Oleh : Dendi Parasean Pane
NIM : 111201061
NIM : 111201061
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pohon sukun (atau pohon
timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya.
Hasil perbanyakan dengan klon umumnya
pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan
akar papan (banir) yang rendah dan memanjang. Bertajuk renggang, bercabang
mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun
20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat agak keras seperti kulit, hijau
tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian
bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua
bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai.
Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga
jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, 15-25 cm, hijau
muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin.
Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8-10 cm, hijau.
Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter
10-30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek, hijau tua.
Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan
duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi-4 atau segi-6 di
kulitnya.Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi,
kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak
menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi
'daging buah' sukun.
Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena
keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional.
Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari,
Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi.
Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan
panen susulan pada bulan Juli – Agustus (Winarno dkk., 1980).
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram
berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu
1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%,
kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%
(Koswara, 2006).
Hasil tanaman kehutanan dibagi menjadi dua yaitu hasil
hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu memiliki nilai
ekonomi yang masih rendah, namun jika pengolahannya dikembangkan lebih lanjut
akan memiliki nilai ekomoni yang lebih tinggi dari pada nilai ekonomi hasil
hutan kayu. Sebagai contoh hasil hutan non kayu yang dapat dimanfaatkan adalah
daun, getah, akar, buah, dan bagian pohon lainnya.
Rumusan Masalah
1.
Apa
manfaat ekonomi yang diperoleh dari buah sukun?
2.
Bagaimana
prospek kedepannya dari usaha buah sukun tersebut?
3.
Bagaimana
peluang di pasaran terhadap hasil pengolahan buah sukun?
4.
Bagaimana
hasil olahan yang dapat di buat dari buah sukun?
ANALISIS
EKONOMI BUAH SUKUN
Manfaat
Ekonomi Buah Sukun
Buah sukun (tak berbiji)
merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di
daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong
terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah
dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku,
sehingga awet dan dapat disimpan lama. Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen
buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah
menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam
kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan
digoreng.
Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon
per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gr, namun ada pula
varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100
gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang
kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke
Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan
murah bagi para budak di sana.
·
Daging buah
yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung dengan
kandungan pati sampai 75%, 31% gula,
5% protein, dan sekitar 2% lemak.
·
Daunnya dapat
dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang
bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal.
·
Getahnya digunakan
untuk menjerat burung, menambal (memakal) perahu,
dan sebagai bahan dasar permen karet.
·
Kayu sukun
atau timbul berpola bagus, ringan dan cukup kuat, sehingga kerap digunakan
sebagai bahan alat rumah tangga, konstruksi ringan, dan membuat perahu.
Komposisi kimia dan zat gizi buah
sukun per 100 gram buah
Unsur-unsur
|
Sukun
muda
|
Sukun
masak
|
Air
(g)
|
87.1
|
69.1
|
Kalori
(kal)
|
46
|
108
|
Protein
(g)
|
2.0
|
1.3
|
Lemak
(g)
|
0.7
|
0.3
|
Karbohidrat
(g)
|
9.2
|
28.2
|
Kalsium
(mg)
|
59
|
21
|
Fosfor
(mg)
|
46
|
59
|
Besi
(mg)
|
-
|
0.4
|
Vitamin
B1 (mg)
|
0.12
|
0.12
|
Vitamin
B2 (mg)
|
0.06
|
0.06
|
Vitami
C (mg)
|
21
|
17
|
Abu
(g)
|
1.0
|
0.9
|
Serat
(g)
|
2.2
|
-
|
(Triyono,
2002).
Prospek
Kedepan Usaha Buah Sukun
Untuk
memenuhi konsumsi rata - rata penduduk Indonesia per tahun sebesar 123 Kg dan
jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,7 % per tahun, pemerintah harus mengimpor beras
sebesar 3,7 juta ton pada tahun 2002 dari negara - negara lain seperti Thailand
dan Vietnam, sedangkan produksi gabah Indonesia pada tahun 2002 sebesar 51,5
juta ton. Tingkat konsumsi beras di Indonesia selama ini jauh lebih besar dari yang
diproduksi. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa ketergantungan terhadap
satu jenis pangan pokok yaitu beras, tidak boleh terus berkelanjutan. Oleh
karena itu dalam program pembangunan pertanian
2000 - 2004, diversifikasi pangan merupakan salah satu kegiatan utama
Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program tersebut dilakukan melalui
peningkatan penganekaragaman bahan pangan dan mutu pangan (Suraningsih, 2004).
