JATI EMAS (Tectona grandis L.f) SEBAGAI KOMODITI KEHUTANAN YANG DAPAT BERSAING DI PASAR
INTERNASIONAL
Oleh : Rino Hutabarat
NIM : 111201066
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jati (Tectona grandis L.f.)
terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi, termasuk dalam famili
Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma, Kamboja,
Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati terdapat di beberapa daerah
seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati cocok tumbuh di
daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan.
Besarnya curah hujan yang
dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan
22-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur
sedang dengan pH netral hingga asam. Salah
satu produk bioteknologi yang mempunyai prospek cukup baik untuk diperkenalkan
di kawasan transmigrasi adalah bibit jati hasil kultur jaringan. Kelebihan
bibit jati tersebut adalah pertumbuhan pohon relatif seragam, tingkat
pertumbuhan per tahun lebih cepat, bentuk batang lebih lurus, silindris, serta
bebas kontaminasi hama dan penyakit (Trubus, 2001).
Perdagangan bibit jati hasil kultur jaringan ini diharapkan dapat sebagai
usaha komersil skala petani kecil (private
nursery), dan dapat menambah pendapatan transmigran dan penduduk lokal. Tanaman
jati dapat diperbanyak melalui cara generatif dan vegetatif. Cara generatif
adalah dengan perbanyakan melalui biji yang disemaikan dan dibiarkan tumbuh
tunas baru serta dipelihara sebagai bibit. Jika terlalu besar bibit diremajakan
dengan cara memangkas batang dan dibiarkan tumbuh tunas baru, tunas ini di
pelihara sebagai batang baru. Cara tersebut lebih dikenal dengan istilah Stump. Perbanyakan ini sudah dikenal di
kalangan masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara. Sedangkan perbanyakan melalui
vegetatif dilakukan melalui kultur jaringan, yaitu perbanyakan melalui
pertumbuhan sel-sel jaringan titik tumbuh tanaman. Cara pembibitan jati melalui
kultur jaringan masih dilakukan oleh produsen bibit dan belum dapat diadopsi
oleh petani, karena teknologi ini padat modal dan berteknologi tinggi. Peluang
usaha yang dapat diadopsi dari teknologi ini adalah pembesaran bibit jati
setelah fase aklimatisasi atau pada fase adaptasi bibit dengan lingkungan luar
laboratorium (bibit berumur ± 4 minggu).
Permasalahan dalam menggunakan produk bioteknologi khususnya bibit jati
hasil kultur jaringan untuk meningkatkan produksi pertanian di kawasan
transmigrasi adalah rendahnya kemampuan adopsi teknologi tersebut oleh
transmigran, terbatasnya pemilikan modal dan tidak adanya akses ke
sumber-sumber modal semacam lembaga keuangan formal. Selain itu, lokasi
permukiman transmigrasi (kawasan transmigrasi)
umumnya jauh dari pusat distribusi faktor produksi, termasuk bioteknologi,
sehingga pengadaannya secara individual untuk digunakan secara kontinyu dalam
meningkatkan produksi pertanian menjadi sangat mahal.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu kajian tentang peluang dan kendala usaha
pembibitan jati kultur jaringan skala kecil di kawasan transmigrasi. Sasaran
kajian ini adalah tersedianya informasi peluang dan kendala pengembangan dan
pemanfaatan bibit jati kultur jaringan sebagai usaha pembibitan skala rumah
tangga di kawasan transmigrasi. Kajian dibatasi pada aspek teknis, ekonomi dan
sosial. Disamping itu juga dilakukan sosialisasi bibit jati kultur jaringan dan
disertai bimbingan teknis kepada transmigran dan penduduk lokal terpilih. Dari
hasil sosialisasi ini diharapkan dapat diketahui persepsi dan minat transmigran
dan penduduk lokal terhadap pemanfaatan bibit jati kultur jaringan sebagai
usaha tambahan. Analisis peluang dan kendala pemanfaatan bibit jati kultur
jaringan dengan metode diskriptif kualitatif. Untuk melihat persepsi
dan minat transmigran dalam pemanfaatan bibit jati kultur jaringan, dilakukan
pembobotan variabel menuntut metoda Likers (skala 5 tingkat).
