Kamis, 04 Juli 2013

Oleh   : Janrahman Simarmata
NIM  : 111201081

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerusakan hutan dan berkurangnya kawasan hutan telah membuat hutan tropis kehilangan sebagian besar kemampuannya dalam menyuplai kebutuhan kayu global. Disisi lain kebutuhan kayu untuk pasar global semakin meningkat, sehingga prospek investasi bagi pemenuhan kebutuhan kayu cukup cerah. Jabon (Anthocephalus cadamba) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan kayu rimba lainnya. Selain daya tumbuhnya yang sangat cepat, tingkat kelurusannya juga tinggi, berbatang silinder dan cabang yang ada pada masa pertumbuhan akan rontok sendiri ketika pohon meninggi. Sifat ini menguntungkan karena tidak memerlukan pemangkasan. Kayunya berwarna putih agak kekuningan tanpa terlihat serat sangat baik dipergunakan untuk pembuatan kayu lapis (playwood), mebeler, bahan bangunan non kontruksi, maupun kayu gergajian. Dengan demikian budidaya tanaman jabon akan memberikan keuntungan yang cukup besar jika dilakukan secara serius dan benar.
 Pada program penanaman hutan terlihat adanya kecenderungan memilih jenis–jenis yang mudah ditangani, namun sebenarnya banyak jenis yang dapat menjadi pilihan karena jumlah spesies tanaman di daerah tropik sangat tinggi , apakah itu jenis – jenis asli setempat (indigenous) ataupun jenis yang berasal dari luar (eksotik). Salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang juga merupakan jenis pionir yaitu jabon (Anthocepalus cadamba) mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan dalam hutan tanaman, karena kayu jabon saat ini cukup diminati baik untuk kayu pertukangan maupun sebagai bahan baku kayu panel. Kayu jabon termasuk dalam kelas awet 5 atau keterawetannya sedang.
Jenis jabon belum banyak dikembangkan, karena keterbatasan informasi mengenai silvikulur maupun ketersediaan benihnya. Untuk memenuhi kebutuhan benih jabon perlu dilakukan upaya – upaya dalam membangun sumber benih jabon. Sebagai salah satu langkah awal dalam pengembangan tanaman jabon adalah telah dilakukan penunjukkan sejumlah pohon induk di Kalimantan Timur, yang selanjutnya dilakukan uji penanaman di Kebun Percobaan Rumpin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan awal tanaman jabon yang berasal dari beberapa pohon induk terpilih yang selanjutnya diharapkan dapat dikonversi menjadi tegakan benih.

Rumusan Masalah
1.      Apa itu tanaman jabon (Anthocephalus cadamba) ?
2.      Bagaiman kualitas dan kegunaan kayu jabon (Anthocephalus cadamba) ?
3.      Apa permasalahan pemasaran kayu jabon (Anthocephalus cadamba) ?
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apa itu tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
2.      Untuk mengetahui kualitas dan kegunaan kayu jabon            (Anthocephalus cadamba)
3.      Untuk mengetahui permasalah pemasaran kayu jabon          (Anthocephalus cadamba)



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengenaan tanaman jabon (Anthocephalus cadamba)
 Jabon (Anthocephalus cadamba) Merupakan salah satu jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ketinggian 0 – 1000 m dpl. Jabon merupakan tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang tidak memerlukan banyak perlakuan khusus dalam budidayanya. Saat ini Jabon menjadi andalan industri perkayuan, termasuk kayu lapis, karena Jabon memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman kayu lainnya termasuk sengon/albasia. Keunggulan dari tanaman jabon yaitu memiliki diameter batang dapat tumbuh berkisar 10 cm/th, masa produksi jabon yang singkat – hanya 4 – 5 tahun, berbatang silinder dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus.
Pertumbuhan sangat cepat dibandingkan dengan kayu keras lainnya termasuk bila dibandingkan dengan sengon (albasia), Jabon tergolong tumbuhan pionir sebagaimana sengon. Ia dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Sejauh ini jabon bebas serangan hama dan penyakit, termasuk karat tumor yang kini banyak menyerang sengon.
Adapun ciri dan karakteristik batang jabon yaitu permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat mata kayu dan susutnya rendah.
a. Klasifikasi
Kingdom
Divisi
Kelas
Ordo
Family
Genus
Species
:
:
:
:
:
:
:
Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Rubiales
Rubiaceae
Anthocephalus
Anthocephalus cadamba



b. Deskripsi Pohon :
Habitus selalu hijau. Di alam bebas pohon dapat mencapai tinggi 45 m dengan diameter lebih dari 100 cm, sedangkan batas bebas cabangnya mencapai hingga 25 m. Pada umur 3 tahun tingginya dapat mencapai 17 m dengan diameter 30 cm. Bentuk tajuk seperti payung dengan sistem percabangan melingkar.

