itu dengan pengembangan hasil hutan bukan
kayu ini diharapkan terjadinya optimalisasi pemanfaatan HHBK, yang meliputi
jumlah jenis, bentuk dan tahap pengolahan serta mutunya dan terjadinya
optimalisasi potensi daerah dalam pengembangan HHBK sebagai alternatif sumber pangan,
sumber bahan obat-obatan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan lainnya yang
dapat meningkatkan ekonomi lokal dan nasional.
Sejalan dengan adanya
upaya pemerintah pusat dalam mengembangkan HHBK, pemerintah daerah mendukung
program tersebut dengan menggali semua potensi yang ada untuk memberikan
kesejahteraan pada masyarakatnya. Humbang Hasundutan salah satu kabupaten yang
terdapat di Provinsi Sumatera Utara, memiliki potensi sumberdaya alam untuk
dikembangkan sebagai salah satu sentra produksi hasil hutan bukan kayu yaitu
kemenyan. Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax
spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu
getah kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan. Sesuai
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil Hutan Bukan
Kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK)
nabati yang masuk dalam kelompok resin.
Kemenyan
(Stryrax sp) yang termasuk famili Stryraccaceae dari ordo
Ebenelesdiusahakan oleh rakyat Sumatera Utara di tujuh Kabupaten, terutama di
Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, dan Toba Samosir.
Tanaman ini juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah
meski tidak terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di
Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan
( http://Kemenyan, Getah
Magis yang Dulu Senilai Emas,2007.kemenyan).
Kemeyan adalah salah
satu pohon yang tumbuh di hutan belantara dan sering kita jumpai di hutan-hutan
di daerah pegunungan,kebun karet,dan hutan tua (rame atau kompong). Pohon ini
tumbuhnya bisa di sembarang tempat.pertumbuhan pohon kemenyan ini dari biji
yang jatuh atau yang di makan oleh binatang seperti tupai.dengan mudahnya
tumbuh maka pohon kemeyan ini tidak ada orang yang mau
memgembangkannya,sehingga sampai sekarang pohon kemenyan ini sudah hampir
punah.banyak di tebang oleh warga yang membikin ladang dan jarang orang tahu
banyak tentang manfaat pohon ini.
Menurut Jayusman (1997)
ada dua jenis kemenyan yang tersebar di Sumatera Utara, yaitu kemenyan toba (Styrax
sumatrana J.J.SM) dan kamenyan durame (Styrax benzoin). Kedua jenis
tanaman kemenyan ini termasuk Ordo Ebenales, Family Styraceae dan
Genus Styrax. Sebaran hutan kemenyan di Sumatera Utara pada tahun 2007,
Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas tanaman kemenyan yang terluas yaitu
kurang lebih 16.359 ha, sementara Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki hutan
kemenyan kurang lebih seluas 5.593 ha. Berbanding lurus dengan luasan tanaman
kemenyan yang dimiliki, Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan juga
merupakan dua kabupaten yang paling banyak memproduksi getah kemenyan. Pada
tahun yang sama, Tapanuli Utara memproduksi sebanyak 3.634,12 ton dan Humbang
Hasundutan sebanyak 1.403,23 ton (BPS Provinsi Sumatera Utara 2008).
Berdasarkan luasan dan jumlah produksi, Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang
Hasundutan merupakan dua kabupaten yang potensial untuk dijadikan sebagai
sentra produksi dan pengembangan tanaman kemenyan di Provinsi Sumatera Utara.