Melihat hal
tersebut diatas, buah sukun memiliki prospek yang cerah karena sukun merupakan
tnaman yang mudah berproduksi dan dapat dijadikan sebagai bahan pangan
subtitusi pengganti beras. Kita ketahui beras merupakan makanan wajib bagi
kebanyakan penduduk di Indonesia, jika sukun dapat dijadikan bahan pangan
subtitusi untuk penggunaan beras, maka nilai ekonomi yang dihasilkan buah sukun
akan besar apabila adanya pengolahan buah sukun yang lebih lanjut, tidak hanya
sebagai keripik atau tepung sukun saja.
Pohon sukun
tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat
kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat
tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain
tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan
lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan
nasional. Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya
tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini
dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional (Pitojo, 1999).
Pohon sukun merupakan salah satu jenis
tanaman yang tepat untuk mengatasi masalah lahan kritis. Setelah diadakan
penanaman pohon sukun di beberapa pulau di kepulauan Seribu ternyata cocok dan
tumbuh dengan baik. Oleh
karena itu pohon sukun tidak hanya
berfungsi sebagai tanaman penghijauan saja, tetapi buahnya pun berguna untuk
menambah gizi penduduk. Jadi dengan adanya
usaha untuk menanggulangi lahan
kritis, pohon sukun pun berpeluang besar untuk
dikembangkan guna menunjang hal
tersebut, karena manfaatnya yang begitu besar
(Kartikawati
dan Adinugraha, 2003).
Pangsa
Pasar
Pengolahan
sukun saat ini masih sangat sedikit, padahal kebutuhan kan tepung sukun
dipasaran sangat tinggi, karena tepung sukun dapat digunakan sebagai bahan
pengganti tepung tapioka. Hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi kita untuk
dapat membudidayakan buah sukun dan dapat mengolahnya serta mendirikan usaha
pembuatan tepung sukun agar produksi tepung sukun menjadi tinggi. Tepung sukun
tersebut selanjutnya dapat diolah manjdi berbagai macam produk olahan berbahan
baku tepung sukun, seperti spongecake sukun, kue sukun, mie sukun dan juga
donat sukun. Seperti pada usaha yang telah dilakukan sekelompok mahasiswa di UGM
yang berhasil menuangkan ide kreatifnya untuk membuat olahan sukun menjadi
cemilan lezat yaitu Sukrilicious atau donat sukun. Akibat dari ide kreatif
sejumlah mahasiswa ini, dapat meningkatkan harga penjualan buah sukun menjadi
lebih tinggi (Sulistiono, 2010).
Hal ini tentunya akan menarik minat
banyak pihak, terutama masyarakat perdesaan yang umumnya dekat dengan hutan,
untuk dapat membudidayakan buah sukun dan mengolahnya. Di satu sisi hal ini
tentunya dapat berdampak kepada kurangya jumlah pengangguran di Indonesia dan
dapat meningkatkan kemajuan ekonomi di Indonesia.
Hasil Olahan
Mie
Sukun
Pengolahan buah sukun yang
populer saat ini salah satunya adalah pembuatan mie sukun. Mie sukun dapat dibuat dari sukun kukus
yang telah dihancurkan (pasta sukun) atau dari tepung sukun yang dicampur
dengan terigu. Pada pembuatan mie diperlukan komponen gluten tinggi, yang
terdapat pada terigu, sehingga pada pembuatan mie sukun dicampur dengan terigu.
Fungsi terigu adalah membentuk struktur karena gluten bereaksi dengan
karbohidrat. Bahan lain dalam pembuatan mie adalah air, garam, soda kue dan
telur. Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat,
melarutkan garam dan membentuk sifat kenyal dari gluten. Fungsi garam adalah
untuk memberi rasa, memperkuat tekstur mie, membantu reaksi antara gluten
dengan karbohidrat sehingga meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie.
