Oleh: Agus Triono Naibaho
NIM: 111201057
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Buah
merupakan hasil perkembangbiakan generatife pada pohon. Buah memiliki daging
yang mengandung karbohidrat yang tinggi. Oleh karena itu, buah banyak
dimanfaatkan untuk bahan pangan, contohnya adalah buah sukun.
Sukun tergolong tanaman
tropik sejati, tumbuh paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat
kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat
tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain
tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah
dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan
pangan nasional. Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena
keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional
(Pitojo, 1999).
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena
keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional.
Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari,
Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi.
Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan
panen susulan pada bulan Juli – Agustus (Winarno dkk., 1980).
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram
berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu
1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%,
kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%
(Koswara, 2006).
Sukun
di Indonesia kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk olahan baik digoreng maupun
direbus dari buah yang masih mentah. Buah sukun umumnya dikonsumsi setelah
digoreng seperti talas dan adakalanya direbus atau dibuat keripik. Di Maluku,
buah sukun sering dibakar utuh, kemudian baru dikupas dan dipotong-potong untuk
dijadikan kolak, demikian pula yang dilakukan oleh penduduk Tahiti.
Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan
salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga sukun relatif murah (Harsanto, 1986).
Keterbatasan
pemanfaatan buah sukun di Indonesia disebabkan kurangnya informasi tentang
komoditi sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial sebagai usaha untuk
meningkatkan keanekaragaman makanan pokok, terutama penduduk Indonesia yang
makanan pokoknya beras.
Tujuan
Untuk menganalisis hasil pertanian yang dapat dijadikan sebagai salah satu usaha agribisnis.
PEMBAHASAN
Manfaat
Ekonomi Buah Sukun
Pohon sukun umumnya
adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di
pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan
bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan
(banir) yang rendah dan memanjang (Angkasa dan Nazanuddin, 1994).
Pohon
sukun (Artocarpus altilis) merupakan
jenis tanaman yang memiliki banyak manfaat. Selain kayunya yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian
dikilapkan. Daun sukun yang telah kuning dapat dibuat minuman untuk obat
penyakit tekanan darah tinggi dan kencing manis, karena mengandung phenol,
quercetin dan champorol dan juga dapat digunakan sebagai bahan ramuan
obat penyembuh kulit yang bengkak atau gatal.
Getah sukun dapat dibuat menjdi lateks. Pohon sukun memiliki buah yang
berpotensi ekonomi yang tinggi bila dapat diolah lebih lanjut. Buah sukun
memiliki kadar gizi yang tinggi. Berikut ini kadar gizi yang terkandung pada
buah sukun :
Komposisi kimia dan zat gizi buah
sukun per 100 gram buah
Unsur-unsur
|
Sukun
muda
|
Sukun
masak
|
Air
(g)
|
87.1
|
69.1
|
Kalori
(kal)
|
46
|
108
|
Protein
(g)
|
2.0
|
1.3
|
Lemak
(g)
|
0.7
|
0.3
|
Karbohidrat
(g)
|
9.2
|
28.2
|
Kalsium
(mg)
|
59
|
21
|
Fosfor
(mg)
|
46
|
59
|
Besi
(mg)
|
-
|
0.4
|
Vitamin
B1 (mg)
|
0.12
|
0.12
|
Vitamin
B2 (mg)
|
0.06
|
0.06
|
Vitami
C (mg)
|
21
|
17
|
Abu
(g)
|
1.0
|
0.9
|
Serat
(g)
|
2.2
|
-
|
(Triyono, 2002).
Melihat
banyaknya kandungan gizi yang dimiliki oleh buah sukun ini, menjadikan buah
sukun layak sebagai bahan penganti pangan alternatif. Selama ini pengolahan
sukun banyak dijadikan sebagai tepung, dan yang paling umum adalah keripik
sukun. Buah sukun sebenarnya dapat diolah lagi menjadi berbagai jenis makanan
seperti misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, mie sukun, spongecake
sukun, tape sukun dan donat sukun.
Sukun
di Indonesia kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk olahan baik digoreng maupun
direbus dari buah yang masih mentah. Buah sukun umumnya dikonsumsi setelah
digoreng seperti talas dan adakalanya direbus atau dibuat keripik. Di Maluku,
buah sukun sering dibakar utuh, kemudian baru dikupas dan dipotong-potong untuk
dijadikan kolak, demikian pula yang dilakukan oleh penduduk Tahiti.
Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan
salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga sukun relatif murah.
Keterbatasan pemanfaatan buah sukun di Indonesia disebabkan kurangnya informasi
tentang komoditi sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial sebagai usaha
menganekaragamkan makanan pokok, terutama penduduk Indonesia yang makanan pokoknya
beras. Upaya untuk meningkatkan daya guna
sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan dengan menganekaragamkan
jenis produk olahan sukun, untuk itu perlu dikembangkan cara pengolahan lain
seperti pembuatan tepung sukun dan pati sukun (Patriono, 2006).
Prospek
Kedepan Usaha Buah Sukun
Pohon
sukun tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang
sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan
dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat
tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh
dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu
cadangan pangan nasional. Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif
karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional
(Pitojo, 1999).
Pohon sukun merupakan salah satu jenis
tanaman yang tepat untuk mengatasi masalah lahan kritis. Setelah diadakan
penanaman pohon sukun di beberapa pulau di kepulauan Seribu ternyata cocok dan
tumbuh dengan baik. Oleh karena itu pohon sukun tidak hanya
berfungsi sebagai tanaman penghijauan saja, tetapi buahnya pun berguna untuk
menambah gizi penduduk. Jadi dengan adanya usaha untuk menanggulangi lahan
kritis, pohon sukun pun berpeluang besar untuk dikembangkan guna menunjang hal
tersebut, karena manfaatnya yang begitu besar
(Kartikawati dan Adinugraha, 2003).
Untuk
memenuhi konsumsi rata - rata penduduk Indonesia per tahun sebesar 123 Kg dan
jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,7 % per tahun, pemerintah harus mengimpor beras
sebesar 3,7 juta ton pada tahun 2002 dari negara - negara lain seperti Thailand
dan Vietnam, sedangkan produksi gabah Indonesia pada tahun 2002 sebesar 51,5
juta ton. Tingkat konsumsi beras di Indonesia selama ini jauh lebih besar dari yang
diproduksi. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa ketergantungan terhadap
satu jenis pangan pokok yaitu beras, tidak boleh terus berkelanjutan. Oleh
karena itu dalam program pembangunan pertanian 2000 - 2004, diversifikasi pangan merupakan
salah satu kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program
tersebut dilakukan melalui peningkatan penganekaragaman bahan pangan dan mutu
pangan (Suraningsih, 2004).
Melihat
hal tersebut diatas, buah sukun memiliki prospek yang cerah karena sukun
merupakan tnaman yang mudah berproduksi dan dapat dijadikan sebagai bahan
pangan subtitusi pengganti beras. Kita ketahui beras merupakan makanan wajib
bagi kebanyakan penduduk di Indonesia, jika sukun dapat dijadikan bahan pangan
subtitusi untuk penggunaan beras, maka nilai ekonomi yang dihasilkan buah sukun
akan besar apabila adanya pengolahan buah sukun yang lebih lanjut, tidak hanya
sebagai keripik atau tepung sukun saja.
Kelemahan
Meskipun sukun memiliki
banyak kelebihan, namun sukun tetap menyimpan kelemahan. Buah sukun segar tidak dapat
disimpan terlalu lama, tidak seperti gabah yang tahan simpan hingga 4 tahun.
Menyimpan sukun sepekan saja menyebabkan daging buah lembek. Solusinya, buah
segar mesti dibuat tepung. Selain tahan simpan, pengolahannya pun lebih beragam.
Kelemahan
yang lainnya adalah budidaya sukun tersebut tidak dilakukan secara intensif, karena hanya
merupakan tanaman sampingan dan petani yang menanam sukun tidak melakukan pemupukan,
penyiraman ataupun pengendalian hama dan
penyakit. Beberapa
kendala yang dihadapi dalam budidaya sukun
yaitu adanya hama penggerek batang dan rontok buah terutama buah muda. Kendala tersebut hingga saat ini tidak pernah
diatasi karena petani tidak mengetahui cara-cara pemberantasan hama tersebut. Selain
kendala tersebut, pada musim kemarau maka tanaman akan kekurangan air dan daun
sukun biasanya
digunakan untuk pakan tenak (kambing dan sapi) sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah.
Bagi
yang menderita penyakut gula juga tidak disarankan untuk mengkonsumsi buah sukun
terlalu banyak, hal ini dikarenakan buah sukun memiliki kandungan karbohidrat dan
juga gula yang cukup tinggi. Tentu hal ini dapat beresiko bagi orang yang memiliki
penyakit tersebut, karena bisa saja penyakit gula yang diderita bisa bertambah parah.