Di Kabupaten Humbang
Hasundutan sendiri yang merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten
Tapanuli Utara, sebaran tanaman kemenyan ditemukan pada 6 kecamatan dari 10
kecamatan. Kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang memiliki hutan dan
atau kebun kemenyan paling luas, yaitu 1.618,5 ha diikuti Kecamatan
Sijamapolang dengan luasan 1.150 ha (BPS Kab. Humbahas 2009). Masyarakat di
daerah ini sudah sejak lama mengenal dan mengusahakan kemenyan sebagai sumber
mata pencaharian. Melihat ketersediaan sumberdaya yang ada, hutan kemenyan ini
memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana
meningkatkan pendapatan petani kemenyan secara langsung dan meningkatkan
perekonomian pedesaan secara tidak langsung. Selain sebagai sumber pendapatan,
melalui pengelolaan hutan kemenyan dapat dijadikan sebagai sarana dalam
melestarikan hutan melalui pemberdayaan masyarakat.
Analisa Pengelolaan
Kemenyan:
a. Gambaran umum tanaman
kemenyan dan mekanisme budidayanya.
b. Teknik pemasaran dan
permalahan dalam pemasaran getah kemenyan.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum dan
Budidaya Kemenyan
Indonesia mempunyai tujuh jenis styrax yang menghasilkan getah kemenyan,
tetapi hanya dua jenis yang diusahakan di Sumatera Utara, yakni Styrax
sumatrana Dryand (kemenyan durame) dan Styrax sumatrana J.J.SM. yang
disebut dengan kemenyan toba. Kedua jenis tersebut termasuk kedalm famili
Styracaceae, tanaman nerbiji du serta kemenyan termasuk jenis pohon berukuran
besar. Adapun urutan sistematika kemenyan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Superdivision : Spermatophyta
Division
: Angiospermae
Class
: Dikotil
Ordo
: Styracales
Family
: Styracaceae
Genus : Styrax
Spesies
: Styrax sumatranaDryand
dan Styrax sumatranaJ. J. SM,.
Tanda-tanda umum dari kemenyan tersebut ialah berdaun tunggal tersusun
secara spiral, sebelah atas daun berwarna kekuning-kuningan, pinggiran daun
merata. Pertumbuhan batang tegap menyerupai tanaman karet tetapi lebih kuat
batang tanaman kemenyan. Berbungan selalu teratur yakni sekali dalam setahun,
berkelamin dua, kelopak dan mahkota bunga masing-masing lima buah, benang sari
10 buah. Buahnya bundar atau lonjong sebesar ibu jadi kaki ( Sasmuko,2003).
Tanaman tahunan ini mampu hidup hingga lebih dari 100 tahun. Ada 20
jenis pohon kemenyan, tetapi yang banyak tumbuh di Sumatera Utara adalah
kemenyan jenis durame (Styrax benzoine)
dan kemenyan toba (Styrax sumatrana).
Kemenyan durame lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan jenis toba. Durame bisa
disadap sejak umur 6-7 tahun dengan warna getah cenderung hitam, sedangkan toba
baru disadap umur 10-13 tahun dengan jenis getah putih
(
http://Getah Magis yang Dulu Senilai Emas,2007.kemenyan).
Sesuai Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, menetapkan
bahwa kemenyan masuk dalam kategori hasil hutan bukan kayu (HHBK) nabati
kelompok resin. Pada kelompok resin ini ada dua komoditi selain kemenyan, yaitu
damar dan gaharu. Getah kemenyan diperoleh dari pohon kemenyan (Styrax spp)
dengan cara penyadapan. Pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar, diameter
antara 20-30 cm dan tinggi mencapai 20-30 meter. Batangnya lurus,
percabangannya sedikit dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan.
Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu
bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat, dan
lonjong (agak gepeng) dan di dalamnya terdapat biji berwarna coklat. Tempat
tumbuh tanaman kemenyan bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai dataran
tinggi, yaitu pada ketinggian tempat 60-2.100 meter dari permukaan laut.
(Sasmuko 2003).
Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat
secara umum masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan
tradisional atau religius (Sasmuko 2003). Pohon kemenyan merupakan satusatunya
jenis pohon yang menghasilkan getah yang mengandung senyawa asam balsamat.
