Oleh : Elisa Manik
NIM : 111201058
NIM : 111201058
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Artocarpus communis (sukun) adalah tumbuhan dari genus Artocarpus dalam famili Moraceae yang
banyak terdapat di kawasan tropika seperti Malaysia dan Indonesia. Ketinggian
tanaman ini bias mencapai 20 meter (Mustafa, A.M., 1998). Di pulau Jawa tanaman
ini dijadikan tanaman budidaya oleh masyarakat. Buahnya terbentuk dari
keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat atau sedikit bujur dan digunakan
sebagai bahan makanan alternatif (Heyne K, 1987). Sukun bukan buah bermusim
meskipun bias anya berbunga dan berbuah dua kali setahun. Kulit buahnya
berwarna hijau kekuningan dan terdapat segmen-segmen petak berbentuk poligonal.
Segmen poligonal ini dapat menentukan tahap kematangan buah sukun (Mustafa,
A.M.,1998)
Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh
paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah
basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air
tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau
karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain tidak dapat atau
merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak
heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional. Sukun
dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring
dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat
menutupi kekosongan produksi pangan konvensional (Pitojo, 1999).
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena
keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional.
Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari,
Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi.
Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan
panen susulan pada bulan Juli – Agustus (Winarno dkk., 1980).
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram
berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu
1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%,
kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%
(Koswara, 2006).
ANALISIS
SUMBERDAYA BUAH SUKUN
Manfaat
Ekonomi Buah Sukun
Buah
sukun mengandung niasin, vitamin C, riboflavin, karbohidrat, kalium, thiamin,
natrium, kalsium, dan besi (Mustafa, A.M.,1998). Pada kulit kayunya ditemukan
senyawa turunan flavanoid yang terprenilasi, yaitu artonol B dan
sikloartobilosanton. Kedua senyawa terebut telah diisolasi dan diuji
bioaktivitas antimitotiknya pada cdc2 kinase dan cdc25 kinase (Makmur, L., et
al., 1999). Kayu yang dihasilkan dari tanaman sukun bersih dan berwarna kuning,
baik untuk digergaji menjadi papan kotak, dapat digunakan sebagai bahan
bangunan meskipun tidak begitu baik. Kulit kayunya digunakan sebagai salah satu
bagian minuman di Ambon kepada wanita setelah melahirkan (Heyne K, 1987). Flavanoid adalah senyawa polifenol yang secara umum mempunyai struktur
phenylbenzopyrone (C6-C3-C6). Flavanoid dan derivatnya terbukti memiliki
aktivitas biologi yang cukup tinggi sebagai cancer prevention. Berbagai data
dari studi laboratorium, investigasi epidemiologi, dan uji klinik pada manusia
telah menunjukkan bahwa Flavanoid memberikan efek signifikan sebagai cancer
chemoprevention dan pada chemotheraphy (Ren, W., et al., 2003). Buah
sukun memiliki kadar gizi yang tinggi. Berikut ini kadar gizi yang terkandung
pada buah sukun :
Komposisi kimia dan zat gizi buah
sukun per 100 gram buah
Unsur-unsur
|
Sukun
muda
|
Sukun
masak
|
Air
(g)
|
87.1
|
69.1
|
Kalori
(kal)
|
46
|
108
|
Protein
(g)
|
2.0
|
1.3
|
Lemak
(g)
|
0.7
|
0.3
|
Karbohidrat
(g)
|
9.2
|
28.2
|
Kalsium
(mg)
|
59
|
21
|
Fosfor
(mg)
|
46
|
59
|
Besi
(mg)
|
-
|
0.4
|
Vitamin
B1 (mg)
|
0.12
|
0.12
|
Vitamin
B2 (mg)
|
0.06
|
0.06
|
Vitami
C (mg)
|
21
|
17
|
Abu
(g)
|
1.0
|
0.9
|
Serat
(g)
|
2.2
|
-
|
(Triyono, 2002).
Melihat
banyaknya kandungan gizi yang dimiliki oleh buah sukun ini, menjadikan buah
sukun layak sebagai bahan penganti pangan alternatif. Selama ini pengolahan
sukun banyak dijadikan sebagai tepung, dan yang paling umum adalah keripik
sukun. Buah sukun sebenarnya dapat diolah lagi menjadi berbagai jenis makanan
seperti misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, mie sukun, spongecake
sukun, tape sukun dan donat sukun.
Sukun
di Indonesia kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk olahan baik digoreng maupun
direbus dari buah yang masih mentah. Buah sukun umumnya dikonsumsi setelah
digoreng seperti talas dan adakalanya direbus atau dibuat keripik. Di Maluku,
buah sukun sering dibakar utuh, kemudian baru dikupas dan dipotong-potong untuk
dijadikan kolak, demikian pula yang dilakukan oleh penduduk Tahiti.
