Selasa, 25 Juni 2013

AGRIBISNIS TANAMAN OBAT KUNYIT

Posted by Unknown On 09.47 | No comments
Oleh   : Ade Khana Saputri
NIM  : 111201047


PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Penanaman dan Penggunaan Tumbuh-Tumbuhan untuk obat tradisional sudah lama dikenal oleh bangsa Indonesia sejak nenek moyang dulu, bahkan juga dikenal oleh bangsa Cina, Kerajaan Babillonia dan Bangsa Mesir. Meskipun bersifat tradisional ternyata manfaatnya sangat besar sekali untuk kesehatan manusia hingga turun temurun Lebih-lebih sejak Indonesia mengalami krisis moneter tahun 1997 yang berlanjut menjadi krisis multi dimensional hingga sekarang masih terasa terutama harga barang dan biaya yang masih tinggi, maka banyak rakyat Indonesia dalam rangka memelihara kesehatannya dan usahawan dalam berdagangnya menginginkan biaya yang murah, untuk itu beralih pilihan pada banyak sekali obat tradisional dari home industri / toko-toko/ pasar jamu / obat tradisional atau tanaman obat disekitarnya baik untuk diolah sendiri dengan asumsi harga dan pembiayaannya murah. Hal ini tentunya mendorong peningkatan permintaan obat tradisional / tanaman obat tersebut (Priyono, 2006).
 Pendapat itu telah diperkuat oleh Rozanna (2007) yang menyatakan bahwa fenomena back to nature telah melanda masyarakat dunia sehingga tren permintaan masyarakat terhadap konsumsi pangan, minuman kesehatan dan obat-obatan dari bahan alam terus meningkat.Lebih lanjut dikatakan bahwa pemerintah Indonesia sangat menyadari pentingnya pengembangan keanekaan hayati, sehingga dalam Kebijakan Strategis Nasional IPTEK, Pengembangan teknologi kesehatan dan obat-obatan merupakan salah satu prioritas dalam agenda riset nasional, khususnya yang didalamnya tercakup pengembangan bahan-bahan alam yang digali dari kekayaan hayati dan budaya asli Indonesia seperti pangan fungsional ( nutraseutikal), obat tradisional (Jamu) dan bio/ fitofarmaka. Namun ironisnya Indonesia masih digolongkan rendah nilai perdagangan internasional (Ekspor) tanaman obat alami (TOA), pada hal Indonesia termasuk Negara terbesar ke tiga di dunia yang memiliki keaneka ragaman hayati tumbuhan berbunga sebanyak 30 000 jenis sebagai plasma nutfah (diantaranya terdiri 7000 jenis tanaman obat, 1000 jenis tumbuhan zat beracun, 50 jenis tanaman aromatic).

