Kamis, 04 Juli 2013


JATI EMAS (Tectona grandis L.f) SEBAGAI KOMODITI KEHUTANAN YANG DAPAT BERSAING DI PASAR INTERNASIONAL

Oleh : Rino Hutabarat
NIM : 111201066

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi, termasuk dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati terdapat di beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan.
Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam. Salah satu produk bioteknologi yang mempunyai prospek cukup baik untuk diperkenalkan di kawasan transmigrasi adalah bibit jati hasil kultur jaringan. Kelebihan bibit jati tersebut adalah pertumbuhan pohon relatif seragam, tingkat pertumbuhan per tahun lebih cepat, bentuk batang lebih lurus, silindris, serta bebas kontaminasi hama dan penyakit (Trubus, 2001).
Perdagangan bibit jati hasil kultur jaringan ini diharapkan dapat sebagai usaha komersil skala petani kecil (private nursery), dan dapat menambah pendapatan transmigran dan penduduk lokal. Tanaman jati dapat diperbanyak melalui cara generatif dan vegetatif. Cara generatif adalah dengan perbanyakan melalui biji yang disemaikan dan dibiarkan tumbuh tunas baru serta dipelihara sebagai bibit. Jika terlalu besar bibit diremajakan dengan cara memangkas batang dan dibiarkan tumbuh tunas baru, tunas ini di pelihara sebagai batang baru. Cara tersebut lebih dikenal dengan istilah Stump. Perbanyakan ini sudah dikenal di kalangan masyarakat Kabupaten Bengkulu Utara. Sedangkan perbanyakan melalui vegetatif dilakukan melalui kultur jaringan, yaitu perbanyakan melalui pertumbuhan sel-sel jaringan titik tumbuh tanaman. Cara pembibitan jati melalui kultur jaringan masih dilakukan oleh produsen bibit dan belum dapat diadopsi oleh petani, karena teknologi ini padat modal dan berteknologi tinggi. Peluang usaha yang dapat diadopsi dari teknologi ini adalah pembesaran bibit jati setelah fase aklimatisasi atau pada fase adaptasi bibit dengan lingkungan luar laboratorium (bibit berumur ± 4 minggu).
Permasalahan dalam menggunakan produk bioteknologi khususnya bibit jati hasil kultur jaringan untuk meningkatkan produksi pertanian di kawasan transmigrasi adalah rendahnya kemampuan adopsi teknologi tersebut oleh transmigran, terbatasnya pemilikan modal dan tidak adanya akses ke sumber-sumber modal semacam lembaga keuangan formal. Selain itu, lokasi permukiman transmigrasi (kawasan transmigrasi) umumnya jauh dari pusat distribusi faktor produksi, termasuk bioteknologi, sehingga pengadaannya secara individual untuk digunakan secara kontinyu dalam meningkatkan produksi pertanian menjadi sangat mahal.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu kajian tentang peluang dan kendala usaha pembibitan jati kultur jaringan skala kecil di kawasan transmigrasi. Sasaran kajian ini adalah tersedianya informasi peluang dan kendala pengembangan dan pemanfaatan bibit jati kultur jaringan sebagai usaha pembibitan skala rumah tangga di kawasan transmigrasi. Kajian dibatasi pada aspek teknis, ekonomi dan sosial. Disamping itu juga dilakukan sosialisasi bibit jati kultur jaringan dan disertai bimbingan teknis kepada transmigran dan penduduk lokal terpilih. Dari hasil sosialisasi ini diharapkan dapat diketahui persepsi dan minat transmigran dan penduduk lokal terhadap pemanfaatan bibit jati kultur jaringan sebagai usaha tambahan. Analisis peluang dan kendala pemanfaatan bibit jati kultur jaringan dengan metode diskriptif kualitatif. Untuk melihat persepsi dan minat transmigran dalam pemanfaatan bibit jati kultur jaringan, dilakukan pembobotan variabel menuntut metoda Likers (skala 5 tingkat).

