Oleh : Felix Samisara Perangin-angin
NIM : 091201100
NIM : 091201100
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai usaha percepatan pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan
salah satu strategi yang dilakukan oleh pemerintah yang dapat menciptakan
pemerataan pembangunan yang dirasakan oleh semua masyarakat, baik meningkatkan
kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan serta mampu mengurangi perbedaan
kemampuan antar daerah.
Dalam kehidupan manusia
modern saat ini banyak peralatan‐peralatan
yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila terjadi
jatuh dari suatu tempat. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan tersebut secara
langsung kebutuhan karet (Hevea
brasilliensis) juga meningkat dengan sendirinya sesuai kebutuhan manusia.
Pada umumnya negara-negara
berkembang menyakini sektor industri mampu mengatasi masalah perekonomian,
dengan asumsi bahwa sektor industri dapat memimpin sektor-sektor perekonomian
lainnya menuju pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, di Indonesia sektor
industri dipersiapkan agar mampu menjadi penggerak dan memimpin (the leading
sector) terhadap perkembangan sektor perekonomian lainnya.
Tanaman karet (Hevea brasilliensis)
merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting
sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang
cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet (Hevea brasilliensis) terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidayanya. Indonesia pernah menguasai
produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara
tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan
sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih
diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa
industri termasuk otomotif dan militer.
Lebih dari setengah
produksi karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa
juta ton karet alami masih tetap diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan
bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer.
Sejumlah lokasi di
Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet (Hevea brasilliensis), sebagian besar
berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet tahun
2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat, dan hanya
7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta. Produksi karet
(Hevea brasilliensis) secara nasional
pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa
ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani dan
lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet.
Dengan memperhatikan
adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet ini di masa yang
akan datang, maka upaya untuk meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan
tanaman karet (Hevea brasilliensis) dan peremajaaan kebun bisa merupakan langkah
yang efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan
yang bisa memberikan modal bagi petani atau pekebun swasta untuk membiayai
pembangunan kebun karet dan pemeliharaan tanaman secara intensif.
Rumusan
Masalah
1.1.
Karateristik dan Kegunaan Karet (Hevea brasilliensis)
1.2.
Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet(Hevea brasilliensis)
1.3.
Potensi Pasar Karet (Hevea brasilliensis) Bagi Dunia
1.4.
Kendala Dalam Bisnis Karet (Hevea brasilliensis)
BAB II
ISI
2.1.
Karateristik dan Kegunaan Karet (Hevea
brasilliensis)
Karet (Hevea brasilliensis)
adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet (Hevea brasilliensis) pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika
Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini
berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak
dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di
Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada
tahun 1876. Tanaman karet (Hevea
brasilliensis) pertama di Indonesia
ditanam di Kebun Raya Bogor.
Tanaman karet ( Hevea brasilliensis
Muell Arg ) adalah tanaman getah-getahan yang mempunyai jaringan tanaman yang
banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar
apabila jaringan tanaman terlukai. Tanaman karet (Hevea brasilliensis) berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai
15 m sampai 25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi
keatas. Batang tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus,
rata-rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus.
Dibawah ini merupakan sistematika dari karet (Hevea brasilliensis)
Kingdom
: Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Family
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell Arg.
Tanaman karet (Hevea brasilliensis)
merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon
dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan
arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung
getah yang dikenal dengan nama lateks.
Karet (Hevea brasilliensis) adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk
dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai latex) yang diperoleh dari getah beberapa
jenis tumbuhan pohon karet tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber
utama barang dagang dari latex yang digunakan untuk menciptakan karet adalah
pohon karet Hevea brasiliensis (Euphorbiaceae). Ini dilakukan dengan
cara melukai kulit pohon sehingga pohon akan memberikan respons yang
menghasilkan lebih banyak latex lagi.