            Hal ini disebabkan oleh produksi bahan bakunya masih rendah bahkan usaha penanamannya masih bersifat tradisional dan banyak yang subsisten, tidak mantap dan tidak kontinyu. Dengan demikian untuk memecahkannya (Tisnadjaja, 2007) diperlukan usaha (agribisnis) yang besar, mantap dan terus menerus serta intensif penyediaan bahan baku dan sumber asal bahan bakunya untuk ditanam dan dikembangkan dengan harapan agar didapatkan produksi tanaman obat (sebagai persediaan TOA) yang tinggi sehingga dapat meningkatkan nilai perdagangannya (ekspor) dan devisa Negara Indonesia Untuk itu hingga tahun 2010 Indonesia menargetkan nilai perdagangannya dapat mencapai Rp 8 trilliun (Rozanna, 2007), caranya dengan mengembangkan tanaman obat yang prospektif tidak hanya secara ekstensif saja bahkan harus intensif dengan pasca panen dan pemasaran yang efektif atau dapat dikatakan melalui system agribisnis yang dapat dilakukan oleh semua fihak (individu,  kelompok, industriawan) sehingga akan meningkatkan pendapatan tidak hanya para petani saja bahkan meningkatkan pendapatan (devisa) negara, karena manfaat usaha ini menyangkut 5 tujuan, yaitu untuk bisnis, kuratif, promotif, preventif dan artistic (Martodireso dan Widodo AS, 2002; Priyono, 2006; Rozanna, 2007).Tanaman yang dimaksud antara lain kunyit, jahe, lengkuas, pegagan, temulawak, jati belanda, sirih, kencur, mengkudu, sembung, lidah buaya, beluntas, mahkota dewa, bunga kamboja, keji beling, sambiloto, kumis kucing, sansiviera, dan sebagainya disamping rempah-rempah, berbagai sayur-sayuran, buah-buahan kebutuhan sehari-hari maupun tanaman bunga-bungaan dan tanaman industri yang sudah lama diusahakan secara intensif. Mengingat pentingnya, banyak / macamnya kandungan, ragam kegunaan dan kasiat / kemujaraban / kemampuannya dalam mendukung kesehatan manusia, untuk itu pada kesempatan ini fokus pembahasan masalah ini dibatasi tentang agribisnis tanaman obat kunyit dan lengkuas.
Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman  obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga dipakai sebagai  bumbu dapur dan zat pewarna alami. Berdasarkan hasil survei tahun  2003, kebutuhan rimpang kunyit berdasarkan jumlahnya yang diserap  oleh industri obat tradisional di Jawa Timur menduduki peringkat  pertama dan di Jawa Tengah termasuk lima besar bersama-sama  dengan bahan baku obat lainnya. Rimpangnya sangat bermanfaat  sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat  asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, karminatif, stimulan, gatal-gatal, gigitan serangga, diare, rematik. Kandungan utama di dalam rimpangnya terdiri dari minyak atsiri, kurkumin, resin, oleoresin, desmetoksikurkumin, dan
bidesmetoksikurkumin, damar, gom, lemak, protein, kalsium, fosfor  dan besi. Zat warna kuning (kurkumin) dimanfaatkan sebagai pewarna untuk makanan manusia dan ternak. Kandungan kimia minyak atsiri kunyit terdiri dari ar-tumeron, α dan β-tumeron, tumerol, α-atlanton, β-kariofilen, linalol, 1,8 sineol. Teknologi budidaya yang mengikuti anjuran, dengan mengacu kepada penerapan SPO yang tepat, produksi rimpang kunyit segar mencapai 11 ton/ha, dengan kadar kurkumin 8 – 11%.      

B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana cirri khas, manfaat dan kultur teknis kunyit?
2.      Bagaimana pemasaran dari kunyit tersebut?

C. Tujuan
     1. Untuk mengetahui cirri khas, manfaat dan kultur teknis kunyit
     2. Untuk mengetahui pemasaran kunyit




