Selasa, 25 Juni 2013

Oleh   : M. Luthfi Dharmawan
NIM  : 111201056


PENDAHULUAN
Sumber daya alam yang ada saat ini menjadi salah satu pilar pembangunan Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun segi ekologi. Pertanian yang selama ini menjadi komoditi utama Indonesia sehingga disebut sebagai negara agraris telah kurang diminati dikarenakan sifatnya yang mudah rusak dan tidak terlalu baik jika menggunakan bahan pengawet dikarenakan dapat merusak kesehatan bagi siapapun yang mengonsumsinya secara berlebihan. Bidang kehutanan menjadi alternatif lain dalam menggerakkan perekonomian. Kayu yang selama ini menjadi primadona, saat ini mulai dibatasi produksinya terkait dengan isu lingkungan yang ada.
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) saat ini mulai dilirik. Hal ini dikarenakan hasil hutan bukan kayu mudah dipanen, tidak terlalu berdampak negatif pada lingkungan, dan prospek kedepan yang sangat menjanjikan. Meskipun hasil hutan bukan kayu dapat diambil tanpa merusak lingkungan, hasil hutan bukan kayu ini juga harus dibudidayakan agar keberadaan tanaman yang diminati tidak hilang akibat eksploitasi secara terus menerus. Hal ini menyebabkan adanya pengelolaan yang berbeda dengan menggunakan sistem perkebunan, dimana jika ingin mendapatkan tanaman yang diinginkan harus menanam, merawat dan memanen sendiri sehingga tanaman tersebut bisa didapatkan dalam jumlah dan kualitas yang diinginkan.
Salah satu tanaman kehutanan yang termasuk hasil hutan bukan kayu yang menggunakan sistem ini adalah Gaharu (Aquilaria moluccensis). Prospek yang menjanjikan dari pengusahaan gaharu ini menarik perhatian banyak kalangan, sehingga dewasa ini gaharu sangat dicari-cari dan pembudidayaan gaharu menjadi melonjak.



