Oleh : Ade Khana Saputri
NIM : 111201047
NIM : 111201047
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Penanaman
dan Penggunaan Tumbuh-Tumbuhan untuk obat tradisional sudah lama dikenal oleh
bangsa Indonesia sejak nenek moyang dulu, bahkan juga dikenal oleh bangsa Cina,
Kerajaan Babillonia dan Bangsa Mesir. Meskipun bersifat tradisional ternyata
manfaatnya sangat besar sekali untuk kesehatan manusia hingga turun temurun
Lebih-lebih sejak Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997 yang berlanjut
menjadi krisis multi dimensional hingga sekarang masih terasa terutama harga
barang dan biaya yang masih tinggi, maka banyak rakyat Indonesia dalam
rangka memelihara kesehatannya dan usahawan dalam berdagangnya menginginkan
biaya yang murah, untuk itu beralih pilihan pada banyak sekali obat tradisional
dari home industri / toko-toko/ pasar jamu / obat tradisional atau tanaman obat
disekitarnya baik untuk diolah sendiri dengan asumsi harga dan pembiayaannya
murah. Hal ini tentunya mendorong peningkatan permintaan obat tradisional /
tanaman obat tersebut (Priyono, 2006).
Pendapat itu telah diperkuat oleh Rozanna
(2007) yang menyatakan bahwa fenomena back to nature telah melanda
masyarakat dunia sehingga tren permintaan masyarakat terhadap konsumsi pangan,
minuman kesehatan dan obat-obatan dari bahan alam terus meningkat.Lebih lanjut dikatakan
bahwa pemerintah Indonesia sangat menyadari pentingnya pengembangan keanekaan
hayati, sehingga dalam Kebijakan Strategis Nasional IPTEK, Pengembangan
teknologi kesehatan dan obat-obatan merupakan salah satu prioritas dalam agenda
riset nasional, khususnya yang didalamnya tercakup pengembangan bahan-bahan
alam yang digali dari kekayaan hayati dan budaya asli Indonesia seperti pangan fungsional
( nutraseutikal), obat tradisional (Jamu) dan bio/ fitofarmaka. Namun ironisnya
Indonesia masih digolongkan rendah
nilai perdagangan internasional (Ekspor)
tanaman obat alami (TOA), pada hal Indonesia termasuk Negara terbesar ke
tiga di dunia yang memiliki keaneka ragaman hayati tumbuhan berbunga sebanyak
30 000 jenis sebagai plasma nutfah (diantaranya terdiri 7000 jenis tanaman
obat, 1000 jenis tumbuhan zat beracun, 50 jenis tanaman aromatic).
Hal
ini disebabkan oleh produksi bahan bakunya masih rendah bahkan usaha penanamannya
masih bersifat tradisional dan banyak yang subsisten, tidak mantap dan tidak
kontinyu. Dengan demikian untuk memecahkannya (Tisnadjaja, 2007) diperlukan
usaha (agribisnis) yang besar, mantap dan terus menerus serta intensif penyediaan
bahan baku dan sumber asal bahan bakunya untuk ditanam dan dikembangkan dengan
harapan agar didapatkan produksi tanaman obat (sebagai persediaan TOA) yang
tinggi sehingga dapat meningkatkan
nilai perdagangannya (ekspor)
dan devisa Negara Indonesia Untuk itu hingga tahun 2010 Indonesia
menargetkan nilai perdagangannya dapat mencapai Rp 8 trilliun (Rozanna, 2007),
caranya dengan mengembangkan tanaman obat yang prospektif tidak hanya secara
ekstensif saja bahkan harus intensif dengan pasca panen dan pemasaran yang
efektif atau dapat dikatakan melalui system agribisnis yang dapat dilakukan
oleh semua fihak (individu, kelompok,
industriawan) sehingga akan meningkatkan pendapatan tidak hanya para petani
saja bahkan meningkatkan pendapatan (devisa) negara, karena manfaat
usaha ini menyangkut 5 tujuan, yaitu untuk bisnis, kuratif, promotif, preventif
dan artistic (Martodireso dan Widodo AS, 2002; Priyono, 2006; Rozanna, 2007).Tanaman yang dimaksud antara lain kunyit,
jahe, lengkuas, pegagan,
temulawak, jati belanda, sirih, kencur, mengkudu, sembung, lidah buaya, beluntas, mahkota dewa, bunga kamboja,
keji beling, sambiloto, kumis
kucing, sansiviera, dan sebagainya disamping rempah-rempah, berbagai sayur-sayuran, buah-buahan kebutuhan
sehari-hari maupun tanaman
bunga-bungaan dan tanaman industri yang sudah lama diusahakan secara intensif. Mengingat pentingnya,
banyak / macamnya kandungan, ragam kegunaan dan kasiat / kemujaraban /
kemampuannya dalam mendukung kesehatan manusia, untuk itu pada kesempatan ini
fokus pembahasan masalah ini dibatasi
tentang agribisnis tanaman obat
kunyit dan lengkuas.