Batang
Berbatang silinder , tidak berbanir dengan tingkat kelurusan yang sangat bagus, diameter batang dapat tumbuh berkisar 10 cm/th. Permukaan kayu licin serta arah tegak lurus, berwarna putih kekuningan mirip meranti kuning, batang mudah dikupas, dikeringkan, direkatkan, bebas dari cacat mata kayu dan susutnya rendah.

Daun
Daun-daun berukuran panjang 13-32 cm dan lebar 7-15 cm, ujung daun runcing hingga meruncing, memiliki tangkai daun yang jelas berukuran 2.5-6 cm.
Bunga
Kepala bunga (flower heads) memiliki lebar 3-5 cm, Bunga jingga berukuran kecil, berkelopak rapat, berbentuk bulat.

c. Persebaran Tanaman
Distribusi alami di mulai dari India, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Burma, Indo-China, dan sebelah selatan China menuju Thailand serta bagian timur Kepulauan Malaya hingga ke arah timur menuju Malesia Papua Nugini. Tanaman ini telah di introduksi di Afrika serta Amerika Tengah dan mampu beradaptasi dengan baik. Di Indonesia, tanaman ini terdapat di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sumbawa dan Irian Jaya.
d. Perkecambahan
Media perkecambahan yang digunakan adalah tanah+pasir (1:1). Sebelum benih ditabur media perkecambahan disiram terlebih dahulu sampai jenuh. Setelah itu taburkan benih jabon secara merata, kemudian disiram dengan menggunakan sprayer halus selanjutnya bak tabur ditutup dengan plastik transparan. Setelah penyiraman pertama bak perkecambahan disiram kembali pada hari ke 7 , setelah periode tersebut plastik dibuka dan penyiraman dilakukan setiap hari dengan menggunakan sprayer halus. Setelah 1 minggu benih mulai berkecambah, setelah memiliki sepasang daun semai siap disapih .
Semai jabon disapih ke polybag ukuran 10x15 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah + pasir+ pupuk kompos (7:2:1). Setelah berumur 2 minggu bibit dipupuk dengan NPK cair 5gram/liter air. Pemupukan dilakukan setiap 2 minggu sampai dengan bibit berumur 2 bulan. Dalam persemaian bibit perlu dinaungi denan shading net berukuran 40%.
e. Pembibitan
Pohon jabon berbuah setiap tahun. Buah masak antara bulan Juni dan Agustus. Banyaknya buah per kg sebanyak 33 buah dan per blik 320 buah. Jumlah biji kering per kg sebanyak 26.132.000 biji dan per liter sebanyak 23.707.000 biji.
Cara untuk mengumpulkan biji jabon adalah sbb:
1) buah-buah yang sudah masak betul diparut pada saringan kawat ⅓ inch (1,28 cm) dan biarkan daging buah ini melunak atau membusuk dari dalam baskom berisi air lamanya kira-kira 5-7 hari
2) setelah melunak diremas-remas dan digosok-gosokan dengan kedua telapak tangan hingga bertambah hancur. Biji-biji yang baik akan berpisah dan berkumpul didasar baskom
3) kemudian buang bagian yang terapung, biji-biji dikumpulkan dan disaring untuk menghilangkan airnya. Setelah itu dikeringkan selama 2 hari (kering udara) dan dibersihkan lagi dari kotorannya secara penampian atau dengan ayakan halus 0,5mm.
4). Biji dimasukkan dalam kaleng atau dalam botol yang tertutup rapat. Penyumpannya dalam ruangan yang sejuk (cold storage). Dengan demikian daya kecambahnya dapat bertahan selama 1 tahun 25-35 %. Sedangkan biji yang disimpan selama 2,5 bulan mempunyai daya kecambah 70%.
5) pengiriman biji dari satu daerah ke daerah lain dilakukan dengan cara memasukkan biji ke dalam kantong plastik kemudian dibungkus rapi atau dimasukkan kedalam amplop.
f. Perkembangbiakan
Pohon jabon berbuah setiap tahun pada bulan Juni-Agustus. Buahnya merupakan buah majemuk berbentuk bulat dan lunak, mengandung biji yang sangat kecil. Jumlah biji kering udara 18¬26 juta butir per kg. Jumlah buah 33 butir per kg atau 320 butir per kaleng minyak tanah. Perkiraan jumlah benih per Kgnya adalah 18-26 juta benih.
