Selasa, 25 Juni 2013

Oleh   : Dendi Parasean Pane
NIM  : 111201061


PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pohon sukun (atau pohon timbul) umumnya adalah pohon tinggi, dapat mencapai 30 m, meski umumnya di pedesaan hanya belasan meter tingginya. Hasil perbanyakan dengan klon umumnya pendek dan bercabang rendah. Batang besar dan lurus, hingga 8 m, sering dengan akar papan (banir) yang rendah dan memanjang. Bertajuk renggang, bercabang mendatar dan berdaun besar-besar yang tersusun berselang-seling; lembar daun 20-40 × 20-60 cm, berbagi menyirip dalam, liat agak keras seperti kulit, hijau tua mengkilap di sisi atas, serta kusam, kasar dan berbulu halus di bagian bawah. Kuncup tertutup oleh daun penumpu besar yang berbentuk kerucut. Semua bagian pohon mengeluarkan getah putih (lateks) apabila dilukai.
Perbungaan dalam ketiak daun, dekat ujung ranting. Bunga jantan dalam bulir berbentuk gada panjang yang menggantung, 15-25 cm, hijau muda dan menguning bila masak, serbuk sari kuning dan mudah diterbangkan angin. Bunga majemuk betina berbentuk bulat atau agak silindris, 5-7 × 8-10 cm, hijau. Buah majemuk merupakan perkembangan dari bunga betina majemuk, dengan diameter 10-30 cm. Forma berbiji (timbul) dengan duri-duri lunak dan pendek, hijau tua. Forma tak berbiji (sukun) biasanya memiliki kulit buah hijau kekuningan, dengan duri-duri yang tereduksi menjadi pola mata faset segi-4 atau segi-6 di kulitnya.Biji timbul berbentuk bulat atau agak gepeng sampai agak persegi, kecoklatan, sekitar 2,5 cm, diselubungi oleh tenda bunga. Sukun tidak menghasilkan biji, dan tenda bunganya di bagian atas menyatu, membesar menjadi 'daging buah' sukun.
            Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Pebruari dan September, dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi paceklik padi. Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan panen susulan pada bulan Juli – Agustus (Winarno dkk., 1980).
            Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium   0,21%,   besi  0,0026%,   kadar   air   61,8%   dan   serat   atau   fiber 2%
(Koswara, 2006).
Hasil tanaman kehutanan dibagi menjadi dua yaitu hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan non kayu memiliki nilai ekonomi yang masih rendah, namun jika pengolahannya dikembangkan lebih lanjut akan memiliki nilai ekomoni yang lebih tinggi dari pada nilai ekonomi hasil hutan kayu. Sebagai contoh hasil hutan non kayu yang dapat dimanfaatkan adalah daun, getah, akar, buah, dan bagian pohon lainnya.
Rumusan Masalah
1.      Apa manfaat ekonomi yang diperoleh dari buah sukun?
2.      Bagaimana prospek kedepannya dari usaha buah sukun tersebut?
3.      Bagaimana peluang di pasaran terhadap hasil pengolahan buah sukun?
4.      Bagaimana hasil olahan yang dapat di buat dari buah sukun?