PEMBAHASAN
Gambaran Umum dan Budidaya Gaharu
Ada beberapa jenis pohon gaharu yang berpotensi untuk memproduksi gubal dan sudah banyak dieksplorasi. Jenis pohon gaharu tersebut antara lain Aquilaria sp, Aetoxylon sympetallum, Gyrinops, dan Gonsystylus yang tersebar di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Papua                     (Sidiyasa & Suharti, 1987).
Adapun sistematika gaharu sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom   : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi              : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo               : Myrtales
Famili                          : Thymelaeaceae
Genus              : Aquilaria
Spesies            : Aquilaria moluccensis Oken
Gaharu merupakan salah satu komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang harganya lebih tinggi dibandingkan HHBK lainnya. Gaharu digunakan sebagai bahan dasar dalam industri parfum, dupa, kosmetik, dan obat-obatan sehingga gaharu bisa dikatakan sebagai salah satu jenis komoditi HHBK yang memiliki nilai multiguna (Sumarna, 2002).
Dalam bisnis gaharu, yang dipanen dan dimanfaatkan untuk dijual ke pasaran adalah gubal gaharu. Gubal gaharu ini diperoleh dari infeksi cendawan yang disuntikkan ke dalam pohon gaharu pada usia muda. Cendawan yang disuntikkan untuk pembentukan gubal gaharu adalah dari jenis Fusarium. Dengan intensitas dan jangka waktu tertentu, gubal gaharu akan terinfeksi dan menghasilkan gubal yang berkualitas dan wangi.
Gubal gaharu adalah bagian dari pohon yang terinfeksicendawan, berwarna coklat kehitaman dan harum baunya bila dibakar. Santoso et al., (2007) menduga bahwa terbentuknya gaharu berkaitan dengan gejala patologis. Serangan patogen menyebabkan terbentuknya resin yang terdeposit pada jaringan kayu, akibatnya jaringan kayu mengeras, berwarna kehitaman dan berbau wangi (Zubair, 2008).
Gubal gaharu yang banyak diperdagangkan adalah gubal yang terbentuk secara alami, sehingga untuk mendapatkannya para pemburu menebang pohon gaharu yang tumbuh di hutan dan berakibat pada penurunan populasi. Oleh karena itu dibutuhkan suatu teknologi inokulasi buatan dengan cendawan potensial yang dapat menginduksi pembentukan gubal yang lebih cepat.
Gaharu yang dipanen adalah gaharu yang sudah mengandung gubal gaharu. Tandanya mengaluarkan bau harum, terutama bila dibakar, asapnya akan mengeluarkan bau harum yang menjadi ciri khas bau gubal gaharu. Tanda-tanda morfologis tanaman gaharu yang siap dipanen dari hasil inokulasi adalah: (a) Kulit batangnya di sekitar lubang inokulasi berwarna coklat kehitaman, rapuh, apabila ditarik mudah putus, berbeda dengan pohon sehat yang mempunyai kulit batang sangat ulet; (b) Jaringan di sekitar lubang inokulasi berwarna coklat kehitaman atau hitam, jika bagian yang berwarna hitam diambil dan dibakar akan mengeluarkan bau harum; (c) Batang yang sudah diinokulasi ditumbuhi tunas adventif dalam jumlah yang cukup banyak (lebih dari 40 tunas); dan (d) Kanopi pohon yang mempunyai tanda-tanda seperti merana, atau daunnya banyak yang menguning dan mengalami kerontokan, sehingga menyebabkan beberapa ranting tidak berdaun (Mulyaningsih dan Paman, 2003).
Pemanenan gaharu dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu panen habis (tebang) dan panen pilih (bertahap). Sistem panen habis, artinya pohon gaharu dipanen dengan cara ditebang; sedangkan sistem panen pilih, bagian pohon gaharu yang diperkirakan mengandung gubal dipanen dengan cara digergaji dan dipat (dicungkil), sedangkan bagian lain dibiarkan hidup sampai mengandung gubal gaharu.
Pada saat dilakukan pengupasan dan pengerukan, biasanya langsung dilakukan sortasi dan pengklasifikasian gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu. Biasanya gubal gaharu dipilahkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas Super (A), Kelas I, II dan Kelas III. Kemudian dilanjutkan dengan pengklasifikasian kemedangan menjadi 7 kelas (dari kelas I sampai kelas VII) dan abu gaharu menjadi 4 kelas sesuai dengan kelas gubal gaharu, yaitu kelas Super, I, II dan kelas III. Pengklasifikasian gubal, kemedangan dan bubuk gaharu yang dilakukan oleh para pedagang gaharu di Pulau Lombok relatif sama sebagaimana pengklasifikasian menurut Standar Nasional Indonesia.
Setelah dilakukan pengklasifikasian, maka dilakukan pengeringan dengan maksud agar kualitas gaharu dapat dipertahankan. Proses pengeringan dilakukan secara hati-hati, karena bila prosesnya keliru akan menyebabkan terjadinya penguapan senyawa volatil yang terkandung dalam gubal dan memudarnya warna gubal yang berakibat terhadap penurunan kualitas gaharu. Pengeringan gaharu dapat dilakukan dengan cara mengering anginkan atau mengovennya pada suhu antara 38 – 40oC selama 24 jam. Pada suhu tersebut senyawa yang terdapat di dalam gubal aman. Apabila suhu melebihi 40oC, dalam waktu 12 jam saja senyawa volatil yang terdapat di dalam gubal akan keluar, dengan indikator gubal tersebut akan mengeluarkan bau harum. Gubal gaharu yang telah kering disimpan pada tempat yang kering atau langsung dijual, karena penyimpanan gubal pada tempat yang lembab dapat menurunkan kualitas gubal.