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui prospek pasar budidaya jati emas.
2.
Untuk
mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan agribisnis tanaman jati emas
ISI
PENGENALAN JATI EMAS
Selama ini, mengebunkan jati
dianggap sebagai investasi jangka panjang dan tidak menarik minat per-orangan.
Hal ini disebabkan jati jenis tanaman tahunan yang baru bisa dipanen setelah
puluhan tahun dipelihara. Tidak mengherankan jika di Indonesia, penanaman jati
didominasi oleh perusahaan milik negara. Padahal jika dilihat harga pasarannya.
Kayu jati mempunyai posisi yang baik dan sulit digantikan oleh komoditas
kayu lainnya, karena harga jualnya selalu meningkat dengan tingkat permintaan
yang tinggi. Begitu sulitkah mengebunkan jati itu, Permasalahan utamanya
ternyata bukan terletak pada bagai mana teknik bercocok tanam jati, pada
bagaimana mendapatkan bibit jati yang mempunyai laju pertumbuhan cepat,
sehingga dalam waktu singkat dapat segera dipanen.
Kehadiran jati unggul disebut
juga jati mas ini yakni bibit jati yang mempunyai sifat sifat unggul, telah
membuka cakrawala baru dalam perkebunan jati, Bibit jati yang berasal dari
hasil pembibitan dengan teknik kultur jaringan ini mempunyai laju pertumbuhan
tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan bibit njati biasa (Convensional)
sehingga saat berumur 6- 10 tahun dia meter pohon nya sudah memadai dan
tanaman sudah bisa dipanen, Selain itu jati unggul lebih tahan terhadap
serangan hama penyakit dan memiliki batang bebas cabang yang lebih
tinggi dengan tingkat kelurusan yang lebih baik, kondisi itu
membuat mutu kayu yang dihasilkanpun lebih baik, Hal ini lantas mengubah
kesan bahwa bercocok tanam jati bukan lagi merupakan investasi jangka
panjang yang membutuhkan penantian panen yang sangat lama. Dipasaran saat
ini sudah beredar berbagai jenis bibit yang dihasilkan oleh beberapa
perusaahaan pembibit, dengan trademark tertentu. Jati (Tectona grandis;famili Verbensia)
pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak disengaja ditanam dan tumbuh
liar didalam hutan bersama jenis tanaman lainnya, Di alam, tanaman jati tumbuh
sebagai tanaman campuran, serta tumbuh didaerah yang mempunyai perbedaan musim
basah dan kering yang tegas.
Jati merupakan tanaman asli (endemik)
disebagian besar jazirah India,Myanmar, Thailand bagian barat, Indo Cina,
sebagian Jawa, serta beberapa pulai kecil lainnya di Indonesia, seperti Muna
(Sulawesi tenggara) diluar daerah tersebut tanaman jati merupakan tanaman asing
atau tanaman eksotik (pendatang).
Penduduk Indonesia sudah
mengenal tanaman jati ini sejak lama, perkembangan hutan jati di Indonesia
dalam sejarahnya dikaitkan dengan perkembangan civilization atau
sipilisasi budaya masyarakat dan pemerintahan kerajaan Hindu. Di
Indonesia Jati mengalami proses naturalisasi di Pulai Jawa dan
berkembang sampai ke Kangean, Muna (Sulawesi tenggara) Sumba (Nusa
Tenggara), dan Bali, Selanjutnya Jati menmyebar ke beberapa pulau lainnya.
Namun pada umumnya hutan jatii Indonesia yang paling luas dikembangkan di
Pulau Jawa. Pada masa penjajahan Belanda pengebunan jati secara besar besaran
dilakukan sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga sebagian kecil yang
tersebar dibeberapa daerah di Jawa Barat.