ANALISIS EKONOMI BUAH SUKUN
Manfaat Ekonomi Buah Sukun
            Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama. Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng.
            Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gr, namun ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana.
·         Daging buah yang telah dikeringkan dapat dijadikan tepung dengan kandungan pati sampai 75%, 31% gula, 5% protein, dan sekitar 2% lemak.
·         Daunnya dapat dijadikan pakan ternak. Kulit batangnya menghasilkan serat yang bagus yang pada masa lalu pernah digunakan sebagai bahan pakaian lokal.
·         Getahnya digunakan untuk menjerat burung, menambal (memakal) perahu, dan sebagai bahan dasar permen karet.
·         Kayu sukun atau timbul berpola bagus, ringan dan cukup kuat, sehingga kerap digunakan sebagai bahan alat rumah tangga, konstruksi ringan, dan membuat perahu.
Komposisi kimia dan zat gizi buah sukun per 100 gram buah 
Unsur-unsur
Sukun muda
Sukun masak
Air (g)
87.1
69.1
Kalori (kal)
46
108
Protein (g)
2.0
1.3
Lemak (g)
0.7
0.3
Karbohidrat (g)
9.2
28.2
Kalsium (mg)
59
21
Fosfor (mg)
46
59
Besi (mg)
-
0.4
Vitamin B1 (mg)
0.12
0.12
Vitamin B2 (mg)
0.06
0.06
Vitami C (mg)
21
17
Abu (g)
1.0
0.9
Serat (g)
2.2
-
(Triyono, 2002).
Prospek Kedepan Usaha Buah Sukun 
            Untuk memenuhi konsumsi rata - rata penduduk Indonesia per tahun sebesar 123 Kg dan jumlah penduduk Indonesia yang kini lebih dari 200 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,7 % per tahun, pemerintah harus mengimpor beras sebesar 3,7 juta ton pada tahun 2002 dari negara - negara lain seperti Thailand dan Vietnam, sedangkan produksi gabah Indonesia pada tahun 2002 sebesar 51,5 juta ton. Tingkat konsumsi beras di Indonesia selama               ini jauh lebih besar dari yang diproduksi. Berdasarkan kondisi tersebut terlihat bahwa ketergantungan terhadap satu jenis pangan pokok yaitu beras, tidak boleh terus berkelanjutan. Oleh karena itu dalam program pembangunan pertanian    2000 - 2004, diversifikasi pangan merupakan salah satu kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program tersebut dilakukan melalui peningkatan penganekaragaman bahan pangan dan mutu pangan (Suraningsih, 2004).
Melihat hal tersebut diatas, buah sukun memiliki prospek yang cerah karena sukun merupakan tnaman yang mudah berproduksi dan dapat dijadikan sebagai bahan pangan subtitusi pengganti beras. Kita ketahui beras merupakan makanan wajib bagi kebanyakan penduduk di Indonesia, jika sukun dapat dijadikan bahan pangan subtitusi untuk penggunaan beras, maka nilai ekonomi yang dihasilkan buah sukun akan besar apabila adanya pengolahan buah sukun yang lebih lanjut, tidak hanya sebagai keripik atau tepung sukun saja.
Pohon sukun tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain tidak dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran, jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional. Sukun dapat dijadikan sebagai pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional (Pitojo, 1999).
              Pohon sukun merupakan salah satu jenis tanaman yang tepat untuk mengatasi masalah lahan kritis. Setelah diadakan penanaman pohon sukun di beberapa pulau di kepulauan Seribu ternyata cocok dan tumbuh dengan baik. Oleh
karena itu pohon sukun tidak hanya berfungsi sebagai tanaman penghijauan saja, tetapi buahnya pun berguna untuk menambah gizi penduduk. Jadi dengan adanya
usaha untuk menanggulangi lahan kritis, pohon sukun pun berpeluang besar untuk
dikembangkan guna menunjang hal tersebut, karena manfaatnya yang begitu besar
(Kartikawati dan Adinugraha, 2003).
Pangsa Pasar
            Pengolahan sukun saat ini masih sangat sedikit, padahal kebutuhan kan tepung sukun dipasaran sangat tinggi, karena tepung sukun dapat digunakan sebagai bahan pengganti tepung tapioka. Hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi kita untuk dapat membudidayakan buah sukun dan dapat mengolahnya serta mendirikan usaha pembuatan tepung sukun agar produksi tepung sukun menjadi tinggi. Tepung sukun tersebut selanjutnya dapat diolah manjdi berbagai macam produk olahan berbahan baku tepung sukun, seperti spongecake sukun, kue sukun, mie sukun dan juga donat sukun. Seperti pada usaha yang telah dilakukan sekelompok mahasiswa di UGM yang berhasil menuangkan ide kreatifnya untuk membuat olahan sukun menjadi cemilan lezat yaitu Sukrilicious atau donat sukun. Akibat dari ide kreatif sejumlah mahasiswa ini, dapat meningkatkan harga penjualan buah sukun menjadi lebih tinggi (Sulistiono, 2010).
            Hal ini tentunya akan menarik minat banyak pihak, terutama masyarakat perdesaan yang umumnya dekat dengan hutan, untuk dapat membudidayakan buah sukun dan mengolahnya. Di satu sisi hal ini tentunya dapat berdampak kepada kurangya jumlah pengangguran di Indonesia dan dapat meningkatkan kemajuan ekonomi di Indonesia.
Hasil Olahan
Mie Sukun