Sedangkan dalam penangan bibit jabon ini dapat dilakuka dengan cara-cara tertentu guna untuk menghasilkan batang yang berkualitas. Salah satu cara pembibitan bibit tanaman jabon yaitu dengan perlakuan pengkerdilan, dengan cara yang ternyata dapat menghasilkan batang tanaman bibit jabon menjadi besar dan keras. Karena bibit tanaman jabon memiliki kadar air yang sangat tinggi pada bagian batang maka hanya dengan proses pembibitan dengan cara pengkerdilan tanaman bibit jabon lebih mudah pada saat proses penanaman dan tidak perlu menggunakan air sebagai penopang batang jabon agar tidak mudah roboh pada saat penanaman bibit.pada saat tanaman bibit jabon dalam proses pengkerdilan memiliki ciri spesifik pada daun akan berbentuk keriting dan pada batang memiliki tingkat kebesaran yang lebih dibandingkan dengan proses pembibitan yang tanpa dilakukan proses pengkerdilan.
           Banyak para petani bibit jabon yang tidak mengetahui proses yang harus dilakukan pada saat bibit jabon berada di persemaian. Mereka hanya mengerti pembibitan jabon dengan proses yang sangat standar, jadi hasil dari bibit tanaman jabon itupun sangat standard pula.Bibit tanaman jabon sangat membutuhkan proses pengkerdilan karena batang bibit tanaman jabon memiliki kadar air yang sangat tinggi seperti yang sudah disebutkan di atas, bibit tanaman jabon hampir memiliki kesamaan dengan bayam yang memiliki kadar air pada batang sangat banyak.
g. Pemeliharaan
1.    Penyiangan dan Penyulaman
Yang dimaksud dengan penyiangan adalah membebaskan tanaman dari persaingan tumbuhan pengganggu (gulma) dengan cara membersihkan tumbuhan lain di sekitar tanaman dengan radius 1m, atau pada kiri kanan larikan tanaman sebesar 1m. Penyiangan tanaman dilakukan setiap 3 bulan sampai dengan tanaman berumur 2-3 tahun. Penyulaman tanaman yang mati dilakukan pada saat hujan masih turun, yaitu pada tahun pertama dan kedua. Bibit untuk keperluan penyulaman dapat dipakai bibit berukuran lebih tinggi dari semula.
2.    Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang biasanya menyerang di persemaian adalah:
·  Semut dari familia foricidia.
·  Bekicot (Achatina flica FER).
·  Lodoh atau wedengan (dumping off) yang disebabkan oleh jamur Fusarium, Rhizoctonia, dan Pythium.
Sedangkan hama dan penyakit yang menyerang tanaman jabon adalah:
·  Cendawam Gloosperium anthocephali, menyebabkan mati pucuk.
·  Serangan Margaraniopsis localis, menyebabkan daun gundul (defoliasi).
·  Satwa liar: rusa dan banteng, yang memakan pucuk tanaman muda.
·  Rayap (Ceptotermes curvenatus HELMER), menyerang batang.
·  Ulat kukuk (Lepidiota Stigma), menyerang akar.
3.    Pengendalian Kebakaran
Dengan jarak tanam yang relatif rapat (3x2m), diharapkan pada umur 3-4 tahun, tegakan jabon sudah dapat menutup lantai hutan., sehingga dapat menguranfi kerawan akan bahaya kebakarn. Namun demikian, bagi lokasi-lokasi rawan bahaya kebakaran diperlukan upaya-upaya:
a.    Penyuluhan terhadap masyarakat di sekitar hutan.
b.    Membuat fasilitas pencegahan kebakaran hutan:
·   Pembuatan sekat bakar.
Pembuatan sekat bakar yang berupa jalur hijau dan jalur kuning, ditempatkan di kiri kanan jalan utama dan jalan cabang. Ukuran sekat bakar (termasuk jalan hutan) tergantung dari kondisi setempar. Disarankan lebar sekat bakar (termasuk jalan hutan) 26m-40m.
·   Pembuatan menara pengawas api
Yang dilengkapi dengan alat komunikasi dan peta pengamanan kebakaran.
·   Menyediakan air untuk pemadam kebakaran
·   Mempersiapkan personil secukupnya untuk melaksanakan pengendalian kebakaran.
4.    Penjarangan
Untuk memberikan ruang tumbuh yang optimal dan untuk memperoleh tegakan akhir yang berkualitas tinggi, perlu dilakukan penjarangan, penjarangan untuk tegakan jabon dimulai pada umur 3 tahun dan dilakukan pengulangan pada setiap 3 tahun sampai umur 15 tahun. Selanjutnya setiap 5 tahun sebelum penebangan (akhir tahun).