Keunggulan dan Permasalahan

Hampir semua bagian tanaman gaharu bermanfaat dan bernilai ekonomi, seperti daun dan buah gaharu jadi bahan baku pengganti teh yang berkhasiat sebagai obat, dan pada masyarakat lokal diinformasikan sebagai obat malaria; kulit batang gaharu juga ternyata dapat dijadikan tali penarik atau pengikat yang sangat kuat. Dari segi harga, gubal gaharu dapat bernilai minimal Rp 700.000/kg untuk kualitas yang paling jelek dan >Rp 10 juta/kg untuk kualitas yang baik. Bahkan harga gubal bisa mencapai harga Rp 400 juta. Ini sangat menarik perhatian bagi siapapun yang mencoba mencari keuntungan dari berbisnis gaharu.
Produk utama dari pengusahaan tanaman gaharu adalah gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu. Gubal gaharu biasanya langsung dikonsumsi atau langsung dipakai sebagai pengharum ruangan atau pengharum pakaian. Belakangan ini diinformasikan gubal gaharu juga dijadikan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan obat, kosmetik, parfum dan minyak gaharu. Sementara produk tanaman gaharu berupa kemedangan, juga dijadikan bahan dasar sebagaimana gubal gaharu tapi dengan kualitas yang lebih rendah. Hasil transformasi abu gaharu tersebut adalah: minyak gaharu, hio, setanggi atau dupa atau ratus, pengharum pakaian (semacam kanfer).
Usaha pembibitan gaharu membutuhkan waktu yang relatif lama sejak persemaian sampai siap ditanam, yaitu minimal 8 bulan; bahkan ada yang sampai 2 tahun. Tapi yang dijual ke luar daerah atau yang dikirim ke luar negeri biasanya masih dalam bentuk kecambah yang dikemas dengan menggunakan pampers agar terjaga kelembabannya. Harga bibit yang langsung diambil dari pengusaha bibit berkisar antara Rp. 1.000 - 5.000 per pohon tergantung umur dan besarnya; sedangkan kecambah gaharu yang sudah dikemas yang dijual ke luar daerah atau ke luar negeri berkisar antara Rp. 1.000 -1.500 per kecambah di luar ongkos kirim.
Selain itu, Fusarium sebagai bahan utama pembentukan gubal gaharu sangat mahal dipasaran. Sehingga biaya perawatan dan pengelolaan cenderung tinggi. Meskipun telah dibuat Fusarium buatan dengan harga yang lebih murah, namun kurang menghasilkan gubal yang berkualitas sama seperti Fusarium alami.

KESIMPULAN
Gaharu sebagai komoditi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dengan harga tertinggi dan prospek yang sangat menjanjikan. Bagian Tanaman Gaharu yang ada dapat dimanfaatkan, baik itu daun, buah, maupun kayu. Namun bagian tanaman Gaharu yang paling banyak dimanfaatkan dan yang bernilai tinggi adalah Gubal Gaharu. Gubal Gaharu memiliki banyak manfaat terutama dalam pembuatan parfum atau wewangian, kosmetik, dan guna lainnya.
Waktu penanaman menjadi kendala dalam pemanfaatan gaharu. Waktu dari biji sampai menjadi semai memakan waktu minimal 8 bulan dan bahkan ada yang mencapai 2 tahun, belum lagi waktu tumbuh setelah ditanam di lapangan hingga  dipanen. Selain itu, biaya perawatan dan pengelolaan gaharu juga tinggi. Hal ini disebabkan harga Fusarium yang mahal dan perawatan yang cenderung susah.
Oleh karena itu, untuk memajukan sektor usaha ini harus meminimalisir waktu dengan teknologi yang ada sehingga waktu panen dapat dipersingkat. Fusarium sebagai bahan utama juga harus diteliti lagi untuk mendapatkan Fusarium yang lebih berkualitas sama dengan yang alami dan dengan harga yang lebih terjangkau.



0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About