Hasil utama dari pohon
karet (Hevea brasilliensis) adalah
lateks yang dapat dijual/diperdagangkan oleh masyarakat berupa latek segar,
slab/koagulasi ataupun sit asap/sit angin. Selajutnya produk tersebut sebagai
bahan baku pabrik Crumb Rubber/Karet Remah yang menghasilkan bahan baku untuk
berbagai industri hilir seperti ban, sepatu karet, sarung tangan, dan lain
sebagainya. Hasil sampingan dari pohon karet adalah kayu karet yang dapat
berasal dari kegiatan rehabilitasi kebun ataupun peremajaan kebun karet
tua/tidak menghasilkan lateks lagi. Umumnya kayu karet yang diperjual belikan
adalah dari peremajaan kebun karet yang tua yang dikaitkan dengan penanaman
karet baru lagi. Kayu karet dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan rumah,
kayu api, arang, ataupun kayu gergajian untuk alat rumah tangga (furniture).
Hal yang paling penting
dalam penanaman karet (Hevea
brasilliensis) adalah bibit/bahan
tanam, dimana dalam hal ini bahan tanam yang baik adalah yang berasal dari
tanaman karet okulasi. Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5 tahun
sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu
disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood),
dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.
2.2.
Prospek dan Peluang Pasar Komoditi Karet (Hevea brasilliensis)
Karet (Hevea brasilliensis) merupakan komoditi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet
Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari
1.0 juta ton paa tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta
ton padatahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004
mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas.
Karet (termasuk karet
alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal
ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang
terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk
transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet. Kebutuhan karet alam
maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup
manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih mudah dipenuhi karena sumber
bahan baku relatif tersedia walaupun harganya mahal, akan tetapi karet alam dikonsumsi
sebagai bahan baku industri tetapi diproduksi sebagai komoditi perkebunan.
Untuk jumlah konsumsi
karet dunia dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan, jika pada tahun
2009 konsumsi karet dunia sebesar 9,277 juta ton, untuk tahun 2010 naik menjadi
10,664 juta ton. Sementara produksi karet mentah dunia hanya mampu memberikan
sebanyak 10,219 juta ton pada tahun 2010 naik dibandingkan dengan tahun 2009
yang sebesar 9,702 juta ton karet alam atau minus sekitar 445.000 ton. Harga
karet di pasar dunia tersebut dipengaruhi oleh tingginya permintaan terhadap
komoditas tersebut dari negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang
pesat seperti China, India, dan Asia Pasifik.
Menurut data untuk tahun
2011 produksi karet (Hevea brasilliensis)
alam dunia diasumsikan hanya berkisar 10,970 juta ton sementara untuk konsumsi
diperkirakan mencapai 11,151 juta ton sehingga terjadi kekurangan pasokan atau
minus sekitar 181.000 ton. Kurangnya produk karet alam dunia di tahun 2011
salah satunya di karenakan terganggunya produksi karet di beberapa negara
seperti Australia, hujan deras yang disebabkan oleh lamina yang juga
menyebabkan banjir di negara tersebut telah mengganggu proses penyadapan karet.
Dengan adanya asumsi tersebut, dipastikan Indonesia berpeluang besar untuk
memasok karet alam hasil produk Indonesia ke luar negeri/ekspor dan tentunya
dengan catatan untuk produk karet Indonesia agar lebih ditingkatkan. Untuk tahun 2010 ekspor karet Indonesia sebesar 1,9
juta ton. Diperkirakan untuk targetnya tahun ini ekspor karet bisa naik hingga
10%.
Dengan adanya penyebaran
lahan‐lahan penanaman
pohon karet hampir di seluruh propinsi yang ada di Indonesia saat ini,
diharapkan akan membantu dalam pemenuhan kebutuhan karet alami dan pemenuhan
industri pengolahan hasil dari pengolahan pohon karet dan ini membuka peluang
kepada investor untuk menanamkan modalnya di perkebunan karet. Karet (Hevea brasilliensis) merupakan komoditi ekspor yang mampu
memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet
Indonesia beberapa tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dengan
begitu pendapatan devisa dari komoditi ini menunjukan hasil yang bagus.