Pengolahan buah sukun yang populer saat ini salah satunya adalah pembuatan mie sukun. Mie sukun dapat dibuat dari sukun kukus yang telah dihancurkan (pasta sukun) atau dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Pada pembuatan mie diperlukan komponen gluten tinggi, yang terdapat pada terigu, sehingga pada pembuatan mie sukun dicampur dengan terigu. Fungsi terigu adalah membentuk struktur karena gluten bereaksi dengan karbohidrat. Bahan lain dalam pembuatan mie adalah air, garam, soda kue dan telur. Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat, melarutkan garam dan membentuk sifat kenyal dari gluten. Fungsi garam adalah untuk memberi rasa, memperkuat tekstur mie, membantu reaksi antara gluten dengan karbohidrat sehingga meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie. Telur berfungsi untuk mempercepat penyerapan air pada terigu, mengembangkan adonan dan mencegah penyerapan minyak sewaktu digoreng. Soda kue berfungsi untuk mempercepat pengembangan adonan, memberikan kemampuan dalam memperbesar adonan serat, mencegah penyerapan minyak dalam penggorengan mie. (Antarlina dan Sudarmadi, 2009)
Cara pembuatan mie yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur sangat sederhana, yaitu dengan mencapur tepung sukun/pasta sukun, terigu, telur, garam, soda kue, dan air, hingga terbentuk adonan tertentu selanjutnya dicetak lembaran. Pencetakan lembaran menggunakan alat penggiling mie diulang berkali-kali hingga berbentuk lembaran yang halus. Pada awal penggilingan dimulai dengan ukuran ketebalan yang besar dan makin lama makin tipis. Penggilingan lembaran terakhir disesuaikan dengan ukuran mie. Apabila diinginkan mie yang berdiameter kecil ketebalan lembaran dibuat tipis, dan bila diinginkan mie besar ketebalan lembaran dipertebal. Setelah itu dilakukan pemotongan mie. Mie yang terbentuk dilakukan perebusan, maka dihasilkan       mie      basah,      atau       dikeringkan       menjadi     mie      kering
(Antarlina dan Sudarmadi, 2009)
Mie kering merupakan makanan ringan yang banyak diminati oleh anak-anak. Mie kering juga bisa dibuat menjadi mie basah yang digunakan sebagai bahan pelengkap untuk usaha bakso. Seperti yang kita ketahui bahwa usaha bakso sangat menjamur dimana-mana dan sangat disukai oleh berbagai kalangan, baik anak-anak hingga orang dewasa. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya adalah kadar gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi kita. Mie sukun juga dapat diolah lagi menjadi mie goreng, mie kuah dan berbagai olahan mie lainnya.
Kegemaran orang Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun menjadi mie sukun ini, membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan dijadikan sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
Keripik Sukun
            Untuk produk olahan buah sukun menjadi keripik biasanya masih memakai teknologi tradisional. Pembuatan sukun menjadi keripik biasanya dapat dilakukan pada usaha-usaha rumah tangga dengan cara memakai beberapa pekerja untuk membantu mengupas, mencuci, memotong tipis-tipis, mengoreng, membumbui hingga ke pemasarannya. Teknologi yang lebih lanjut, dapat dilihat dari penggunaan alat pemotong buah sukun, dan adanya pembuatan kemasan sehingga memberi nilai tambah untuk penjualan keripik tersebut karena dipandang lebih kreatif dan indah. Sebagai contoh pada pembuatan keripik sukun yang diusahakan oleh Tati Yulinati, dia menyatakan bahwa pembuatan keripik gongshu, walaupun mudah tetapi cukup makan waktu lama, dalam satu kali produksi Tati dan kawan-kawan mampu membuat 50-100 kemasan ukuran 100 gr dengan harga Rp2.500/kemasan. Caranya, sukun dikukus, dihancurkan, diberi tepung beras, kemudian dicetak. Terakhir sukun digoreng, barulah sukun siap untuk dinikmati. Dengan cara begitu, kita bisa menikmati buah sukun dengan bentuk yang unik dan rasa yang variatif (Rachmawati, 2010).
Tepung Sukun
            Sukun dapat menjadi sumber tepung dengan kandungan mineral dan vitamin yang lebih baik dibanding beras. Proses pengolahannya pun cukup sederhana sehingga dapat dilakukan di pedesaan. Berbagai jenis penganan dapat diolah dari tepung sukun. Teknik pengolahan buah sukun menjadi tepung sukun yaitu melalui tahap pengupasan buah sukun, perajangan, pengukusan, pengeringan, penepungan, dan penyimpanan. Kendala dalam pembuatan tepung sukun adalah terbentuknya warna coklat pada buah saat diolah menjadi tepung. Hal ini disebabkan adanya enzim yang terkandung dalam buah sukun. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat, bahan harus diusahakan sedikit mungkin kontak dengan udara dengan cara merendam buah yang telah dikupas dalam air bersih, serta menonaktifkan enzim dengan cara dikukus. Lama pengukusan tergantung pada jumlah bahan, berkisar antara 10-20 menit. Tingkat ketuaan buah juga mempengaruhi warna tepung. Buah muda menghasilkan tepung sukun yang berwarna putih kecoklatan. Semakin tua buah, semakin putih warna tepung. Tepung sukun yang paling baik dihasilkan dari buah yang dipanen 10 hari sebelum  tingkat ketuaan optimum (Suyanti, dkk. 2001).