PEMBAHASAN
A.     Ciri khas, manfaat, kultur teknis kunyit
1. Deskripsi Tanaman          
            Kunir/kunyit merupakan tanaman terna, berbatang semu, tinggi dapat mencapai 40 – 100 cm. Bentuk batangnya bulat dan basah, berwarna hijau keunguan. Kunyit mampu membentuk rimpang, berwarna oranye, bila tua dan tunas mudanya berwarna putih, membentuk rumpun yang rapat. Berakar serabut berwarna coklat muda. Setiap tanaman berdaun 3 – 10 helai, panjang daun beserta pelepahnya sampai 70 cm, helaian daun berbentuk lanset memanjang, berwarna hijau dan hanya bagian atas dekat pelepahnya berwarna agak keunguan,panjang 28 – 85 cm, lebar 10 – 25 cm. Bunga muncul dari batang semu panjang 10 – 15 cm. Bunga warnanya putih/kuning pucat, pangkal bunga warnanya putih.
2. Kandungan, Kegunaan dan Kasiatnya
a. Kandungan
            Rimpang mengandung minyak atsiri 3 – 5 %(senyawa d-alfapelandren 1%, d – sabinen 0.6%, cineol 1%, borneol 0.5%, zingiberen 25%, timeron 58%, seskuiterpen alcohol 5.8%, alfa-atlanton, gamma-atlanton, turmeron, simen, dan artumeron). Kandungan lainnya yaitu kurkumin 0.63-6.5%, zat pati 40-50%, zat pahit, selulosa, mineral, vitamin dan resin/damar.
b. Kegunaan
            Untuk dibuat simplisia dan atau bubuk minuman/jamu, lulur (kosmetik), pil (obat), bumbu masak, zat pewarna makanan nasi/lauk pauk dan textile, minyak atsiri, campuran pakan ayam, dan lain-lain.
c. Kasiat
            Untuk penyedap masakan, melancarkan peredaran darah, haid, persalinan, carminative (kentut), pengeluaran empedu, mencegah demam, menghilangkan kembung perut, radang usus, bau badan, keputihan, sakit malaria, sebagai antipiretik, dekongestan, antiimflamasi, antidiare, anti maag, antiluka, menurunkan tensi darah tinggi, anticacar air, melegakan sesak nafas, meningkatkan akiivitas seksual, icteric hepatitis, dapat sebagai penawar keracunan akibat pengaruh obat lain yang dapat merusak hati /lever.
3. Budidaya Tanaman
a. Tempat Tumbuh
            Ketinggian 0 – 2000 m dpl. Mempunyai daya adaptasi yang cukup luas di daerah tropis. Curah hujan sekitar 2000 – 4000 mm setiap tahunnya dan dicarea yang sedikit terlindung, suhu 19-30ºC. Untuk menghasilkan rimpang yang cukup besar dan baik, tanaman ini menghendaki tempat yang terbuka atau sedikit naungan. Kunyit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah tetapi seperti halnya tanaman rimpang lainnya tidak toleran terhadap tanah yang tergenang dan salinitasnya tinggi. Sifat tanah yang paling disukai adalah memiliki drainase yang baik serta selalu dalam kondisi lembab misalnya saja jenis tanah Andosol, Latosol, Mediteran merah kuning, Gromusol, Aluvial dll terutama yang bertekstur lempung berpasir / liat berpasir (sandy clay). Bila tanah yang digunakan kurang subur, sebaiknya kunyit di tanam pada tempat yang bernaung.
b. Pembibitan
1. Gunakan bibit dari stek rimpang yang sudah tua berumur 9-10 bulan, seragam jenisnya, dan berukuran 20 – 25 gr tiap stek. Untuk indukan sebaiknya gunakan rimpang yang seragam dan bedakan antara rimpang induk dan rimpang anakan karena rimpang (induk dan anakan) tidak sama sehingga waktu panennyapun tidak bersamaan.
2. Semaikan dahulu di atas alas jerami berlapis (3-5 lapis) rimpang yang akan digunakan sebagai bibit agar tumbuh tunas yang cepat dan baik. Setelah 3 – 8 minggu di persemaian, tunas pada rimpang mulai tumbuh. Setiap potongan bibit rimpang sebaikna terdiri dari 2 – 3 tunas.
3. Taburi rimpang yang sudah dipotong untuk bibit dengan abu dapur atau olesi vaselin atau bungkus plastic secukupnya agar luka bekas potongan tidak ditumbuhi jamur. Bibit siap untuk ditanam dilahan setelah luka bekas potongan mengering dan tunas sudah tumbuh baik.
c. Persiapan Lahan
1. Olah lahan dengan menggunakan cangkul atau garpu agar tanah menjadi gembur sehinggga pertumbuhan perakaran tanaman dan rimpang menjadi lebih baik.
2. Cangkul lahan pada kedalaman lapisan olah antara 20 – 30 cm. Setelah itu, lahan dibiarkan selama 1 – 2 minggu.
3. Lakukan pemupukan dasar dengan menggunakan pupuk organic sebanyak 20 ton/ha (sebaiknya kotoran yang banyak mengandung P seperti kotoran ayam, burung, kelelawar, kambing, sapi, kelinci, kuda). Campurkan pupuk dengan tanah kemudian ratakan
4. Buat bedengan/guludan sesuai kontur tanah agar tidak ada genangan air saat hujan agar rimpang tidak mudah busuk dan terserang penyakit. Ukuran bedengan umumnya lebar 0.6 – 2 m dan panjangnya disedsuaikan dengan keadaan lahan, jarak antar bedengan 20 – 50 cm, sedangkan tinggi bedengan disesuaikan dengan jenis tanah. Pada tanah berat yang sangat mudah terjadi genangan air, bedengan dibuat lebih tinggi (sekitar 50 cm ) dan pada tanah ringan bedengan bisa dibuat lebih rendah (tinggi 25 – 40 cm).