Kandungan
tannin yang terdapat pada buah sukun juga dapat menyebabkan rasa pahit ketika mengkonsumsi
buah ini. Sehingga orang-orang yang kurang menyukai rasa pahit akan menjadi tidak
suka untuk mengkonsumsi buah ini. Rasa pahit akibat zat tannin ini tidak dapat dihilangkan
dari buah sukun, hal ini dikarenakan zat tersebut memang sudah menjadi sifat bawaan
buah ini.
PENUTUP
Sukun dapat diolah menjadi
berbagai macam produk antara lain sebagai bahan makanan, misalnya tepung sukun,
getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun, mie sukun dan sebagainya.
Olahan buah sukun yang paling berpotensi adalah sebagai bahan makanan, karena
memiliki nilai gizi yang tinggi salah satunya kandungan karbohidrat.
Sukun mempunyai komposisi
gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung
karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein
0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar
air 61,8% dan serat atau fiber 2% . Karena kandungan
karbohidratnya cukup tinggi, maka sukun sangat berpotensi untuk dijadikan bahan
pangan pokok alternatif pengganti beras.
Alternatif pengolahan buah sukun yang populer saat ini salah satunya adalah
pembuatan mie sukun
yang terbuat dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Mie sukun ini
banyak digemari oleh anak-anak. Selain mie basah yang digunakan sebagai bahan
pelengkap untuk usaha bakso. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya
adalah kadar gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi.
Kegemaran orang
Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan potensi ekonomi yang
dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun menjadi mie sukun ini,
membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan dijadikan
sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Angkasa,
S. Dan Nazanuddin. 1994. Sukun dan Keluih. Penebar Swadaya. Jakarta.
Antarlina
dan Sudarmadi. 2009. Mie Sukun Ala BPTP Jatim. BPTP. Jawa Timur.
Departemen
Pertanian, 2009, Sukun: Bisakah Menjadi Bahan Baku Produk Pangan, Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 31(1): 1-3.
Harsanto,
B.P., 1986. Budidaya dan Pengolahan Sukun. Kanisius, Jakarta.
Kartikawati,
N. K dan H.A. Adinugraha, 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun.
Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. P
urwobinangun. Yogyakarta.
Koswara,
S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan
Alternatif. ebookpangan.com.
Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius, Jakarta.
Rachmawati,
R.R. 2010. Gongshu Keripik Sukun Penuh Gizi. FP UNPAD. Jatinangor.
Sulistiono.
2010. Yang Sedap Dari Sukun. UGM. Yogyakarta.
Suraningsih,
M. S. 2004. Strategi Pengembangan Komoditi sukun dalam Peningkatan
Diversifikasi Pangan. MB IPB. Bogor.
Suyanti,
S. W. Dan Susmonol. 2001. Teknologi Pengolahan Tepung Sukun dan Pemanfaatannya
untuk Berbagai Produk Makanan dan Olahan. BPPP. Jakarta.
Triyono,
A. 2002. Teknologi Pengolahan Keripik Sukun. BPM. Jakarta.
Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D Fardiaz, 1980.
Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
ituBola - Situs Judi Bola Online | Sportsbook Terlengkap & Terpercaya
BalasHapusSitus Judi Online Sportsbook Terpercaya, Terbaik serta Berlisensi di Indonesia. Menyediakan berbagai macam permainan Sportsbook Terlengkap.
Cukup 1 User id untuk bermain semua taruhan Permainan Meliputi :
- Sportsbook Terlengkap
• Sepak Bola
• BasketBall
• Esports
• Dan Lainnya
Menang Lebih Mudah Disini Serta Dapatkan Juga :
=> Bonus Cashback 5% (Yang dibagikan setiap Hari Seninnya).
=> Pelayanan Terbaik Dengan Customer Service 24 Jam Nonstop.
Deposit Bisa Melalui :
=> Via Bank Lokal Indonesia.
=> Via OVO, GOPAY, PULSA Telkomsel & XL/Axis Atau E-Payment Lainnya.
• Minimal Deposit 25,000 | Minimal Withdraw 50,000
• Proses Deposit & Withdraw Tercepat
Untuk Pendaftaran Hubungi Kontak Kami:
- LINE : itubola757
- WHATSAPP : +85517696120
- LIVE CHAT : ituBola