Seiring dengan perjalanan
waktu dan kebutuhan manusia akan bahan baku kayu yang selalu meningkat,
ketersediaan jati yang tumbuh secara alami jumlahnya semakin menurun akibat
dari tidak adanya keseimbangan antara penebangan dan penanaman kembali
mengingat belum diketemukannya teknik pengembangan jati berupa budi daya,
Akibatnya persediaan bahan baku berupa kayu jati yang semula melimpah ruah
dihutan saat ini menjadi sangat terbatas, hilangnya atau musnahnya tanaman
pohon jati secara umum akibat terjadinya penjarahan penebangan liar yang tidak
terkendalii pada saat terjadinya krisis multi dimensi pada tahun 1999-2000,
sehingga penebangan dilakukan secara sporadis, tidak peduli adanya ketentuan tebang
pilih. Akibatnya kini banyak daerah yang semula koloni hutan jati sekaranga
tinggal tanah hutan gundul dan gersang, kedepan kemana kita harus mencari untuk
memperoleh kayu jati didaerah kita sendiri, kecuali mendatangkan dari luar Indonesia.
Kita perlu mengambil langkah
sedini mungkin untuk menanggulangi kelangkaan bahan baku kayu jati ini, dengan
melakukan investasi jangka pendek/menengah dengan menanam kembali Pohon Jati
yang merupakan kayu primadona baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun sebagai komoditas
Eksport yang memiliki keuntungan yang menjanjikan.
PELUANG PEMANFAATAN
Pada masa pendudukan Belanda,
kayu jati digunakan untuk berbagaii keperluan, seperti pembuatan
rumah,pekerjaan umum,bantalan rek kereta api,mebelair,bahakan untuk pembuatan
kapal, baik kapal dagang maupun kapal perang, Disamping itu kayu jati digunakan
sebagai bahan besi untuk konstruksi yang berada dilokasi yang mudah mengalami
per-karatan, Disebabakan daya elastis atau kelenturannya yang tinggi sehingga
dapat menahan kerusakan hantaman peluru, sehingga pada waktu itu kayu jatii
banyak digunakan untuk pembuatan benteng pertahanan.
Saat ini. Karena semakin
tinggi dan berkembangnya apresiasii masyarakat terhadap kayu jati, pengguna
jati lebih terfokus kepada pemanfaatan yang menonjolkan nilai estetika,
Menariknya penampilan kayu karena warna kayu teras dan kayu gubalnya yang
bervariasi dari coklat muda,coklat kelabu sampai coklat merah tua atau
merah coklat, kadang kadang diselingi warna putih kekuningan, dengan lingkaran
tumbuh tampak jelas baik pada bidang transversal maupun radial sehingga
menimbulkan ornamen yang indah, karenanya penggunaan lebih banyak diarahkan
untuk pembuatan bahan mebel atau furniture dan bahan baku pembuatan
kerajinan handycraft sebagian lagi digunakan untuk keperluan bangunan
dan industri.
Jika dilihat dari segi
penggunaannya bisa dikatakan bahwa sebagian besar industri mebel kayu di
Indonesia menggunakan bahan kayu jati. Hal inii terkait dengan arah serat kayu
yang tergolong lurus, sehingga mudah dikerjakan Disamping itu daya
tahannya lama akibat berat jenisnya yang relatif tinggi yakni 0,62 – 0,75 kg
/cm3, dan nilai keteguhan patahnya antara 800-1200 kg/cm3,
Karenanya tidak mengherankan jika kayu jatii menjadi primadona industri mebel.
Stabilitas kayu jati yang
sangat baik, yakni berkembang kerutnya yang sangat kecil, menjadikannya cocok
untuk dijadikan produk outdoor di negara 4 musim. Kondisi ini tentunya membuka
jalan bagi kita 5-10 tahun kedepan untuk melakukan export ke negara 4 musim
yang umumnya merupakan negara maju seperti negara negara di Eropa, Amerika dan
Australia, selain itu corak kayu jati yang indah tidak hanya dibutuhkan
oleh industri kerajinan kayu dalam negri tetapi juga menjadi incaran
pengrajin kayu dari negara Italia yang terkenal piawai dalam menciptakan kreasi
handscraft kelas dunia.
PELUANG PASAR
Beragamnya penggunaan kayu
jati yang menyebabkan tingginya permintaan akan bahan baku kayu jati selama
ini, tidak diimbangi denga laju produksii tanamannya, Hal ini dapat dibuktikan
dari yang menyebutkan bahwa kebutuhan jati olahan untuk Indonesia saja sebesar
2.5 juta m3 per tahun, Jumlah tersebut ternyata baru dapat terpenuhi
sebesar 0,8 juta m3 per tahun, Dengan demikian terdapat kekurangan
pasokan jatii olahan di dalam negri sebesar 1,7 juta m3 per tahun,
kemudian pada tahun 2008 angka pasokan tersebut merosot sangat tajam dari
0,8 juta m3 menjadi 0,66 juta m3.
