Oleh : Roy Brema Ginting
NIM : 111201055
NIM : 111201055
A. Latar Belakang
Karet
adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks
beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan
internasional adalah para atau Hevea
brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain
juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet,
seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan
(misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini
dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca
dipakai dalam kedokteran (guttapercha),
sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle).
Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan
dalam industri perkaretan.Pembangunan
Kehutanan sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian usaha
nyata dan terencana untuk memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan dijiwai Pasal 33 ayat 2 dan 3
Undang-Undang Dasar 1945,hutan sebagai salah satu kekayaan alam dengan
keanekaragaman isinya yang menguasai hajat hidup orang banyak, harus dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Peluang Usaha Budidaya Tanaman Karet . Pohon karet (Latin: Hevea Brnziliensis, red)
merupakan tanaman yang berasal dari Brazil. Cikal bakal tanaman karet alam
dunia ini, setelah mengalami percobaan berkali – kali oleh Henry Wickham,
akhirnya berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Bahkan, dalam perkembangan
selanjutnya, Asia Tenggara khususnya dan Asia pada umumnya menjadi sumber
tanaman karet alam. Tanaman karet yang mampu tumbuh hingga setinggi 25 m ini,
memiliki batang yang mengandung getah yang dikenal dengan istilah lateks. Dan,
lateks inilah yang merupakan bahan baku utama dan sangat penting bagi berbagai
industri, termasuk industri otomotif dan dalam kemiliteran. Tak pelak, harga
jualnya pun terbilang mahal yaitu (pada media 34 Februari 2011, red) Rp.
27.700,- / kg, untuk sadapan berumur sebulan.
Perlu diketahui bahwa umur sadapan sangat berpengaruh pada harga.
Misalnya, harga per kilogram lateks untuk sadapan berumur seminggu yakni Rp16
ribu. Sementara lateks dengan umur sadapan sebulan, dihargai Rp27.700,-/kg. Hal
itu terjadi, karena saat disadap, getah karet akan bercampur dengan air dan bahan
– bahan lain. Lalu, seiring dengan berjalannya waktu terjadi penyusutan hingga
akhirnya yang tertinggal hanya endapan getahnya. Karena tidak mau ‘merugi’,
sebagian besar petani tanaman karet lebih suka menjual hasil sadapan mereka
kala baru berumur (terkumpul) satu minggu.
Didesa basukum sangat cocok sebagai tempat budidaya tanaman karet karena
konndisi suhu dan tinggi tempat yang
sangat sesuai dengan tempat tumbuh tanaman karet yaitu Pada dasarnya
tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m
dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok
untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25C sampai
35C. Selain itu banyak sekali lahan-lahan yang masih kosong yang tidak di
manfaatkan oleh warga sekitar.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon
karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya
Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul
baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR
39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan
diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi.
Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada
berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat
sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat
klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet
yang akan dihasilkan.
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah.
Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas
lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih
mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, Mampu membentuk
ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim
basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, Dapat
memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan Memiliki
prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat
setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.
B. Keunggulan
Dalam Peluang Usaha Budidaya Tanaman
Karet mempunyai banyak keunggulan. Misalnya, pertama, untuk
membudidayakannya biasanya dilakukan dengan cara stek di mana harga bibitnya
Rp17.500,-/batang. Cara ini yang lebih sering digunakan, lantaran sudah
setengah jadi. Sehingga, tinggal menunggu pertumbuhannya saja. Lain halnya dengan
tanaman karet alam yang dibudidayakan dengan biji, yang berarti sangat lama
untuk menunggunya tumbuh tinggi. Sementara kemungkinan gagalnya, cuma 5%. Dalam
arti, bukan mati melainkan tidak tumbuh secara -mestinya atau terserang hama
yang gampang dimusnahkan. Kedua, lima tahun setelah ditanam, pohon – pohon
karet tersebut siap sadap. Penyadapan biasanya dilakukan berselang – seling
(satu hari sadap, satu hari tidak). Jadi, total hanya 15 hari dalam sebulan.
“Jika baru pertama kali disadap, biasanya akan diperoleh sekitar 85 kg/minggu
yang dikumpulkan dari 450 – 500 pohon, yang ditanam di atas lahan seluas 1 ha.
Perlu diketahui bahwa umur sadapan sangat berpengaruh pada harga.
Misalnya, harga per kilogram lateks untuk sadapan berumur seminggu yakni Rp16 ribu.
Sementara lateks dengan umur sadapan sebulan, dihargai Rp27.700,-/kg. Hal itu
terjadi, karena saat disadap, getah karet akan bercampur dengan air dan bahan –
bahan lain. Lalu, seiring dengan berjalannya waktu terjadi penyusutan hingga
akhirnya yang tertinggal hanya endapan getahnya. Karena tidak mau ‘merugi’,
sebagian besar petani tanaman karet lebih suka menjual hasil sadapan mereka
kala baru berumur (terkumpul) satu minggu.
C. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di desa basukum kecamatan sibolangit ini
adalah petani kesulitan menjual hasil kebun mereka karena minimnya pembeli yang
dating ke desa tersebut. Hal ini disebabkan karena akses jalan ke desa tersebut
yang masih sangat sulit dijangkau karena jalannya yang masih rusak. Selain itu
juga pohon karet yang tidak produktif lagi hanya di mamfaatkan oleh warga
sekitar sebagai bahan bakar.
Karet merupakan komoditas potensial dan berperan penting sebagai sumber
penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, pendorong pertumbuhan
ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet dan dalam
pelestarian lingkungan, terutama penyerapan CO2. Agribisnis karet
mempunyai prospek yang cerah. Namun demikian masih menghadapi berbagai
permasalahan seperti : produktivitas dan mutu produk yang rendah.
Produktivitas karet nasional saat ini masih relatif rendah. Nilai
ekspor karet alam Indonesia pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2 M,
dengan kenaikan produksi sekitar 6% dibandingkan produksi semester pertama
tahun 2005. Produktivitas karet nasional saat ini masih relatif rendah (700-800
kg/ha/th) dibandingkan dengan negara Asia lainnya lain seperti Thailand
(1800kg/ha/th), Malaysia (1200 kg/ha/th) dan India (2000 kg/ha/th). Upaya
peremajaan dengan menggunakan klon karet unggul serta penerapan teknologi
budidaya karet akan meningkatkan produksi tanaman. Berdasar hasil
penelitian Puslit Karet, telah direkomendasikan klon-klon baru seperti: IRR 5,
IRR32, IRR39, IRR104. Klon-klon ini menunjukkan produktivitas yang baik di
berbagai lokasi tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat
sekunder lainnya. Oleh karena itu pemilihan jenis klon harus disesuaikan dengan
agroekosistem wilayah dan jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam agribisnis karet adalah, ekspor
karet alam Indonesia sebagian besar berbentuk bahan baku dengan mutu yang lebih
rendah dibanding dengan negara lain sehingga kurang kompetitif di pasar
internasional. Untuk mengatasi hal ini perlu ditempuh percepatan pengembangan
industri barang jadi karet dan diversifikasi produk.
D. Saran
Saran yang baik terhadap permasalahan yang terjadi di desa tersebut
adalah:
1.
Sebaiknya
pemerintah berperan dalam memperbaiki akses jalan menuju desa tersebut
2.
Memberikan
materi-materi kepada masyarakat tentang besarnya peluang budidaya karet
3.
Memberikan
contoh-contoh tentang bagaimana cara budidaya tanaman karet yang baik mulai
dari penanaman sampai pemanenan.
0 komentar:
Posting Komentar