Diversifikasi produk dari sukun masih sangat terbatas, padahal sukun merupakan
salah satu komoditas yang mudah rusak, sehingga harga sukun relatif murah.
Keterbatasan pemanfaatan buah sukun di Indonesia disebabkan kurangnya informasi
tentang komoditi sukun. Padahal komoditi ini sangat potensial sebagai usaha
menganekaragamkan makanan pokok, terutama penduduk Indonesia yang makanan
pokoknya beras. Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan
dengan menganekaragamkan jenis produk olahan sukun, untuk itu perlu
dikembangkan cara pengolahan lain seperti pembuatan tepung sukun dan pati sukun
(Patriono, 2006).
Prospek
Kedepan Usaha Buah Sukun
Pohon
sukun tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang
sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan
dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat
tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh
dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu
cadangan pangan nasional. Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif
karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional
(Pitojo, 1999).
Pohon sukun merupakan salah satu jenis
tanaman yang tepat untuk mengatasi masalah lahan kritis. Setelah diadakan
penanaman pohon sukun di beberapa pulau di kepulauan Seribu ternyata cocok dan
tumbuh dengan baik. Oleh
karena itu pohon sukun tidak hanya
berfungsi sebagai tanaman penghijauan saja, tetapi buahnya pun berguna untuk
menambah gizi penduduk. Jadi dengan adanya
usaha untuk menanggulangi lahan
kritis, pohon sukun pun berpeluang besar untuk
dikembangkan guna menunjang hal
tersebut, karena manfaatnya yang begitu besar
(Kartikawati dan Adinugraha, 2003).
Untuk
memenuhi konsumsi rata - rata penduduk Indonesia per tahun sebesar 123 Kg dan
jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,7 % per tahun, pemerintah harus mengimpor beras
sebesar 3,7 juta ton pada tahun 2002 dari negara - negara lain seperti Thailand
dan Vietnam, sedangkan produksi gabah Indonesia pada tahun 2002 sebesar 51,5
juta ton. Tingkat konsumsi beras di Indonesia selama ini jauh lebih besar dari yang
diproduksi. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa ketergantungan terhadap
satu jenis pangan pokok yaitu beras, tidak boleh terus berkelanjutan. Oleh
karena itu dalam program pembangunan pertanian 2000 - 2004, diversifikasi pangan merupakan
salah satu kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program
tersebut dilakukan melalui peningkatan penganekaragaman bahan pangan dan mutu
pangan (Suraningsih, 2004).
Melihat
hal tersebut diatas, buah sukun memiliki prospek yang cerah karena sukun
merupakan tnaman yang mudah berproduksi dan dapat dijadikan sebagai bahan
pangan subtitusi pengganti beras. Kita ketahui beras merupakan makanan wajib
bagi kebanyakan penduduk di Indonesia, jika sukun dapat dijadikan bahan pangan
subtitusi untuk penggunaan beras, maka nilai ekonomi yang dihasilkan buah sukun
akan besar apabila adanya pengolahan buah sukun yang lebih lanjut, tidak hanya
sebagai keripik atau tepung sukun saja.
Pangsa
Pasar
Pengolahan
sukun saat ini masih sangat sedikit, padahal kebutuhan kan tepung sukun
dipasaran sangat tinggi, karena tepung sukun dapat digunakan sebagai bahan
pengganti tepung tapioka. Hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi kita untuk
dapat membudidayakan buah sukun dan dapat mengolahnya serta mendirikan usaha
pembuatan tepung sukun agar produksi tepung sukun menjadi tinggi. Tepung sukun
tersebut selanjutnya dapat diolah manjdi berbagai macam produk olahan berbahan
baku tepung sukun, seperti spongecake sukun, kue sukun, mie sukun dan juga
donat sukun. Seperti pada usaha yang telah dilakukan sekelompok mahasiswa di UGM
yang berhasil menuangkan ide kreatifnya untuk membuat olahan sukun menjadi
cemilan lezat yaitu Sukrilicious atau donat sukun. Akibat dari ide kreatif
sejumlah mahasiswa ini, dapat meningkatkan harga penjualan buah sukun menjadi
lebih tinggi (Sulistiono, 2010).
Hal
ini tentunya akan menarik minat banyak pihak, terutama masyarakat perdesaan
yang umumnya dekat dengan hutan, untuk dapat membudidayakan buah sukun dan
mengolahnya. Di satu sisi hal ini tentunya dapat berdampak kepada kurangya
jumlah pengangguran di Indonesia dan dapat meningkatkan kemajuan ekonomi di
Indonesia.