  1. Kualitas dan kegunaan kayu jabon (Anthocephalus cadamba)
Tanaman ini dapat ditanam sebagai tanaman orrnamental dan tanaman pelindung. Di Kalimantan dan Sumatra, jenis tumbuhan ini dipergunakan untuk permudaan alam seperti pada areal bekas tebangan, bekas perladangan dan di tempat-tempat terbuka lainnya.
Kayu jabon digolongkan dalam kayu kelas IV dan V. Kayu kelas ini memiliki tingkat kekuatan dan keawetan kayu yang rendah, hal ini dikarenakan tingkat kepadatan kayu yang rendah yakni 0,42 g/cm3, pada kadar air 15%. Nilai itulebih tinggi daripada kepadatan sengon yang hanya mencapai 0,33 g/cm3. Kayu dengan kepadatan rendah tidak kuat menahan beban berat sehingga tak cocok digunakan sebagai penyangga dalam kontruksi bangunan berat.

A.    Kualitas
1. Kayu tidak berbau.
2. Mata kayu sedikit, batang bebas cabang sampai 60%.
3. Tidak banyak cacat berupa pecah dan retak ujung.
4. Tidak Mudah (tidak banyak) mencekung.
5. Mudah dalam pengolahan dan Pengerjaan, hasil pengujian sifat pemesinan menunjukkan bahwa :
·         Mudah dikeringkan
·         Mudah dipotong
·         Mudah diketam
·         Mudah dipaku
·         Mudah dibor
·         Mudah direkatkan
·         Mudah dibentuk
·         Mudah diamplas dengan hasil yang sangat baik.
·         Kulit batang mudah dikupas

6. Penyusutan kayu rendah Pada penyusutan sampai kadar air 12% adalah:
·         penyusutan radial 3,0%,
·         penyusutan tangensial 6,9%
7. Keterawetan kayu jabon masuk dalam kelas sedang, sangat mungkin dimanfaatkan oleh industri kayu.
·         kayu jabok tidak bobok oleh serangga.
·         daya tahan terhadap rayap kayu kering, masuk kelas II.
·         daya tahan terhadap jamur pelapuk kayu, masuk kelas IV-V.

B. Kegunaan
·         Bahan bangunan non-konstruksi
·         Bahan Baku Industri Furniture
·         Bahan Interior Ruangan
·         Papan cetakan beton
·         Sangat cocok untuk profil dari kayu Kayu Jabon ringan, memiliki sifat kayu yang lunak dan serat lebih halus, hingga mudah dalam pengerjaaan menggunakan tangan ataupun mesin.

Sebagai kontruk untuk jangka waktu pendek jika belum dilakukan proses fungisida (kayu Jabon tidak tahan terlalu lama bila di luar ruangan karena mudah diserang jamur biru).

Kayu jabon mempunyai keteguhan gesek, keteguhan pukul dan cukup ringan, sangat cocok untuk bahan pembuatan :
·         Peti Pembungkus, Palet, Peti Kemas atau Paking Box
·         Alas Sepatu
·         Kerajinan Tangan Berupa Hiasan atau Mainan
·         Batang Korek Api, Slet / Pinsil dan Sumpit.

Kayu Jabon memiliki kandungan selulosa cukup tinggi ± 52.4%, sangat cocok sebagai bahan baku kertas/pulp serat pendek yang memproduksi kertas kualitas sedang. Sangat cocok sebagai Veneer (bahan baku Kayu Lapis)
·         memiliki serat yang harus, berwarna putih agak kekuningan dan berat kayu yang tergolong ringan, cocok sebagai lapisan luar kayu lapis
·         bentuk batang silindris, sehingga tidak banyak kayu yang terbuang saat pengupasan dengan mesin rotary.
·          mempunyai tingkat keuletan (karena seratnya yang panjang) sehingga veneer yang dihasilkan tidak mudah robek atau patah.
·         perekatan veneer kayu jabon dengan urea formal dehide menghasilkan kayu lapis yang memenuhi persyaratan standar Indonesia, Jepang dan Jerman. seperti yang sudah digunakan oleh perusahaan plywood di kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