Sebagai salah satu
komoditi industri, produksi karet sangat tergantung pada teknologi dan
manajemen yang diterapkan dalam sistem dan proses produksinya. Produk industri
karet perlu disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang senantiasa berubah. Semuanya
ini memerlukan dukungan teknologi industri yang lengkap, yang mana diperoleh
melalui kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang dibutuhkan.
Indonesia dalam hal ini telah memiliki lembaga penelitian karet yang
menyediakan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi di bidang perkaretan.
2.3.
Potensi Pasar Karet (Hevea
brasilliensis)
Dunia
Jumlah konsumsi karet
dunia meningkat dan lebih tinggi dari produksi yang ada. Dengan begitu
Indonesia akan mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia
dikarenakan Negara‐negara
pesaing utama seperti Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit
mendapatkan tenaga kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi keunggulan komparatif
dan kompetitif Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan industri
karet.
Melihat dari kacamata
kebutuhan akan produksi karet‚ beberapa industri tertentu memiliki
ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam‚ misalnya industri ban
yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Beberapa jenis ban seperti radial‚
walaupun dalam pembuatannya dicampur dengan karet sintetis‚ tetapi jumlah karet
alam yang digunakan tetap besar yaitu dua kali komponen karet sintetis. Jadi
kebutuhan akan karet alam sangatlah besar.
Tetapi unsur persaingan industri karet alam menunjukkan intensitas persaingan yang dikategorikan tinggi . Hal ini menunjukkan bahwa industri karet alam memiliki daya tarik industri dan potensi laba yang sangat besar. Daya tarik yang besar ini ditunjukkan oleh tingginya peningkatan pertumbuhan rata-rata industri.
Tetapi unsur persaingan industri karet alam menunjukkan intensitas persaingan yang dikategorikan tinggi . Hal ini menunjukkan bahwa industri karet alam memiliki daya tarik industri dan potensi laba yang sangat besar. Daya tarik yang besar ini ditunjukkan oleh tingginya peningkatan pertumbuhan rata-rata industri.
Seiring dengan keinginan
manusia menggunakan barang yang bersifat tahan dari pecah dan elastis maka
kebutuhan akan karet saat ini akan terus berkembang dan meningkat sejalan
dengan pertumbuhan industri otomotif, kebutuhan rumah sakit, alat kesehatan dan
keperluan rumah tangga dan sebagainya. Diperkirakan untuk masa yang akan datang
kebutuhan akan karet akan terus meningkat. Tentu hal ini akan menjadi peluang
yang baik bagi Indonesia mengekspor karet dan hasil olahan industri karet yang
ada di Indonesia ke negara‐negara
lainnya.
Dengan memperhatikan
adanya peningkatan permintaan akan bahan karet alami di negara‐negara industri terhadap
komoditi karet dimasa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan
persediaan akan karet alami dan industri produksi karet merupakan langkah yang
bagus untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini semua, perlu diperhatikan
perkembangan perkebunan karet, industri hilir guna memberi nilai tambah dari
hasil industri hulu.
Jumlah konsumsi karet (Hevea brasilliensis) dunia meningkat
dan lebih tinggi dari produksi yang ada. Dengan begitu Indonesia akan mempunyai
peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia dikarenakan Negara‐negara pesaing utama seperti
Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit mendapatkan tenaga
kerja yang murah sehingga ini bisa menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif
Indonesia supaya menjadi lebih baik untuk peningkatan industri karet.
Dengan meningkatnya
kebutuhan akan karet alam dari negara‐negara
industri, ini mempengaruhi ekspor karet Indonesia ke negara‐negara lainnya. Kebanyakan
adalah Negara produsen mobil. Peningkatan juga terjadi karena adanya pengalihan
karet sistetis akibat naiknya harga minyak dunia.