Senyawa ini digunakan secara luas dalam industri farfum dan kosmetik. Kegunaan
getah kemenyan secara tradisional adalah sebagai bahan pembantu dalam
kegiatan-kegiatan ritual dan industri rokok. Sedangkan sebagian besar kegunaan
lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara lain industri parfum,
farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri pangan. Ekstraksi
kimia getah kemenyan menghasilkan tincture dan benzoin resin yang
digunakan sebagai fixative agent dalam industri parfum. Ekstraksi
kemenyan juga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang diperlukan oleh
industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl benzoat,
sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatis.
Budidaya tanaman
kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya.
Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah
banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan
silindris; bertajuk normal dan baik; serta bercabang sedikit dan berbatang
bebas cabang relatif tinggi. Buah kemenyan yang dipilih untuk benih adalah yang
masak
dan berwarna coklat tua. Pembuatan bibit kemenyan dilakukan dengan cara:
persemaian dan cabutan anakan dari permudaan alam. Cara lainnya, yaitu: stump,
stek dan kultur jaringan masih dalam tahap penelitian pihak-pihak terkait.
Persemaian merupakan cara yang mudah dilakukan. Awalnya benih kemenyan ditabur
pada bedeng tabur. Setelah berkecambah, kemudian dipindahkan pada polybag dan
dipelihara sampai bibitnya siap tanam di lapangan. Sebelum penanaman bibit
kemenyan, terlebih dahulu dilakukan persiapan lapangan, yaitu membuat jalur
tanam dan lubang tanam. Jarak tanamnya disesuaikan dengan kondisi tanah dan
kelerengan lahannya. Karena setengah toleran, anakan kemenyan yang ditanam di
tempat terbuka harus diberi naungan. Anakan kemenyan bisa juga ditanam di bawah
pohon lainnya, misalnya di bawah pohon durian dan kaliandra (Sitompul, 2011).
Kemenyan yang
diproduksi dari Tapanuli Utara telah dipasarkan baik di dalam maupun luar
negeri, dimana Singapura merupakan negara tujuan ekspor terbesar. Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun Sumatera Utara : membudidayakan
tanaman kemenyan agar dapat tumbuh dan diperoleh hasil yang baik. Pada upaya
pembibitan, benih kemenyan yang dipilih dikumpulkan dari pohon induk yang
terseleksi dan telah diketahui kualitasnya. Pohon induk yang dipilih adalah
pohon yang memiliki getah kemenyan yang banyak dan baik, bebas hama dan
penyakit, berbatang lurus dan silindris, tajuk normal dan bagus, cabang sedikit
dan memiliki tinggi bebas cabang yang optimal. Buah yang dipilih sebagai sumber
benih adalah buah yang sudah masak dengan warna coklat tua. Ada baiknya buah
yang dipilih adalah buah yang sudah jatuh tetapi kondisinya masih baik dan
tidak diserang ulat sehingga menjadi rusak. Pengadaan
bibit dapat dilakukan melalui persemaian, pencabutan dan anakan alam, stump,
stek serta kultur jaringan. Persemaian merupakan cara yang mudah dan umum
dilakukan yaitu dengan menabur benih/biji yang sudah dibersihkan di bedeng
tabur, kemudian apabila sudah tumbuh dipindahkan ke dalam polybag sebelum
ditanam.
Untuk bibit yang diperoleh dari anakan, biasanya
didapatkan dari buah yang jatuh di sekitar pohon induk yang kemudian tumbuh
secara alami. Anakan ini dapat menjadi sumber bibit dengan memilih tanaman yang
tumbuh sehat dan normal. Sedangkan pembibitan dengan stump, stek dan kultur
jaringan masih belum umum dilakukan terutama oleh masyarakat. Saat ini sistem
itu masih dalam penelitian untuk dikembangkan.