d. Penanaman
1. Lakukan penanaman pada saat awal/akhir musim hujan (panennya awal/akhir musim kemarau untuk umurnya 7-8 bl, 12 bl – 18 bl).
2. Buat lubang tanam pada bedengan dengan jarak tanam panjang 60 cm dan lebar 60 cm. Kebutuhan bibit sebanyak 500 – 600 kg rimpang per hektar. Jarak lubang adalah panjang 40 – 60 cm.
3. Tanam bibit dengan kedalaman 7,5 – 10 cm.
4. Lakukan pemupukan dasar dengan pupuk organik per lubang tanam. Caranya, masukan pupuk kandang atau pupuk kompos sebanyak 1 – 2 kg ke dalam lubang tanam kemudian aduk dengan tanah sampai merata.
5. Tanamkan bibit ke dalam lubang tanam dengan menghadapkan mata tunas atau tunas yang sudaha tumbuh ke arah permukaan tanah.
6. Tutup lubang tanam beserta bibit dengan tanah sampai rata dengan permukaan tanah.
e. Perawatan Tanaman
1. Lakukan penyulaman pada 2 – 3 minggu setelah penanaman agar populasi optimum tanaman tetap terjaga sterilkan dahulu dengan menaburi obat Furadan. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit yang jenis dan umurnya sama dengan yang sudah ditanam.
2. Lakukan pendangiran atau pembubunan tanaman apabila akar atau rimpang terlihat muncul dipermukaan atau biasanya pada saat tanaman berumur 2 – 6 bulan. Selang waktu antara penanaman dengan pembubunan lebih dipengaruhi oleh jenis tanah dan curah hujan. Apabila curah hujan cukup tinggi dan jeins tanah tempat penanaman berpasir, maka pembubunan lebih sering dilakukan. Biasanya petani melakukan pembubunan bersamaan dengan penyiangan.
3. Lakukan penyianga bersamaan dengan pembubunan agar tanaman tidak bersaing dengan gulma dalam memperoleh unsur hara dan factor pertumbuhan lainnya. Kelembaban lingkunganpun lebih terjaga (tidak terlalu lembab) sehingga tanaman tidak mudah diserang hama atau penyakit. Penyiangan normal 3 – 5 kali.
4. Laukukan pemupukan susulan bagi tanaman yang berasal dari bibit rimpang induk pada umur 4 bulan atau 6 – 7 bulan pada tanaman yang barasal dari rimpang cabang atau anakan. Pemupukan dengan menggunakn kompos sebanyak 1 – 2 kg per rumpun.
f. Pengendalian Hama dan Penyakit
            Hama yang potensial menyerang tanaman kunyit adalah Kumbang Lasioderma serricorne, merupakan hama gudang yang sangat merusak Serangga ini bersifat kosmopolit dan merusak berbagai bahan organic kering. Di Indonesia serangga ini terutama dikenal merusak daun tembakau dalam penyimpanan. Selain itu terdapat serangga penggerek akar Dichrosis puntiferalis, Kutu daun Panchaetothrips. Ulat pemakan daun Kerana diocles dan Udas pesfolus. Penyebab penyakit kulit rimpang dan pembusukan tunas muda adalah jamur Sclerotium rolfsii, Botryotrichum sp. Pembusukan dan pengroposan rimpang oleh jamur Fusarium sp. Karat daun oleh Taphrina macullans dan Colletothrium capisici. Sehingga pengatasannya dengan cara :
1. Untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit pada tanaman, lakukan tindakan preventif dengan menjaga kebersihan area pertanaman dari gulma, menjaga kelembaban iklim mikro tanaman agar tidak terlalu lembab, serta melakukan rotasi tanaman.
2. Lakukan pengendaklian hama penyakit secara manual (dengan membakar atau menguburnya) atau dengan bahan-bahan organic bila serangan hama atau penyakit masih sedikit dan belum meluas.
3. Lakukan pengendalian dengan penyemprotan pestisida nabati apabila serangan hama dan penyakit tanaman sudah meluas.
g. Pemanenan
1. Lakukan pemanenan pada saat musim kemarau sehingga bagian tanaman yang berada diatas permukaan tanah sudah mengering.
2. Panen tanaman setelah berumur setahun atau lebih. Gunakan garpu untuk membongkar rimpang.
3. Bersihkan rimpang yang baru dibongkar. Basuh rimpang dengan air mengalir. Setelah air cucian kering, simpan rimpang di gudang yang kering dan terlindung dari sinar matahari. Produksi rimpang kunyit dari suatu tanaman percobaan, pada umur 13 bulan dan pada jarak tanam panjang 60 cm dan lebar 60 cm adalah 21 – 30 ton rimpang kunyit segar setiap hektarnya. Jika panenannya umur 7 – 8 bulan hasilnya 15 – 20 ton rimpang basah.
4. Simpan rimpang dalam bentuk simplisia kering agar dapat disimpan dalam waktu yang lama. Rimapng yang sudah dibersihkan dikupas kulit luarnya dan diiris-iris dengan ketebalan 7 – 8 mm. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau alat pengering dengan suhu 50 – 55 0 C. Susut pengeringan sekitar 16 %, dengan kadar air 8 – 17 %. Produksi rimpang kering adalah 3,2 – 4, 8 ton tiap hektar.