2.4.
Kendala Dalam Bisnis Karet
Penyakit
karet (Hevea brasilliensis) sering
menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet. Kerugian yang ditimbulkannya
tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya
yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah
pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat
penyakit tersebut perlu dilakukan. Lebih 25 jenis penyakit menimbulkan
kerusakan di perkebunan karet.
Produksi Karet (Hevea
brasilliensi) tidak selamanya
berjalan lancar, adanya penurunan produksi dapat disebabkan oleh kualitas bibit
yang rendah, pemanfaatan lahan perkebunan yang tidak optimal, dan pemeliharaan
tanaman yang buruk dan berdampak pada penurunan nilai tambah. Kualitas bibit
yang rendah menjadi masalah utama untuk perkebunan karet yang ditunjukkan
dengan rentang produktif tanaman karet yang kurang dari 30 Tahun. Maka
perbaikan utama yang dapat dilakukan adalah penanaman kembali dengan bibit unggul
berproduktivitas lebih tinggi dan pengaturan jarak yang optimal.
Menurut IRSG, dalam studi
Rubber diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam dalam dua decade
ke depan. Untuk mengantisipasi kekurangan karet alam yang akan terjadi, diperlukan
suatu inovasi baru dari hasil industri karet dengan mengembangkan nilai tambah
yang bisa di peroleh dari produk karet itu sendiri. Nilai tambah produk karet
dapat diperoleh melalui pengembangan industri hilir dan pemanfaatan kayu karet
sebagai bahan baku industry kayu. Menunjuk dari pohon industri berbasis karet.
Terlihat bahwa cukup banyak ragam produk yang dapat dihasilkan dari karet,
namun sampai saat ini potensi kayu karet tua belum dapat dimanfaatkan secara
optimal.
Dari sistem pengolahan,
Indonesia masih kalah dari Negara-negara pesaing yang menggunakan teknologi
yang lebih canggih dibandingkan Indonesia. Akibatnya produk yang dihasilkan
Indonesia masih kurang dari sisi kualitas jika dibandingkan produk-produk dari
Negara pesaing seperti Thailand dan Malaysia.
PENUTUP
Kesimpulan
Melihat perkembangan baik
dari segi konsumsi maupun produksi karet dunia, dalam tahun‐tahun mendatang dipastikan
masih akan terus meningkat. Indonesia merupakan penghasil karet (Hevea brasilliensis) sekaligus sebagai salah satu basis manufaktur
karet dunia. Tersedianya lahan yang luas memberikan peluang untuk menghasilkan
karet alami yang lebih besar lagi dengan menambah areal perkebunan karet.
Tetapi lebih utama dari itu, produksi karet alam bisa ditingkatkan dengan meningkatkan
teknologi pengolahan karet untuk meningkatkan efisiensi, dengan demikian output
(latex) yang dihasilkan dari input (getah) bisa lebih banyak dan menghasilkan
material sisa yang semakin sedikit.
Meskipun pasar karet alam
lebih sedikit dibanding dengan pasar karet sintetik, namun produksi maupun
konsumsi karet alam masih cukup besar. Salah satu kelebihan dari karet
alamantara lain dilihat dari segi kestabilan harganya yang tidak terpengaruh
secara langsung oleh harga minyak dunia. Tidak demikian halnya dengan harga
karet sintetik yang terkena dampak langsung oleh kenaikan harga minyak dunia
yang terjadi belakangan ini.
Pada tahun 2005
perdagangan karet Indonesia mengalami surplus sebesar US $ 2,9 juta dimana
nilai ekspor lebih besar dibanding nilai impor. Potensi surplus ini masih bisa
naik lagi mengingat kebutuhan karet dunia yang terus meningkat, ditambah lagi
apabila didukung pengurangan volume impor karet dengan tercukupinya kebutuhan
karet dalam negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., 2001. Manajemen dan
Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet. Medan.