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu
tanaman obat potensial, selain sebagai
bahan baku obat juga dipakai sebagai bumbu
dapur dan zat pewarna alami. Berdasarkan hasil survei tahun 2003, kebutuhan rimpang kunyit berdasarkan
jumlahnya yang diserap oleh industri
obat tradisional di Jawa Timur menduduki peringkat pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar
bersama-sama dengan bahan baku obat
lainnya. Rimpangnya sangat bermanfaat sebagai
antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut,
penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare,
rematik. Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri,
kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksikurkumin, dan
bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein,
kalsium, fosfor dan besi. Zat warna
kuning (kurkumin) dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan
ternak. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, α dan
β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol. Teknologi
budidaya yang mengikuti anjuran, dengan mengacu kepada penerapan SPO yang
tepat, produksi rimpang kunyit segar mencapai 11 ton/ha, dengan kadar kurkumin
8 – 11%.
B. Rumusan Masalah
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
cirri khas, manfaat dan kultur teknis kunyit?
2.
Bagaimana
pemasaran dari kunyit tersebut?
1. Untuk
mengetahui cirri khas, manfaat dan kultur teknis kunyit
2. Untuk
mengetahui pemasaran kunyit
PEMBAHASAN
A.
Ciri khas, manfaat, kultur teknis kunyit
1.
Deskripsi
Tanaman
Kunir/kunyit merupakan tanaman terna, berbatang semu, tinggi dapat mencapai 40 – 100 cm. Bentuk batangnya bulat dan basah, berwarna hijau keunguan. Kunyit mampu membentuk rimpang, berwarna oranye, bila tua dan tunas mudanya berwarna putih, membentuk rumpun yang rapat. Berakar serabut berwarna coklat muda. Setiap tanaman berdaun 3 – 10 helai, panjang daun beserta pelepahnya sampai 70 cm, helaian daun berbentuk lanset memanjang, berwarna hijau dan hanya bagian atas dekat pelepahnya berwarna agak keunguan,panjang 28 – 85 cm, lebar 10 – 25 cm. Bunga muncul dari batang semu panjang 10 – 15 cm. Bunga warnanya putih/kuning pucat, pangkal bunga warnanya putih.
Kunir/kunyit merupakan tanaman terna, berbatang semu, tinggi dapat mencapai 40 – 100 cm. Bentuk batangnya bulat dan basah, berwarna hijau keunguan. Kunyit mampu membentuk rimpang, berwarna oranye, bila tua dan tunas mudanya berwarna putih, membentuk rumpun yang rapat. Berakar serabut berwarna coklat muda. Setiap tanaman berdaun 3 – 10 helai, panjang daun beserta pelepahnya sampai 70 cm, helaian daun berbentuk lanset memanjang, berwarna hijau dan hanya bagian atas dekat pelepahnya berwarna agak keunguan,panjang 28 – 85 cm, lebar 10 – 25 cm. Bunga muncul dari batang semu panjang 10 – 15 cm. Bunga warnanya putih/kuning pucat, pangkal bunga warnanya putih.
2.
Kandungan, Kegunaan dan Kasiatnya
a. Kandungan
Rimpang
mengandung minyak atsiri 3 – 5 %(senyawa d-alfapelandren 1%, d – sabinen 0.6%,
cineol 1%, borneol 0.5%, zingiberen 25%, timeron 58%, seskuiterpen alcohol
5.8%, alfa-atlanton, gamma-atlanton, turmeron, simen, dan artumeron). Kandungan
lainnya yaitu kurkumin 0.63-6.5%, zat pati 40-50%, zat pahit, selulosa,
mineral, vitamin dan resin/damar.
b. Kegunaan
Untuk
dibuat simplisia dan atau bubuk minuman/jamu, lulur (kosmetik), pil (obat),
bumbu masak, zat pewarna makanan nasi/lauk pauk dan textile, minyak atsiri,
campuran pakan ayam, dan lain-lain.
c. Kasiat
Untuk
penyedap masakan, melancarkan peredaran darah, haid, persalinan, carminative
(kentut), pengeluaran empedu, mencegah demam, menghilangkan kembung perut,
radang usus, bau badan, keputihan, sakit malaria, sebagai antipiretik,
dekongestan, antiimflamasi, antidiare, anti maag, antiluka, menurunkan tensi
darah tinggi, anticacar air, melegakan sesak nafas, meningkatkan akiivitas
seksual, icteric hepatitis, dapat sebagai penawar keracunan akibat pengaruh
obat lain yang dapat merusak hati /lever.