Selama ini pasokan kayu jati
utama di Indonesia didominasi oleh PT.Perhutani, Berdasarkan data,
produksi kayu jati yang dikelola oleh PT.Perhutani rata rata 800.000 m3
per-tahun, Dari Total produksi tersebut sekitar 85 %-nya dijual dalam bentuk
Log (batangan gelondongan) sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku industri milik PT.Perhutani dan Industri Mitra kerja sama pengolahan (KSP)
Perhutani dengan swasta.
PT.Perhutani hanya
mengeluarkan kayu dalam bentuk logs untuk kebutuhan industri swasta sebanyak
762.654.m3. Padahal kebutuhan kayu jati sebagai
bahan baku industri mebel untuk sekitar 1.500 perusahaan adalah sekitar 2
juta m3. Hal ini berarti peluang dapat dimanfaatkan oleh pengebun kayu jati baik
perorangan maupun perusahaan swasta, sebagaimana rencana penanaman pohon jati
unggul/jatimas/jati genjah.
Jika dilihat dari harganya,
nilai rupiah yang diperoleh dari kayu jati tidak disangsikan lagi, karena harga
jualnya selalu meningkat dari waktu kewaktu, Sebagai ilustrasi harga jual
didalam negri (data Tahun 2009) untuk kayu jati gergajian adalah Rp.sekitar
Rp.6 - 8 juta /M3 dan harga jual jati dipasaran luar negri (pasar eksport) rata
rata sekitar Rp.17 juta /m3.
Jika jati gergajian kayu jati
diolah didalam negri dan kemudian hasilnya dieksport dalam bentuk mebel,
keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar yakni 2,6 kali lipat. Sebagai contoh : 1
m3 kayu jatii gergajian dengan harga.Rp.8 juta dapat menghasilkan 10 buah meja
lipat oval,dengan harga satuan $ US.305, atau setara dengan Rp.2.895.000,-maka
dalam 1 m3 setara denga 10 meja oval akan menghasilkan Rp.28.895.000,-
sementara itu 1 container mampu memuat 142 bahan jadi (knock down) maka
1 container bernilai $ US 305. x 142 = 43.310, Added Value (nilai
tambah) yang dihasilkan dari bahan baku menjadi produksi jatii sebesar 267 %,
angka ini diperoleh dari perbedaan harga dasar kayu jatii dengan harga jual
mebel jadi (jati olahan).
Untuk jenis meja mebel lain
dari bahan jati yang memiliki pasaran cukup luas di luar negri adalah folding
square table (meja lipat persegi) Sementara itu jenis kursi berbahan jati
yang banyak disukai adalah steamer chair (kursi lipat untuk berjemur
yang biasa ditempatkan dipinggir kolam renang keluarga) adjustbale folding
chair (kursi taman knock down) dan folding slat chair
(kursi meja makan dirumah makan atau restoran).Negara peng-import utama jati asal
indonesia adalah Amerika Serikat,Taiwan, Hongkong,Korea, India dan Uni
Emirat Arab, serta Italia untuk handcraft. Selama tahun 2007-2009,
eksport kayu jati indonesia untuk negara negara importir tersebut mengalami
peningkatan yang sangat tajam. Peningkatan tersebut tidak hanya dari volume
eksport tetapi juga nilai eksport dalam $ USD.
PELUANG JATI UNGGUL
Besarnya permintaan dan
tingginya harga jual kayu jati ternyata tidak dibarengi dengan pasokan bahan
baku yang memadai. Sehingga kesenjangan pasokan semakin membengkak dari
waktu kewaktu, Jika dilihat dari pembudi dayaan, hal ini tentunya menjadikan
peluang usaha atau peluang usaha penanaman jati semakin cerah dan menjajikan.