Anwar, C. 2006. Manajemen Dan
Teknologi Budidaya Karet. Pusat Penelitian Karet Sei Putih. http://
www.ipard.com/ art_ perkebun/ MANAJEMEN %20 DAN%20 TEKNOLOGI%20 BUDIDAYA%20
KARET. pdf [06 Juni 2010].
Anwar, C., 2006. Perkembangan
Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia. Pusat Penelitian Karet.
Medan.
Aidi dan Daslin. 1995. Pengelolaan
Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.
Palembang.
Apriyantono, A, Dr. Ir. MS. 2007. Prospek Dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet Edisi Kedua. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Dan Agro Inovasi. Jakarta. http://
www.litbang.deptan.go.id/ special/ publikasi/doc_perkebunan/karet/
karet-bagian-a.pdf [08 Juni 2010].
Basuki, Ir, Dr. dan Tjasadihardja, A. Ir. Dr. M.S.
1995. Warta Pusat Penelitian Karet.
Volume 14 Nomor 2 (89-101) Juni 1995 Asosiasi Penelitian Dan Pengembangan
Perkebunan Indonesia. CV. Monora. Medan, hlm 91-92.
BPS. 2011. Karet Menurut
Provinsi Di Seluruh Indonesia. Buku Statistik Perkebunan 2009-2011
Direktorat Jendral Perkebunan. http://www. deptan.go.id/ infoeksekutif/bun/
EIS-bun2010 /karet. html [19 Januari 2012]
Deptan., 2006. Basis Data
Statistik Pertanian (http://www.database.deptan.go.id/). Diakses
tanggal 5 Mei 2009.
Gaspersz, V., 2001. Metode Analisis untuk Peningkatan
Kualitas. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Marsono dan Sigit, P. 2005. Karet. Strategi Pemasaran Budidaya Dan Pengolahan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Maryadi. 2005. Manajemen
Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nazaruddin dan F.B. Paimin. 1998. Karet.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Nugraheni, I., 2007. Analisis Kualitas Kontrol Produksi Karet dengan Grafik Pengendali
Rata-Rata X dan Grafik
Pengendali Range R. Skripsi. FMIPA. Universitas Negeri Semarang.
Purwanto, E. 2001. Berbagai
Klon Karet Pilihan Untuk Sistem Wanatani. International Centre For Research
In Agroforestry at website www. icraf.cgiar. org/sea. http://www.worldagroforestry.
org/SEA /Publications /files/leaflet/ LE0005-4.PDF [03 April 2008].
Semoiraya. 2010. Budidaya
Karet. http://semoiraya.com/article/26214/budidaya-karet.html [10
Oktober 2010].
Setiawan, D. H. Ir dan Andoko, A. Drs. 2000. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D. 2001. Budidaya Tanaman Karet. Universitas Sumatera Utara Press. Medan.
Sihotang, M. 2011.
Produksi Karet Alam. http:// www.bisnis-sumatra. com/index. php/2011/04
/produksi-karet-alam-diduga-meningkat/ [09 Januari 2012].
Siregar, T.H.S., 1995. Teknik
Penyadapan Karet. Kanisius. Yogyakarta.
Tim Penulis PS., 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pengolahan.
Penebar Swadaya, Jakarta.
bagus tulisannya mas, keep it up
BalasHapusHalo Bossku ^^
BalasHapusSegera Daftarkan ID di ibu21,com
Menyediakan 8 Permainan Hanya Dengan 1 ID
Serta Tersedia Promo Menarik
Bonus Turn Over Terbesar
Bonus Refferal Seumur Hidup
Minimal Deposit Hanya 25Rb
BBM : csibuqq
WA : +855 88 780 6060
Di Tunggu Kehadirannya Bossku ^^
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Oli Grease
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Oli Grease