3.
Budidaya Tanaman
a. Tempat Tumbuh
Ketinggian
0 – 2000 m dpl. Mempunyai daya adaptasi yang cukup luas di daerah tropis. Curah
hujan sekitar 2000 – 4000 mm setiap tahunnya dan dicarea yang sedikit
terlindung, suhu 19-30ºC. Untuk menghasilkan rimpang yang cukup besar dan baik,
tanaman ini menghendaki tempat yang terbuka atau sedikit naungan. Kunyit dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah tetapi seperti halnya tanaman rimpang lainnya
tidak toleran terhadap tanah yang tergenang dan salinitasnya tinggi. Sifat
tanah yang paling disukai adalah memiliki drainase yang baik serta selalu dalam
kondisi lembab misalnya saja jenis tanah Andosol, Latosol, Mediteran merah
kuning, Gromusol, Aluvial dll terutama yang bertekstur lempung berpasir / liat
berpasir (sandy clay). Bila tanah yang digunakan kurang subur,
sebaiknya kunyit di tanam pada tempat yang bernaung.
b. Pembibitan
1.
Gunakan bibit dari stek rimpang yang sudah tua berumur 9-10 bulan, seragam
jenisnya, dan berukuran 20 – 25 gr tiap stek. Untuk indukan sebaiknya gunakan
rimpang yang seragam dan bedakan antara rimpang induk dan rimpang anakan karena
rimpang (induk dan anakan) tidak sama sehingga waktu panennyapun tidak
bersamaan.
2.
Semaikan dahulu di atas alas jerami berlapis (3-5 lapis) rimpang yang akan
digunakan sebagai bibit agar tumbuh tunas yang cepat dan baik. Setelah 3 – 8
minggu di persemaian, tunas pada rimpang mulai tumbuh. Setiap potongan bibit
rimpang sebaikna terdiri dari 2 – 3 tunas.
3.
Taburi rimpang yang sudah dipotong untuk bibit dengan abu dapur atau olesi
vaselin atau bungkus plastic secukupnya agar luka bekas potongan tidak
ditumbuhi jamur. Bibit siap untuk ditanam dilahan setelah luka bekas potongan
mengering dan tunas sudah tumbuh baik.
c. Persiapan Lahan
1.
Olah lahan dengan menggunakan cangkul atau garpu agar tanah menjadi gembur
sehinggga pertumbuhan perakaran tanaman dan rimpang menjadi lebih baik.
2.
Cangkul lahan pada kedalaman lapisan olah antara 20 – 30 cm. Setelah itu, lahan
dibiarkan selama 1 – 2 minggu.
3.
Lakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk organic sebanyak 20 ton/ha
(sebaiknya kotoran yang banyak mengandung P seperti kotoran ayam, burung,
kelelawar, kambing, sapi, kelinci, kuda). Campurkan pupuk dengan tanah kemudian
ratakan
4.
Buat bedengan/guludan sesuai kontur tanah agar tidak ada genangan air saat
hujan agar rimpang tidak mudah busuk dan terserang penyakit. Ukuran bedengan
umumnya lebar 0.6 – 2 m dan panjangnya disedsuaikan dengan keadaan lahan, jarak
antar bedengan 20 – 50 cm, sedangkan tinggi bedengan disesuaikan dengan jenis
tanah. Pada tanah berat yang sangat mudah terjadi genangan air, bedengan dibuat
lebih tinggi (sekitar 50 cm ) dan pada tanah ringan bedengan bisa dibuat lebih rendah
(tinggi 25 – 40 cm).
d. Penanaman
1.
Lakukan penanaman pada saat awal/akhir musim hujan (panennya awal/akhir musim
kemarau untuk umurnya 7-8 bl, 12 bl – 18 bl).
2.