Kesempatan itu tentunya masih
sulit diraih jika penanaman jati masih mengandalkan cara cara lama ,
tanpa menggunakan terobosan teknologi maju, Sebabnya secara convensional
pemanenan jati harus menunggu lama karena pada umumnya panen jati paling cepat
baru bisa dilakukan setelah jati berumur 30 – 60 tahun ( one generation)
atau yang biasa dilakukan adalah umur 40 tahun, Ini jelas merupakan
jangka waktu yang sangat lama dan sangat tidak menguntungkan jika
ditinjau dari segii ekonomi, yakni keuntungan yang akan diperolehpun akan
lama dan kadang kadang tidak terlepas dari resiko kerugian baik akibat serangan
hama maupun kerusakan akibat bencana alam.
Sejak akhir dekade 1990-an
atau awal tahun 2000 ternyata kesempatan bagi masyarakat yang akan menanam jati
sebagai komoditas bisnis terbuka lebar lantaran hadirnya tanaman jati kelas
unggul dari bibit hasil kultur jaringan. Tanaman jati unggul ini sudah dapat
dipanen 6-10 tahun. Hal ini berartii seper empat usia jati biasa
(convensional) Tentunya kenyataan ini i menghapus kesan
bahwa bercocok tanam jati merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan
penantian waktu panen yang sangat lama.
JATI MAS MERUPAKAN KOMODITAS YANG LAYAK MENJADI PILIHAN USAHA
PERTANIAN-KEHUTANAN
Jati Emas merupakan bibit
unggul hasil teknologi kultur jaringan dengan induk tanaman pada mulanya
berasal dari Myanmar, Jati emas ini sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas
di Myanmar dan Thailand, Sementara itu penanaman jati emas di Malaysia secara meluas
dilakukan pada tahun 1990 dan di Indonesia dimulai pada tahun 1996 dengan
penanaman jati emas hingga 1 juta pohon di daerah Indramayu Jawa
Barat. Untuk perbandingan, tanaman jati emas berumur 5-7 tahun sudah
mempunyai batang dengan diameter 27 cm dan tinggi pohon mencapai 16 meter, pada
umur yang sama jati biasa (Konvensional) diameter batangnya baru
sekitar 3,5 cm dan tinggi pohonnya sekitar 4 meter.
MASALAH YANG TIMBUL ADALAH BERUPA GANGGUAN HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN
A. Langkah Indentifikasi.
Meskipun memiliki keunggulan sebagai
Jenis jati yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit , bukan berarti jati
unggul ini tidak beresiko terserang hama dan penyakit. Hal ini disebabkan
hampir tidak ada lahan penanaman jati baik berupa kebun maupun hutan yang
sama sekali terbebas dari dari populasi hama dan penyakit.
Penanggulangan hama dan
penyakit pada dasarnya adalah tindakan untuk mengatur populasi penyebab hama
dan penyakit tanaman jati yang ditanam diareal perkebunan. Dengan
penanggulangan ini, populasi hama dan penyakit tidak menimbulkan
kerusakan yang berarti, sehingga kualitas dan kuantitas jati dapat
ditingkatkan atau mencapai hasil panen yang optimal.
Tanaman atau pohon dikatakan
rusak atau sakit jika timbul gejala gejala atau tanda tanda kerusakan
pada bagian tanaman. Bisa pula tanaman tersebut tumbuh secara tidak normal yang
mengakibatkan produksinya mengalami kemunduran bahkan mengalami kematian.
·
Hama: adalah semua organisme hidup, seperti
serangga, hewan dan tanaman yang mengakibatkan kerusakan tanaman atau pohon,
termasuk kerusakan biji dan bibit.
·
Penyakit: adalah induk pengganggu yang
mengakibatkan perubahan fisiologis tanaman, penyebab penyakit adalah virus,
mematoda, jamur, bakteri, iklim, kekurangan gizi dan parasit seperti benalu.
Agar dapat menanggulangi
serangan hama dan penyakit, harus dilakukan tindakan indentifikasi
terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang
menyerang dan tingkat serangannya, sehingga ditemukan metode penaggulangan
atau pengendaliannya.
Langkah langkah yang ditempuh
dalam melakukan indentifikasi sebagai berikut :
- Mempelajari gejala gejala atau tanda tanda yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit.
- Mempelajari sifat serangan, yakni kelompok, terpencar atau merata.