Telur berfungsi untuk mempercepat penyerapan air pada terigu, mengembangkan
adonan dan mencegah penyerapan minyak sewaktu digoreng. Soda kue berfungsi
untuk mempercepat pengembangan adonan, memberikan kemampuan dalam memperbesar
adonan serat, mencegah penyerapan minyak dalam penggorengan mie. (Antarlina dan Sudarmadi, 2009)
Cara pembuatan
mie yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa
Timur sangat sederhana, yaitu dengan mencapur tepung sukun/pasta sukun, terigu,
telur, garam, soda kue, dan air, hingga terbentuk adonan tertentu selanjutnya
dicetak lembaran. Pencetakan lembaran menggunakan alat penggiling mie diulang
berkali-kali hingga berbentuk lembaran yang halus. Pada awal penggilingan dimulai
dengan ukuran ketebalan yang besar dan makin lama makin tipis. Penggilingan
lembaran terakhir disesuaikan dengan ukuran mie. Apabila diinginkan mie yang
berdiameter kecil ketebalan lembaran dibuat tipis, dan bila diinginkan mie
besar ketebalan lembaran dipertebal. Setelah itu dilakukan pemotongan mie. Mie
yang terbentuk dilakukan perebusan, maka dihasilkan mie
basah, atau dikeringkan menjadi mie
kering
(Antarlina dan Sudarmadi, 2009)
Mie kering
merupakan makanan ringan yang banyak diminati oleh anak-anak. Mie kering juga
bisa dibuat menjadi mie basah yang digunakan sebagai bahan pelengkap untuk
usaha bakso. Seperti yang kita ketahui bahwa usaha bakso sangat menjamur
dimana-mana dan sangat disukai oleh berbagai kalangan, baik anak-anak hingga
orang dewasa. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya adalah kadar
gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi kita. Mie sukun juga
dapat diolah lagi menjadi mie goreng, mie kuah dan berbagai olahan mie lainnya.
Kegemaran orang Indonesia akan mie menjadi usaha untuk
mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi
pengolahan sukun menjadi mie sukun ini, membuat sukun sangat berpotensial untuk
diolah lebih lanjut dan dijadikan sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
Keripik
Sukun
Untuk produk olahan
buah sukun menjadi keripik biasanya masih memakai teknologi tradisional.
Pembuatan sukun menjadi keripik biasanya dapat dilakukan pada usaha-usaha rumah
tangga dengan cara memakai beberapa pekerja untuk membantu mengupas, mencuci,
memotong tipis-tipis, mengoreng, membumbui hingga ke pemasarannya. Teknologi
yang lebih lanjut, dapat dilihat dari penggunaan alat pemotong buah sukun, dan
adanya pembuatan kemasan sehingga memberi nilai tambah untuk penjualan keripik
tersebut karena dipandang lebih kreatif dan indah. Sebagai contoh pada
pembuatan keripik sukun yang diusahakan oleh Tati Yulinati, dia menyatakan bahwa
pembuatan keripik gongshu, walaupun mudah tetapi cukup makan waktu lama, dalam
satu kali produksi Tati dan kawan-kawan mampu membuat 50-100 kemasan ukuran 100
gr dengan harga Rp2.500/kemasan. Caranya, sukun dikukus, dihancurkan, diberi
tepung beras, kemudian dicetak. Terakhir sukun digoreng, barulah sukun siap
untuk dinikmati. Dengan cara begitu, kita bisa menikmati buah sukun dengan
bentuk yang unik dan rasa yang variatif (Rachmawati, 2010).
Tepung
Sukun
Sukun
dapat menjadi sumber tepung dengan kandungan mineral dan vitamin yang lebih
baik dibanding beras. Proses pengolahannya pun cukup sederhana sehingga dapat
dilakukan di pedesaan. Berbagai jenis penganan dapat diolah dari tepung sukun.