Buat lubang tanam pada bedengan dengan jarak tanam panjang 60 cm dan lebar 60
cm. Kebutuhan bibit sebanyak 500 – 600 kg rimpang per hektar. Jarak lubang
adalah panjang 40 – 60 cm.
3.
Tanam bibit dengan kedalaman 7,5 – 10 cm.
4.
Lakukan pemupukan dasar dengan pupuk organik per lubang tanam. Caranya, masukan
pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1 – 2 kg ke dalam lubang tanam
kemudian aduk dengan tanah sampai merata.
5.
Tanamkan bibit ke dalam lubang tanam dengan menghadapkan mata tunas atau tunas
yang sudaha tumbuh ke arah permukaan tanah.
6.
Tutup lubang tanam beserta bibit dengan tanah sampai rata dengan permukaan
tanah.
e. Perawatan Tanaman
1.
Lakukan penyulaman pada 2 – 3 minggu setelah penanaman agar populasi optimum
tanaman tetap terjaga sterilkan dahulu dengan menaburi obat Furadan. Penyulaman
dilakukan dengan menggunakan bibit yang jenis dan umurnya sama dengan yang
sudah ditanam.
2.
Lakukan pendangiran atau pembubunan tanaman apabila akar atau rimpang terlihat
muncul dipermukaan atau biasanya pada saat tanaman berumur 2 – 6 bulan. Selang
waktu antara penanaman dengan pembubunan lebih dipengaruhi oleh jenis tanah dan
curah hujan. Apabila curah hujan cukup tinggi dan jeins tanah tempat penanaman berpasir,
maka pembubunan lebih sering dilakukan. Biasanya petani melakukan pembubunan
bersamaan dengan penyiangan.
3.
Lakukan penyianga bersamaan dengan pembubunan agar tanaman tidak bersaing
dengan gulma dalam memperoleh unsur hara dan factor pertumbuhan lainnya.
Kelembaban lingkunganpun lebih terjaga (tidak terlalu lembab) sehingga tanaman
tidak mudah diserang hama atau penyakit. Penyiangan normal 3 – 5 kali.
4.
Laukukan pemupukan susulan bagi tanaman yang berasal dari bibit rimpang induk
pada umur 4 bulan atau 6 – 7 bulan pada tanaman yang barasal dari rimpang
cabang atau anakan. Pemupukan dengan menggunakn kompos sebanyak 1 – 2 kg per
rumpun.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
yang potensial menyerang tanaman kunyit
adalah Kumbang Lasioderma serricorne, merupakan hama gudang
yang sangat merusak Serangga ini bersifat kosmopolit dan merusak berbagai bahan
organic kering. Di Indonesia serangga ini terutama dikenal merusak daun
tembakau dalam penyimpanan. Selain itu terdapat serangga penggerek akar Dichrosis
puntiferalis, Kutu daun Panchaetothrips. Ulat pemakan daun Kerana
diocles dan Udas pesfolus. Penyebab penyakit kulit rimpang dan pembusukan
tunas muda adalah jamur Sclerotium rolfsii, Botryotrichum sp. Pembusukan
dan pengroposan rimpang oleh jamur Fusarium sp. Karat daun oleh Taphrina
macullans dan Colletothrium capisici. Sehingga pengatasannya dengan
cara :
1.
Untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit pada tanaman, lakukan tindakan
preventif dengan menjaga kebersihan area pertanaman dari gulma, menjaga
kelembaban iklim mikro tanaman agar tidak terlalu lembab, serta melakukan
rotasi tanaman.
2.
Lakukan pengendaklian hama penyakit secara manual (dengan membakar atau
menguburnya) atau dengan bahan-bahan organic bila serangan hama atau penyakit
masih sedikit dan belum meluas.
3.
Lakukan pengendalian dengan penyemprotan pestisida nabati apabila serangan hama
dan penyakit tanaman sudah meluas.
g. Pemanenan
1.
Lakukan pemanenan pada saat musim kemarau sehingga bagian tanaman yang berada
diatas permukaan tanah sudah mengering.
2.
Panen tanaman setelah berumur setahun atau lebih. Gunakan garpu untuk
membongkar rimpang.
3.
Bersihkan rimpang yang baru dibongkar. Basuh rimpang dengan air mengalir.
Setelah air cucian kering, simpan rimpang di gudang yang kering dan terlindung
dari sinar matahari. Produksi rimpang kunyit dari suatu tanaman percobaan, pada
umur 13 bulan dan pada jarak tanam panjang 60 cm dan lebar 60 cm adalah 21 – 30
ton rimpang kunyit segar setiap hektarnya. Jika panenannya umur 7 – 8 bulan
hasilnya 15 – 20 ton rimpang basah.