- Meng-inventarisasi tanaman yang terserang sekaligus, serta memonitorperkembangan dan pertumbuhannya dalam waktu tertentu, Tujuannnya untuk mengetahui pengaruh serangan dan besarnya intensitas serangan.
- Mempelajari perilaku dan siklus hama atau penyakit penyebab dari kerusakan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasinya. Dengan demikian dapat diketahui dan diputuskan cara pengendaliannya.pelajari.
B. Jenis Hama dan Penyakit
a.
Hama
Hama dan
penyakit yang kemungkinan dapat menyerang jati unggul pada umumnya adalah semua
jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman jati biasa. Diantara sekian
banyak jenis hama jati yang banyak ditemukan, pada dasarnya dapat dikelompokan
berdasarkan sasaran serangannya sebagai berikut:
1. Hama akar
Hama akar
adalah uret (Lepidiota sigma F) dan uter uter (Phasus damor Moore) hama
ini menyerang didaerah perakaran., yakni menggerek pangkal batang sampai ke
akar tunggang.
2. Hama Batang
Hama
batang bisa berupa inger-inger atau rayap (Neotermes tectonae Damm)
bubuk kayu basah, dan oleng oleng (Duomitus ceramicus) serangan hama ini
ditandai lubang gerekan.
3. Hama Daun
Hama daun
berupa ulat daun jati (Phyrausta machareelis), entung jati,dan belalang,
hama jenis ini menyebabkan kerusakan daun jati.
b.
Penyakit
Jenis jenis penyakit yang lazim menyerang
jati dikelompokan berdasarkan penyebab sebagai berikut :
1.
Penyakit
akibat serangan bakteri. Paling banyak ditemukan adalah Penyakit akibat
serangan bakteri Pseudomonas solanacearum Smith dan Pseudomonas
tectonae
2.
Penyakit
akibat serangan jamur
3.
Penyakit
akibat serangan nematoda
4.
Penyakit
akibat serangan virus, Penyakit akibat serangan jamur umumnya disebabkan oleh
jamur upas (Corticium salmonicolor).
PENUTUP
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit
yang sifatnya pencegahan dapat dilakukan sejak persiapan lahan melalui
pengawasan yang intensif, pemupukan yang sesuai dengan petunjuk, dan pengaturan
drainase yang baik. Pada intinya, pencegahan lebih bersifat
menciptakan kondisi lingkungan atau sanitasi yang baik.
Pengendalian yang berupa
pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan sedini mungkin saat
populasi hama dan penyakit masih rendah. Pengendalian dilakukan
secara mekanisme dan secara kimiawi. Secara mekanis melalui tindakan menangkap
atau mengumpulkan hama dan memusnahkanya. Sementara secara kimiawi, berupa
pemberian insektisida jenis tertentu, diantaranya, berupa penyemprotan
sesuai dengan dosisi yang dianjurkan dilabel obat yang digunakan.
Usaha budi daya penanaman
pohon Jati Mas, bila dilihat dengan perhitungan secara rinci, baik dari mulai
dari pengadaan bibit sampai dengan pemasaran, seluruhnya sangat dimungkinkan
untuk bisa dilaksanakan secara sungguh sungguh baik pengelolaannya maupun
menurunkan investasinya. Dengan demikian, investasi atau budidaya penanaman
pohon Jati Mas bukanlah investasi jangka panjang, tapi terbukti dengan
perhitungan selama 6-7 tahun diasumsikan dapat mengembalikan investasi yang
ditanam lebih dari 5 x lipat dengan nilai yang cukup signifikan.
salam sukses,
BalasHapusmari hijaukan bumi kita
Bibit Tanaman Buah (Bibit Jeruk,Kelengkeng,Durian,Jambu, dll)
salam sukses...saya punya kebun luas 12000 M3 ditanami jatimas sampai sekarang sudah masuk kelas A 1 berjumlah 1200 pohon . Umur tanaman KL 15 Tahun . lokasi kebun di desa wisata Kec Cijambe di kabupaten subang jawa barat. Barangkali ada yang minat kebun atau tanaman kayu jatimas nya..bisa menghubungi saya langsung atau sms di 081224884499
BalasHapusmantap, investasi jangka panjang tuh
BalasHapus