Menurut Sasmuko (2003),
pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah bisa disadap
kemenyannya. Sebelum penyadapan kemenyannya, terlebih dahulu tumbuhan di
sekitar pohonnya dibersihkan telebih dahulu dengan parang. Begitu juga tumbuhan
yang melekat pada kulit pohonnya, dibersihkan dengan “guris”. Penyadapan
kemenyan dilakukan pada bagian pohon yang berada di bawah bagian tajuk yang
berdaun hijau muda dan rindang.
Teknik Pemasaran dan
Permasalahan Pemasaran Getah Kemenyan
Pemasaran kemenyan di dalam
negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku
industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke
negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland,
Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor
kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982
Kg senilai US 545,996
Di
beberapa daerah usaha kemenyan sudah membudaya. Secara tehnis Silvikulture,
budidaya kemenyan dapat juga dilakukan di daerah lainnya. Harga dan peluang
pasarnya pun cukup prospektif. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat
dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman(
htp://infokehutananjambi.or.id. 2010. Kemenyan).
Pola
pemasarannya sampai saat ini masih bersifat tradisional yang hanya melibatkan
dua atau tiga pelaku bisnis, sedangkan rantai pemasaran masih kurang teratur
sehingga para petani masih merasa kurang beruntung.. Hal ini merupakan salah
satu factor yang menjadi kendala sebab
rendahnya posisi tawar petani dalam
perdagangan kemenyan, disamping faktor lainnya seperti kurangya akses informasi
menyebabkan tidak berfungsinya lembaga pemasaran ditingkat petani serta
rendahnya kemampuan menajemen pemasaran petani.
Pemasaran juga akan lebih menguntungkan jika dilakukan
secara kerjasama yaitu dikumpulkan oleh kelembagaan petani kemudian dipasarkan
langsung ke pabrik tanpa melalui
pengumpul. Hal ini juga dikatakan dalam Sasmuko 2003 bahwa umtuk mengurangi
kerugian akibat rantai pemasaran kemenyan di Tapanuli Utara dan untuk
meningkatkan pendapatan/ kesejahteraan petani dapat
diatasi dengan memperpendek rantai pemasaran.
Pengelolaan hutan
kemenyan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara merupakan kearifan lokal
masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dan sudah berlangsung sejak
ratusan tahun yang lalu. Kearifan ini muncul sebagai bagian dari cara masyarakat
dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada guna memenuhi kebutuhan hidup.
Dengan keberadaan atau eksistensinya bertahan sampai sekarang merupakan bukti
bahwa sistem pengelolaan hutan kemenyan ini selain memiliki manfaat ekologi dan
nilai-nilai sosial, juga mememiliki potensi dan prospek yang baik bila dilihat
dari aspek ekonomi untuk dikembangkan ke depan (Sitompul, 2011).
Peluang pasar kemenyan menurut informasi dari Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara, pada tahun 1926-1938 kemenyan sudah di
ekspor dari propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1985-1989, rata-rata pemasaran
kemenyan dalam negeri 3.312,52 ton/tahun (77,15%), dan rata-rata pemasaran
kemenyan ke luar negeri 982,6 ton/tahun (22,85%). Pada semester I tahun 1990,
ekspor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 473.847 kg
senilai US 583,966 . Pemasaran kemenyan di dalam
negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku
industri dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara
: Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan
USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari
propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US
545,996.
Namun sampai saat ini
masih banyak permasalahan-permasalahan yang dialami masyarakat. Selain sistem
pemasarannya yang masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh
upaya-upaya pengembangan, dalam hal pemasaran petani sering kali kurang
menikmati hasil dari penjualan getah kemenyan karena menerima margin keuntungan
yang lebih kecil bila dibandingkan dengan pelaku pasar (pedagang pengumpul).