Teknologi
Pengolahannya
Keripik
Sukun
Untuk
produk olahan buah sukun menjadi keripik biasanya masih memakai teknologi
tradisional. Pembuatan sukun menjadi keripik biasanya dapat dilakukan pada
usaha-usaha rumah tangga dengan cara memakai beberapa pekerja untuk membantu
mengupas, mencuci, memotong tipis-tipis, mengoreng, membumbui hingga ke
pemasarannya. Teknologi yang lebih lanjut, dapat dilihat dari penggunaan alat
pemotong buah sukun, dan adanya pembuatan kemasan sehingga memberi nilai tambah
untuk penjualan keripik tersebut karena dipandang lebih kreatif dan indah.
Sebagai contoh pada pembuatan keripik sukun yang diusahakan oleh Tati Yulinati,
dia menyatakan bahwa pembuatan keripik gongshu, walaupun mudah tetapi cukup
makan waktu lama, dalam satu kali produksi Tati dan kawan-kawan mampu membuat
50-100 kemasan ukuran 100 gr dengan harga Rp2.500/kemasan. Caranya, sukun
dikukus, dihancurkan, diberi tepung beras, kemudian dicetak. Terakhir sukun
digoreng, barulah sukun siap untuk dinikmati. Dengan cara begitu, kita bisa
menikmati buah sukun dengan bentuk yang unik dan rasa yang variatif (Rachmawati,
2010).
Tepung
Sukun
Sukun
dapat menjadi sumber tepung dengan kandungan mineral dan vitamin yang lebih
baik dibanding beras. Proses pengolahannya pun cukup sederhana sehingga dapat
dilakukan di pedesaan. Berbagai jenis penganan dapat diolah dari tepung sukun.
Teknik pengolahan buah sukun menjadi tepung sukun yaitu melalui tahap
pengupasan buah sukun, perajangan, pengukusan, pengeringan, penepungan, dan
penyimpanan. Kendala dalam pembuatan tepung sukun adalah terbentuknya warna
coklat pada buah saat diolah menjadi tepung. Hal ini disebabkan adanya enzim
yang terkandung dalam buah sukun. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat,
bahan harus diusahakan sedikit mungkin kontak dengan udara dengan cara merendam
buah yang telah dikupas dalam air bersih, serta menonaktifkan enzim dengan cara
dikukus. Lama pengukusan tergantung pada jumlah bahan, berkisar antara 10-20
menit. Tingkat ketuaan buah juga mempengaruhi warna tepung. Buah muda
menghasilkan tepung sukun yang berwarna putih kecoklatan. Semakin tua buah,
semakin putih warna tepung. Tepung sukun yang paling baik dihasilkan dari buah
yang dipanen 10 hari sebelum tingkat
ketuaan optimum (Suyanti, dkk. 2001).
Proses
Pembuatan Tepung Sukun
Pengupasan
Proses pengupasan
buah sukun harus dilakukan cepat (menggunakan alat khusus pengupas sukun untuk
mencegah terjadinya pencoklatan karena senyawa phenol) dan segera harus
direndam dalam air sukun kupas akan terjadi proses oksidasi (kontak dengan
udara).
Penyawutan
Pada proses
penyawutan, hasil sawut harus segera jatuh terendam air dan kemudian
dipres untuk mengekuarkan air dan senyawa phenol.
Pengeringan
Sawut basah hasil pengepresan dikeringkan dengan alt
pengering selama 7 jam atau dijemur selama 2 hari pada cuaca cerah, sampai
kadar air tinggal 14%.
Mie
Sukun
Pengolahan buah sukun yang
populer saat ini salah satunya adalah pembuatan mie sukun. Mie sukun dapat dibuat dari sukun kukus
yang telah dihancurkan (pasta sukun) atau dari tepung sukun yang dicampur
dengan terigu. Pada pembuatan mie diperlukan komponen gluten tinggi, yang
terdapat pada terigu, sehingga pada pembuatan mie sukun dicampur dengan terigu.
Fungsi terigu adalah membentuk struktur karena gluten bereaksi dengan
karbohidrat. Bahan lain dalam pembuatan mie adalah air, garam, soda kue dan
telur. Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat,
melarutkan garam dan membentuk sifat kenyal dari gluten. Fungsi garam adalah
untuk memberi rasa, memperkuat tekstur mie, membantu reaksi antara gluten
dengan karbohidrat sehingga meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie.