  1. Permasalahan Pemasaran Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba)
Permasalah yang sering terjadi pada pemasaran kayu jabon ini adalah surat legalitas kayu, dengan adanya surat ini kayu jabon yang sudah siap dipasarkan akan dapat secara bebas dipasarkan. Tetapi pada kenyataannya pemerintah masih mempersulit pengeluaran surat ijin ini sehingga para petani jabon terpaksa menebang pohon milik mereka sendiri dengan illegal, sehingga pada saat pemasaran harga untuk kayu yang tidak memiliki surat ijin menjadi lebih murah dari harga sebenarnya, bukan hanya masalah harga, jangkauan pemasaran kayu jabon yang tidak memiliki surat ijin ini menjadi lebih sempit dari pada kayu yang memiliki surat legalitas kayu, hal ini dikarenakan surat ijin tadi, tanpa surat ijin kayu tidak akan mudah dipasarkan karena kayu tersebut illegal atau orang akan menganggap kayu tersebut adalah kayu yang berasal dari hasi illigal logging atau pembalakan liar, sehingga jarang para penampung kayu mau menerima kayu hasil illegal logging,memang ada para penampung yang mau menerima kayu illegal tapi dengan harga yang sangat murr yang akan merugikan para petani jabon ini.
Sebagian besar petani masih merasa enggan menanam tanaman ini karena belum mengetahui perawatan dan pengelolaannya, serta yang paling penting pemasaran ketika tanaman tersebut siap panen. Pemasaran memang terlihat sulit bagi beberapa petani yang belum mengetahui secara penuh tentang pohon ini. Di beberapa kota dan desa, selain bibit yang mahal, masalah pemasaran masih dianggap sesuatu yang paling penting yang menjadi alasan mengapa petani tidak menanam pohon Jabon.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Jabon (Anthocephalus cadamba) Merupakan salah satu jenis kayu yang pertumbuhannya sangat cepat dan dapat tumbuh subur di hutan tropis dengan ketinggian 0 – 1000 m dpl.
2.      Kualitas kayu jabon Kayu tidak berbau, mata kayu sedikit, batang bebas cabang sampai 60%, tidak banyak cacat berupa pecah dan retak ujung, tidak Mudah (tidak banyak) mencekung dan sudah dalam pengolahan dan Pengerjaan, hasil pengujian sifat pemesinan.
3.      Kegunaan kayu jabon adalah Bahan bangunan non-konstruksi, bahan Baku Industri Furniture, bahan Interior Ruangan, papan cetakan beton dan sangat cocok untuk profil dari kayu.
4.      Permasalah pada pemsarn kayu jabon ini adalah susahnya dalam pengurusan surat legalitas kayu dan kemana kyu ini akan dipasarkan.


DAFTAR PUSTAKA
Dephut. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Dephut. Jakarta.
Dept. Silvikultur. 2010. Seminar dan Pelatihan Peluang Investasi Hutan Rakyat Jabon. Dept. Silvikultur IPB. Bandung.
Harsono, M. 2009. Teknik Silvikultur Tanaman Jabon. Diakses dari: [http://harsono.blogspot.com.2009.teknik silvikultur tanaman jabon/] [22/06/2013 18.00 Wib].

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid III. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta.

Hildalita. 2009. Penggunaan Sludge Pabrik Kopi dalam Produksi Semai Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb Miq.). Dept. Silvikultur IPB. Bandung.

Mardiningsih, O. 2002. Tehnik kultur in vitro dan variasi genetik jabon (Anthocephalus cadamba Roxb.) Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian. Bogor. Tidak Diterbitkan.

Siswanto, A. 2010. Silvikultur Jabon. Diakses dari : [ http: iman56.blogspot.com 2010 10 silvikultur jabon anthocephalus cadamba] [22/06/2013 18.00 Wib].

5 komentar:

  1. Mantap pencerahannya gan,,,,
    Saya mau tanya gan,,apakah pohon jabon ini dapat dipanen lebih dari 1kali,,setiap satu pohon yg kita tanam,,??
    Mksh buat pencerahannya,,,

    BalasHapus
  2. Mari gan, disambi nanam sekaligus mengkampanyekan penanaman pohon jabon di gerakan amankan bumi. Perusahaan yang langsung membeli hasil pohonnya. Kita juga mendapatkan manfaat ekonomi dengan mengkampanyekannya. Double untung :) Cari tahu caranya di : http://www.greenwarriorindonesia.com

    BalasHapus
  3. artikelnya mendalam sekali. terimakasih pak

    BalasHapus

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About