4.
Simpan rimpang dalam bentuk simplisia kering agar dapat disimpan dalam waktu
yang lama. Rimapng yang sudah dibersihkan dikupas kulit luarnya dan diiris-iris
dengan ketebalan 7 – 8 mm. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau alat pengering dengan suhu 50 – 55 0 C. Susut pengeringan sekitar
16 %, dengan kadar air 8 – 17 %. Produksi rimpang kering adalah 3,2 – 4, 8 ton
tiap hektar.
B.
Pemasaran Kunyit
Pemasaran hasil tanaman kunyit dan di
dalam negeri masih terbatas jangkauan dan jumlah, yaitu dalam bentuk rimpang, simplisia, bahkan bentuk olahan seperti jamu/obat tradisional,
minuman, serta sebagian kecil minyak atsiri dengan dijual sendiri (langsung )
kepada pembeli yang datang ke rumah-rumah petani atau dibawa ke pasar, atau
melalui penawaran dan pengiriman secara kolektip berdasarkan permintaan /
pesanan industri jamu baik partai kecil maupun partai besar. Sedangkan
pemasaran untuk keperluan ekspor dalam
bentuk minuman, obat tradisional / jamu dan minyak atsiri ke Negara Jepang,
Timur Tengah, Eropa, Afrika, Kanada dan USA.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tantangan
Indonesia dalam agribisnis tanaman obat ( termasuk kunyit dan lengkuas ) adalah
penyediaan bahan baku maupun sumber asal bahan baku secara mantap dan kontinyu
tidak hanya secara ektensif, namun juga secara intensif (segi kuantitas dan
kualitas SDM, teknologi, ekonomis) dan manfaatnya sangat dirasakan tidak hanya
oleh pemerintah Indonesia saja, tetapi juga untuk kejayaan dan kesejahteraan
lahir dan bathin bagi seluruh rakyat Indonesia.
2.
Namun dibalik dari tantangan ini disisinya mengandung suatu peluang untuk bekerja
keras mewujudkannya usaha agribisnis tanaman obat ini yang manfaatnya tidak
hanya untuk bisnis saja, tetapi juga untuk pengobatan (kuratif), preventif,
promotif, dan artistic. Caranya melalui gerakan nasional penanaman tanaman obat
yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan mengacu dari hasil penelitian
dan pengembangan lembaga terkait seperti pakar/ahli dari perguruan tinggi,
pusat-pusat penelitian dan pengembangan serta menyertakan peran serta lembaga
swadaya masyarakat yang terkait.
DAFTAR
PUSTAKA
Martha Tilaar Innovation Center.
2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat
Rimpang. Penebar Swadaya. Depok. Jabar.
Martodireso, S dan Widada AS.
2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama
Kanisius.Ygy.
Priyono. 2006.
Agribisnis Tanaman Obat. Pelatihan Life Skill. Kerjasama PLS
Dinas Diknas Propinsi Jateng
dan LPPM UNISRI. Surakarta.
Rozanna, R. 2007.
Potensi Tanaman Obat Sebagai Pangan Fungsional Mendorong
Ekspor.Buku Panduan Seminar
Nasional Tanaman Obat dan Obat Tradisional. BPPTO. Tawangmangu, Karanganyar,
Surakarta. Jateng.
Sunardi dan Slamet.2007. Tanaman
di Pekarangan Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta.
Sugeng H.R.. 1984.
Tanaman Apotik Hidup Aneka Ilmu. Semarang.
Suseno, S.1985.Mengapa
Kunyit bisa mencegah demam?.Intisari No.20/1985. Jkt.
Syukur, C. 2005.
Pembibitan Tanaman Obat. Penebar Swadaya. Depok. Jabar.
Tisnadjaja, D.2007.Pengembangan Proses
Produksi Bahan Baku Obat Berkhasiat
Menurunkan
Kadar Kolesterol Darah Melalui Proses Fermentasi. Buku Panduan Seminar Nasional
Tanaman Obat dan Obat Tradisional.BPPTO.
Tawangmangu,
Karanganyar, Surakarta. Jateng.
Winarto, W.P. dan Tim Lentera. 2004.
Kasiat dan Manfaat Kunyit Agromedia
Pustaka. Depok. Jabar dan Tim Karyasari.
2004. Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi
Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Depok. Jabar.
0 komentar:
Posting Komentar