Telur berfungsi untuk mempercepat penyerapan air pada terigu, mengembangkan
adonan dan mencegah penyerapan minyak sewaktu digoreng. Soda kue berfungsi
untuk mempercepat pengembangan adonan, memberikan kemampuan dalam memperbesar
adonan serat, mencegah penyerapan minyak dalam penggorengan mie. (Antarlina dan Sudarmadi, 2009)
Cara pembuatan
mie yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa
Timur sangat sederhana, yaitu dengan mencapur tepung sukun/pasta sukun, terigu,
telur, garam, soda kue, dan air, hingga terbentuk adonan tertentu selanjutnya
dicetak lembaran. Pencetakan lembaran menggunakan alat penggiling mie diulang
berkali-kali hingga berbentuk lembaran yang halus. Pada awal penggilingan dimulai
dengan ukuran ketebalan yang besar dan makin lama makin tipis. Penggilingan
lembaran terakhir disesuaikan dengan ukuran mie. Apabila diinginkan mie yang
berdiameter kecil ketebalan lembaran dibuat tipis, dan bila diinginkan mie
besar ketebalan lembaran dipertebal. Setelah itu dilakukan pemotongan mie. Mie
yang terbentuk dilakukan perebusan, maka dihasilkan mie
basah, atau dikeringkan menjadi mie
kering
(Antarlina dan Sudarmadi, 2009)
Mie kering
merupakan makanan ringan yang banyak diminati oleh anak-anak. Mie kering juga
bisa dibuat menjadi mie basah yang digunakan sebagai bahan pelengkap untuk
usaha bakso. Seperti yang kita ketahui bahwa usaha bakso sangat menjamur
dimana-mana dan sangat disukai oleh berbagai kalangan, baik anak-anak hingga
orang dewasa. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya adalah kadar
gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi kita. Mie sukun juga
dapat diolah lagi menjadi mie goreng, mie kuah dan berbagai olahan mie lainnya.
Kegemaran orang
Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan potensi ekonomi yang
dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun menjadi mie sukun ini,
membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan dijadikan
sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
Rekomendasi
Melihat
banyaknya manfaat ekonomi yang dapat dihasilkan buah sukun, ada baiknya jika
buah-buah sukun yang ada di seluruh Universitas Sumatera Utara dapat diolah
menjadi berbagai produk olahan makanan yang akhirnya dapat dijual dan dapat
memberikan tamabahan pemasukan bagi Universitas.
Untuk
dapat mengusahakan buah sukun ini, ada baiknya didirikan sebuah UKM yang
bergerak dalam usaha pengolahan produk-produk makanan dari buah sukun.
Produk-produk tersebut dapat dijual kepada mahasiswa USU, Dosen, Rumah makan,
Swalayan, bahkan dapat didistribusikan ke pasar-pasar tradisional sekitaran
USU.
PENUTUP
Sukun dapat diolah menjadi
berbagai macam produk antara lain sebagai bahan makanan, misalnya tepung sukun,
getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun, mie sukun dan sebagainya.
Olahan buah sukun yang paling berpotensi adalah sebagai bahan makanan, karena
memiliki nilai gizi yang tinggi salah satunya kandungan karbohidrat.
Sukun mempunyai komposisi
gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung
karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein
0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar
air 61,8% dan serat atau fiber 2% . Karena kandungan
karbohidratnya cukup tinggi, maka sukun sangat berpotensi untuk dijadikan bahan
pangan pokok alternatif pengganti beras.
Alternatif pengolahan buah sukun yang populer saat ini salah satunya adalah
pembuatan mie sukun
yang terbuat dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Mie sukun ini
banyak digemari oleh anak-anak. Selain mie basah yang digunakan sebagai bahan
pelengkap untuk usaha bakso. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya
adalah kadar gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi.
Kegemaran orang
Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan potensi ekonomi yang
dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun menjadi mie sukun ini,
membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan dijadikan
sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Antarlina dan Sudarmadi. 2009. Mie Sukun Ala BPTP
Jatim. BPTP. Jawa Timur.
Departemen
Pertanian, 2009, Sukun: Bisakah Menjadi Bahan Baku Produk Pangan, Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 31(1): 1-3.
Harsanto,
B.P., 1986. Budidaya dan Pengolahan Sukun. Kanisius, Jakarta.
Kartikawati,
N. K dan H.A. Adinugraha, 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun.
Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. P
urwobinangun. Yogyakarta.
Koswara,
S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan
Alternatif. ebookpangan.com.
Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius, Jakarta.
Rachmawati,
R.R. 2010. Gongshu Keripik Sukun Penuh Gizi. FP UNPAD. Jatinangor.
Sulistiono.
2010. Yang Sedap Dari Sukun. UGM. Yogyakarta.
Suraningsih,
M. S. 2004. Strategi Pengembangan Komoditi sukun dalam Peningkatan
Diversifikasi Pangan. MB IPB. Bogor.
Suyanti,
S. W. Dan Susmonol. 2001. Teknologi Pengolahan Tepung Sukun dan Pemanfaatannya
untuk Berbagai Produk Makanan dan Olahan. BPPP. Jakarta.
Triyono,
A. 2002. Teknologi Pengolahan Keripik Sukun. BPM. Jakarta.
Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D Fardiaz, 1980.
Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
di tempatku, tepung sukun banyak yang nyari, mana mahal banget pula
BalasHapus