Teknik pengolahan buah sukun menjadi tepung sukun yaitu melalui tahap
pengupasan buah sukun, perajangan, pengukusan, pengeringan, penepungan, dan
penyimpanan. Kendala dalam pembuatan tepung sukun adalah terbentuknya warna
coklat pada buah saat diolah menjadi tepung. Hal ini disebabkan adanya enzim
yang terkandung dalam buah sukun. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat,
bahan harus diusahakan sedikit mungkin kontak dengan udara dengan cara merendam
buah yang telah dikupas dalam air bersih, serta menonaktifkan enzim dengan cara
dikukus. Lama pengukusan tergantung pada jumlah bahan, berkisar antara 10-20
menit. Tingkat ketuaan buah juga mempengaruhi warna tepung. Buah muda
menghasilkan tepung sukun yang berwarna putih kecoklatan. Semakin tua buah,
semakin putih warna tepung. Tepung sukun yang paling baik dihasilkan dari buah
yang dipanen 10 hari sebelum tingkat
ketuaan optimum (Suyanti, dkk. 2001).
PENUTUP
Alternatif pengolahan buah sukun yang populer saat ini salah satunya adalah
pembuatan mie sukun
yang terbuat dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Mie sukun ini
banyak digemari oleh anak-anak. Selain mie basah yang digunakan sebagai bahan
pelengkap untuk usaha bakso. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya
adalah kadar gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi.
Kegemaran orang
Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan potensi ekonomi yang
dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun menjadi mie sukun ini,
membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan dijadikan
sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
Sukun dapat diolah menjadi
berbagai macam produk antara lain sebagai bahan makanan, misalnya tepung sukun,
getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun, mie sukun dan sebagainya.
Olahan buah sukun yang paling berpotensi adalah sebagai bahan makanan, karena
memiliki nilai gizi yang tinggi salah satunya kandungan karbohidrat.
Sukun mempunyai komposisi
gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat
35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak
0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8%
dan serat atau fiber 2% . Karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, maka sukun sangat
berpotensi untuk dijadikan bahan pangan pokok alternatif pengganti beras.
DAFTAR
PUSTAKA
Angkasa,
S. Dan Nazanuddin. 1994. Sukun dan Keluih. Penebar Swadaya. Jakarta.
Antarlina
dan Sudarmadi. 2009. Mie Sukun Ala BPTP Jatim. BPTP. Jawa Timur.
Departemen
Pertanian, 2009, Sukun: Bisakah Menjadi Bahan Baku Produk Pangan, Warta
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 31(1): 1-3.
Harsanto,
B.P., 1986. Budidaya dan Pengolahan Sukun. Kanisius, Jakarta.
Kartikawati,
N. K dan H.A. Adinugraha, 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun.
Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. P
urwobinangun. Yogyakarta.
Koswara,
S. 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan
Alternatif. ebookpangan.com.
Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius, Jakarta.
Rachmawati,
R.R. 2010. Gongshu Keripik Sukun Penuh Gizi. FP UNPAD. Jatinangor.
Sulistiono.
2010. Yang Sedap Dari Sukun. UGM. Yogyakarta.
Suraningsih,
M. S. 2004. Strategi Pengembangan Komoditi sukun dalam Peningkatan Diversifikasi
Pangan. MB IPB. Bogor.
Suyanti,
S. W. Dan Susmonol. 2001. Teknologi Pengolahan Tepung Sukun dan Pemanfaatannya
untuk Berbagai Produk Makanan dan Olahan. BPPP. Jakarta.
Triyono,
A. 2002. Teknologi Pengolahan Keripik Sukun. BPM. Jakarta.
Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D Fardiaz, 1980.
Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
bagus sekali ya min artikel ini , saya sangat terbantu oleh artikel yang bagus ini dan menambah wawasan saya , saya berharap anda bisa terus berkarya untuk anak banga , dan pastinya saya mendoakan yang terbaik untuk anda sukses selalu dan sehat selalu
BalasHapusbandarq terpercaya
agen domino teraman dan terpercaya
jika ada salah saya dalam pengetikan saye meminta maaf,salam hormat terdalam saya, terima kasih