Selain karena posisi tawar yang rendah, informasi harga dan pasar yang kurang
menjadi penyebabnya. Disamping itu harga getah kemenyan sering mengalami
fluktuasi terutama menjelang dan sesudah hari raya besar keagamaan (Jayusman
1997). Apabila pengelolaan hutan kemenyan berhasil ditingkatkan dan dikembangkan
yang ditandai dengan peningkatan kuantitas dan kualitas getah kemenyan serta
didukung harga penjualan yang baik akan memberikan dampak positif khususnya
terhadap petani kemenyan. Selain akan mengalami peningkatan pendapatan secara
langsung bagi petani kemenyan, dampak yang lebih luas adalah terjadinya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan perekonomian daerah.
Kondisi kondusif seperti ini pada akhirnya akan menambah keinginan masyarakat
untuk mengembangkan tanaman kemenyan sebagai sumber mata pencaharian. Sejalan
dengan hal di atas, melalui pengelolaan hutan kemenyan akan mampu menciptakan
kelestarian hutan berbasis masyarakat sesuai dengan visi dan misi baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kemenyan merupakan
komoditi primadona yang berasal dari Sumatera Utara. Kemenyan jenis durame (Styrax benzoin) dan kemenyan jenis toba
(Styrax sumatrana) yang terdapat di
Sumatera Utara.
2. Budidaya tanaman
kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya.
Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik;
bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan
baik; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relatif tinggi.
3. Permasalahan yang dalam
pemasaran getah kemenyan oleh para petani kemenyan adalah teknik pemasaran yang
masih sangat tradisional yang hanya melibatkan dua atau tiga pelaku bisnis, sedangkan rantai pemasaran masih
kurang teratur sehingga para petani masih merasa kurang beruntung.
4. Terbatasnya
akses informasi menyebabkan
tidak berfungsinya lembaga pemasaran ditingkat petani serta rendahnya kemampuan
menajemen pemasaran petani.
5. Selain sistem
pemasarannya yang masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya
pengembangan, dalam hal pemasaran petani sering kali kurang menikmati hasil
dari penjualan getah kemenyan.
Saran
Pentingnya peranan dan pendampingan dari pemerintah dalam
pengelolaan dan akses pemasaran kemenyan dengan megeluarkan kebijakan-kebijakan
berbasis kesejahteraan petani kemenyan, akan berdampak pada upaya pengembangan
dan pengetahuan mekanisme dan pola pemasaran yang baik bagi para petani
kemenyan.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS Kabupaten Humbang Hasundutan] Badan Pusat Statistik Kabupaten
Humbang Hasundutan. 2009. Humbang Hasundutan dalam Angka 2008.
Dolok sanggul: BPS Kab.
Humbang Hasundutan
[BPS Provinsi Sumatera Utara] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera
Utara.
2008. Sumatera
Utara dalam Angka 2008. Medan: BPS Provinsi Sumut
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19
Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu.
Jakarta:
Dephut
Jayusman. 1997. Kajian Sistem Pemasaran Getah Kemenyan (Styrax sp.): Studi
Kasus di Desa Simasom, Pahae Julu–Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Buletin Penelitian Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Pematang Siantar. Volume 13 Nomor 1
Sitompul, M. 2011. Tesis : Kajian Pengeloaan Hutan Kemenyan (Styrax. Sp) di Kabupaten Humbang
Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor
Sasmuko SA. 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil
Hutan Bukan Kayu
Spesifik Andalan Propinsi Sumatera Utara. Makalah
Seminar Nasional
Himpunan Alumni – IPB dan HAPKA Fakultas
Kehutanan IPB. Wilayah Regional Sumatera. Medan.
mantap min
BalasHapusbagus sekali ya min artikel ini , saya sangat terbantu oleh artikel yang bagus ini dan menambah wawasan saya , saya berharap anda bisa terus berkarya untuk anak banga , dan pastinya saya mendoakan yang terbaik untuk anda sukses selalu dan sehat selalu
BalasHapusbandarq terpercaya
agen domino teraman dan terpercaya
jika ada salah saya dalam pengetikan saye meminta maaf,salam hormat terdalam saya, terima kasih