PENUTUP
Alternatif pengolahan buah sukun yang populer saat ini salah satunya adalah pembuatan mie sukun yang terbuat dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Mie sukun ini banyak digemari oleh anak-anak. Selain mie basah yang digunakan sebagai bahan pelengkap untuk usaha bakso. Keunggulan mie sukun ini daripada mie yang lainnya adalah kadar gizinya yang tinggi yang dapat mensuplai kebutuhan gizi.
Kegemaran orang Indonesia akan mie menjadi usaha untuk mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki sukun. Melihat potensi ekonomi pengolahan sukun menjadi mie sukun ini, membuat sukun sangat berpotensial untuk diolah lebih lanjut dan dijadikan sebagai salah satu usaha yang menjanjikan.
Sukun dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara lain sebagai bahan makanan, misalnya tepung sukun, getuk sukun, klepon sukun, stik sukun, keripik sukun, mie sukun dan sebagainya. Olahan buah sukun yang paling berpotensi adalah sebagai bahan makanan, karena memiliki nilai gizi yang tinggi salah satunya kandungan karbohidrat.
Sukun mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2% . Karena kandungan karbohidratnya cukup tinggi, maka sukun sangat berpotensi untuk dijadikan bahan pangan pokok alternatif pengganti beras.








DAFTAR PUSTAKA
Angkasa, S. Dan Nazanuddin. 1994. Sukun dan Keluih. Penebar Swadaya. Jakarta.

Antarlina dan Sudarmadi. 2009. Mie Sukun Ala BPTP Jatim. BPTP. Jawa Timur.

Departemen Pertanian, 2009, Sukun: Bisakah Menjadi Bahan Baku Produk Pangan, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 31(1): 1-3.

Harsanto, B.P., 1986. Budidaya dan Pengolahan Sukun. Kanisius, Jakarta.

Kartikawati, N. K dan H.A. Adinugraha, 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. P urwobinangun. Yogyakarta.

Koswara, S. 2006.  Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. ebookpangan.com.

Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius, Jakarta.

Rachmawati, R.R. 2010. Gongshu Keripik Sukun Penuh Gizi. FP UNPAD. Jatinangor.

Sulistiono. 2010. Yang Sedap Dari Sukun. UGM. Yogyakarta.

Suraningsih, M. S. 2004. Strategi Pengembangan Komoditi sukun dalam Peningkatan Diversifikasi Pangan. MB IPB. Bogor.

Suyanti, S. W. Dan Susmonol. 2001. Teknologi Pengolahan Tepung Sukun dan Pemanfaatannya untuk Berbagai Produk Makanan dan Olahan. BPPP. Jakarta.

Triyono, A. 2002. Teknologi Pengolahan Keripik Sukun. BPM. Jakarta.

Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan.        Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

1 komentar:

  1. bagus sekali ya min artikel ini , saya sangat terbantu oleh artikel yang bagus ini dan menambah wawasan saya , saya berharap anda bisa terus berkarya untuk anak banga , dan pastinya saya mendoakan yang terbaik untuk anda sukses selalu dan sehat selalu
    bandarq terpercaya
    agen domino teraman dan terpercaya
    jika ada salah saya dalam pengetikan saye meminta maaf,salam hormat terdalam saya, terima kasih

    BalasHapus

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About