Selasa, 25 Juni 2013

Oleh   : Roy Brema Ginting
NIM  : 111201055



A.   Latar Belakang
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.Pembangunan Kehutanan sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian usaha nyata dan terencana untuk memberikan manfaat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan dijiwai Pasal 33 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar 1945,hutan sebagai salah satu kekayaan alam dengan keanekaragaman isinya yang menguasai hajat hidup orang banyak, harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
Peluang Usaha Budidaya Tanaman Karet . Pohon karet (Latin: Hevea Brnziliensis, red) merupakan tanaman yang berasal dari Brazil. Cikal bakal tanaman karet alam dunia ini, setelah mengalami percobaan berkali – kali oleh Henry Wickham, akhirnya berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya, Asia Tenggara khususnya dan Asia pada umumnya menjadi sumber tanaman karet alam. Tanaman karet yang mampu tumbuh hingga setinggi 25 m ini, memiliki batang yang mengandung getah yang dikenal dengan istilah lateks. Dan, lateks inilah yang merupakan bahan baku utama dan sangat penting bagi berbagai industri, termasuk industri otomotif dan dalam kemiliteran. Tak pelak, harga jualnya pun terbilang mahal yaitu (pada media 34 Februari 2011, red) Rp. 27.700,- / kg, untuk sadapan berumur sebulan.
Perlu diketahui bahwa umur sadapan sangat berpengaruh pada harga. Misalnya, harga per kilogram lateks untuk sadapan berumur seminggu yakni Rp16 ribu. Sementara lateks dengan umur sadapan sebulan, dihargai Rp27.700,-/kg. Hal itu terjadi, karena saat disadap, getah karet akan bercampur dengan air dan bahan – bahan lain. Lalu, seiring dengan berjalannya waktu terjadi penyusutan hingga akhirnya yang tertinggal hanya endapan getahnya. Karena tidak mau ‘merugi’, sebagian besar petani tanaman karet lebih suka menjual hasil sadapan mereka kala baru berumur (terkumpul) satu minggu.
Didesa basukum sangat cocok sebagai tempat budidaya tanaman karet karena konndisi suhu  dan tinggi tempat yang sangat sesuai dengan tempat tumbuh tanaman karet yaitu Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25C sampai 35C. Selain itu banyak sekali lahan-lahan yang masih kosong yang tidak di manfaatkan oleh warga sekitar.
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Karet cukup baik dikembangankan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, Dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan Memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia.


B.     Keunggulan
Dalam Peluang Usaha Budidaya Tanaman Karet  mempunyai banyak keunggulan. Misalnya, pertama, untuk membudidayakannya biasanya dilakukan dengan cara stek di mana harga bibitnya Rp17.500,-/batang. Cara ini yang lebih sering digunakan, lantaran sudah setengah jadi. Sehingga, tinggal menunggu pertumbuhannya saja. Lain halnya dengan tanaman karet alam yang dibudidayakan dengan biji, yang berarti sangat lama untuk menunggunya tumbuh tinggi. Sementara kemungkinan gagalnya, cuma 5%. Dalam arti, bukan mati melainkan tidak tumbuh secara -mestinya atau terserang hama yang gampang dimusnahkan. Kedua, lima tahun setelah ditanam, pohon – pohon karet tersebut siap sadap. Penyadapan biasanya dilakukan berselang – seling (satu hari sadap, satu hari tidak). Jadi, total hanya 15 hari dalam sebulan. “Jika baru pertama kali disadap, biasanya akan diperoleh sekitar 85 kg/minggu yang dikumpulkan dari 450 – 500 pohon, yang ditanam di atas lahan seluas 1 ha.
Perlu diketahui bahwa umur sadapan sangat berpengaruh pada harga. Misalnya, harga per kilogram lateks untuk sadapan berumur seminggu yakni Rp16 ribu. Sementara lateks dengan umur sadapan sebulan, dihargai Rp27.700,-/kg. Hal itu terjadi, karena saat disadap, getah karet akan bercampur dengan air dan bahan – bahan lain. Lalu, seiring dengan berjalannya waktu terjadi penyusutan hingga akhirnya yang tertinggal hanya endapan getahnya. Karena tidak mau ‘merugi’, sebagian besar petani tanaman karet lebih suka menjual hasil sadapan mereka kala baru berumur (terkumpul) satu minggu.

C.    Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di desa basukum kecamatan sibolangit ini adalah petani kesulitan menjual hasil kebun mereka karena minimnya pembeli yang dating ke desa tersebut. Hal ini disebabkan karena akses jalan ke desa tersebut yang masih sangat sulit dijangkau karena jalannya yang masih rusak. Selain itu juga pohon karet yang tidak produktif lagi hanya di mamfaatkan oleh warga sekitar sebagai bahan bakar.
Karet merupakan komoditas potensial dan berperan penting sebagai sumber penerimaan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet dan dalam pelestarian lingkungan, terutama penyerapan CO2. Agribisnis karet mempunyai prospek yang cerah. Namun demikian masih menghadapi berbagai permasalahan seperti : produktivitas dan mutu produk yang rendah.
Produktivitas karet nasional saat ini masih relatif rendah.  Nilai ekspor karet alam Indonesia pada semester pertama tahun 2006 mencapai US$ 2 M, dengan kenaikan produksi sekitar 6% dibandingkan produksi semester pertama tahun 2005. Produktivitas karet nasional saat ini masih relatif rendah (700-800 kg/ha/th) dibandingkan dengan negara  Asia lainnya lain seperti Thailand (1800kg/ha/th), Malaysia (1200 kg/ha/th)  dan India (2000 kg/ha/th). Upaya peremajaan dengan menggunakan klon karet unggul serta penerapan teknologi budidaya karet akan meningkatkan produksi tanaman.  Berdasar hasil penelitian Puslit Karet, telah direkomendasikan klon-klon baru seperti: IRR 5, IRR32, IRR39, IRR104. Klon-klon ini menunjukkan produktivitas yang baik di berbagai lokasi tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pemilihan jenis klon harus disesuaikan dengan agroekosistem wilayah dan jenis produk karet yang akan dihasilkan.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam agribisnis karet adalah, ekspor karet alam Indonesia sebagian besar berbentuk bahan baku dengan mutu yang lebih rendah dibanding dengan negara lain sehingga kurang kompetitif di pasar internasional. Untuk mengatasi hal ini perlu ditempuh percepatan pengembangan industri barang jadi karet dan diversifikasi produk.




  
     D.   Saran
Saran yang baik terhadap permasalahan yang terjadi di desa tersebut adalah:
      1.      Sebaiknya pemerintah berperan dalam memperbaiki akses jalan menuju    desa tersebut
      2.      Memberikan materi-materi kepada masyarakat tentang besarnya peluang budidaya karet
      3.      Memberikan contoh-contoh tentang bagaimana cara budidaya tanaman karet yang baik mulai dari       penanaman sampai pemanenan.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About