B. Pemasaran Kunyit
            Pemasaran hasil tanaman kunyit dan di dalam negeri masih terbatas jangkauan dan jumlah, yaitu dalam bentuk rimpang, simplisia, bahkan bentuk olahan seperti jamu/obat tradisional, minuman, serta sebagian kecil minyak atsiri dengan dijual sendiri (langsung ) kepada pembeli yang datang ke rumah-rumah petani atau dibawa ke pasar, atau melalui penawaran dan pengiriman secara kolektip berdasarkan permintaan / pesanan industri jamu baik partai kecil maupun partai besar. Sedangkan pemasaran untuk keperluan ekspor dalam bentuk minuman, obat tradisional / jamu dan minyak atsiri ke Negara Jepang, Timur Tengah, Eropa, Afrika, Kanada dan USA.


PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tantangan Indonesia dalam agribisnis tanaman obat ( termasuk kunyit dan lengkuas ) adalah penyediaan bahan baku maupun sumber asal bahan baku secara mantap dan kontinyu tidak hanya secara ektensif, namun juga secara intensif (segi kuantitas dan kualitas SDM, teknologi, ekonomis) dan manfaatnya sangat dirasakan tidak hanya oleh pemerintah Indonesia saja, tetapi juga untuk kejayaan dan kesejahteraan lahir dan bathin bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Namun dibalik dari tantangan ini disisinya mengandung suatu peluang untuk bekerja keras mewujudkannya usaha agribisnis tanaman obat ini yang manfaatnya tidak hanya untuk bisnis saja, tetapi juga untuk pengobatan (kuratif), preventif, promotif, dan artistic. Caranya melalui gerakan nasional penanaman tanaman obat yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dengan mengacu dari hasil penelitian dan pengembangan lembaga terkait seperti pakar/ahli dari perguruan tinggi, pusat-pusat penelitian dan pengembangan serta menyertakan peran serta lembaga swadaya masyarakat yang terkait.











 

DAFTAR PUSTAKA
Martha Tilaar Innovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat  Rimpang. Penebar Swadaya. Depok. Jabar.

Martodireso, S dan Widada AS. 2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama  Kanisius.Ygy.

Priyono. 2006. Agribisnis Tanaman Obat. Pelatihan Life Skill. Kerjasama PLS
Dinas Diknas Propinsi Jateng dan LPPM UNISRI. Surakarta.
Rozanna, R. 2007. Potensi Tanaman Obat Sebagai Pangan Fungsional Mendorong
Ekspor.Buku Panduan Seminar Nasional Tanaman Obat dan Obat Tradisional. BPPTO. Tawangmangu, Karanganyar, Surakarta. Jateng.

Sunardi dan Slamet.2007. Tanaman di Pekarangan Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta.

Sugeng H.R.. 1984. Tanaman Apotik Hidup Aneka Ilmu. Semarang.
Suseno, S.1985.Mengapa Kunyit bisa mencegah demam?.Intisari No.20/1985. Jkt.
Syukur, C. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Penebar Swadaya. Depok. Jabar.
Tisnadjaja, D.2007.Pengembangan Proses Produksi Bahan Baku Obat Berkhasiat
            Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Melalui Proses Fermentasi. Buku Panduan Seminar Nasional Tanaman Obat dan Obat Tradisional.BPPTO.
            Tawangmangu, Karanganyar, Surakarta. Jateng.
Winarto, W.P. dan Tim Lentera. 2004. Kasiat dan Manfaat Kunyit Agromedia
Pustaka. Depok. Jabar dan Tim Karyasari. 2004. Memanfaatkan Bumbu  Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Depok. Jabar.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About