Tujuan
1.      Untuk mengetahui prospek pasar budidaya jati emas.
2.      Untuk mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan agribisnis tanaman jati emas





ISI
PENGENALAN JATI EMAS
Selama ini, mengebunkan jati dianggap sebagai investasi jangka panjang dan tidak menarik minat per-orangan. Hal ini disebabkan jati jenis tanaman tahunan yang baru bisa dipanen setelah puluhan tahun dipelihara. Tidak mengherankan jika di Indonesia, penanaman jati didominasi oleh perusahaan milik negara. Padahal jika dilihat harga pasarannya. Kayu jati mempunyai posisi yang baik dan sulit digantikan  oleh komoditas kayu lainnya, karena harga jualnya selalu meningkat dengan tingkat permintaan yang tinggi. Begitu sulitkah mengebunkan jati itu, Permasalahan utamanya ternyata bukan terletak pada bagai mana teknik  bercocok tanam jati, pada bagaimana mendapatkan bibit jati yang mempunyai  laju pertumbuhan cepat, sehingga dalam waktu singkat  dapat segera dipanen.
Kehadiran jati unggul disebut juga jati mas ini yakni bibit jati yang mempunyai sifat sifat unggul, telah membuka cakrawala baru dalam perkebunan jati, Bibit jati yang berasal dari hasil pembibitan dengan teknik kultur jaringan ini mempunyai laju pertumbuhan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan bibit njati biasa (Convensional) sehingga saat berumur 6- 10 tahun dia meter pohon nya sudah memadai dan tanaman  sudah bisa dipanen, Selain itu jati unggul lebih tahan terhadap serangan hama  penyakit dan memiliki batang bebas cabang yang lebih tinggi  dengan tingkat kelurusan  yang lebih baik, kondisi itu membuat mutu kayu  yang dihasilkanpun lebih baik, Hal ini lantas mengubah kesan  bahwa bercocok tanam jati bukan lagi merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan penantian panen yang sangat lama. Dipasaran  saat ini sudah beredar berbagai jenis bibit yang dihasilkan oleh beberapa perusaahaan pembibit, dengan trademark tertentu. Jati (Tectona grandis;famili Verbensia) pada mulanya merupakan tanaman hutan yang tidak disengaja ditanam dan tumbuh liar didalam hutan bersama jenis tanaman lainnya, Di alam, tanaman jati tumbuh sebagai tanaman campuran, serta tumbuh didaerah yang mempunyai perbedaan musim basah dan kering yang tegas.

Jati merupakan tanaman asli (endemik) disebagian besar jazirah India,Myanmar, Thailand bagian barat, Indo Cina, sebagian Jawa, serta beberapa pulai kecil lainnya di Indonesia, seperti Muna (Sulawesi tenggara) diluar daerah tersebut tanaman jati merupakan tanaman asing atau tanaman eksotik (pendatang).
Penduduk Indonesia sudah mengenal tanaman jati ini sejak lama, perkembangan hutan jati di Indonesia dalam sejarahnya dikaitkan dengan perkembangan civilization atau sipilisasi budaya masyarakat dan pemerintahan  kerajaan Hindu. Di Indonesia Jati mengalami  proses naturalisasi di Pulai Jawa  dan berkembang sampai ke Kangean, Muna  (Sulawesi tenggara) Sumba (Nusa Tenggara), dan Bali, Selanjutnya Jati menmyebar ke beberapa pulau lainnya. Namun pada umumnya hutan jatii Indonesia  yang paling luas dikembangkan di Pulau Jawa. Pada masa penjajahan Belanda pengebunan jati secara besar besaran dilakukan sebagian besar Jawa Tengah dan Jawa Timur, juga sebagian kecil yang tersebar dibeberapa daerah di Jawa Barat.
Seiring dengan perjalanan waktu dan kebutuhan manusia akan bahan baku kayu yang selalu meningkat, ketersediaan jati yang tumbuh secara alami jumlahnya semakin menurun akibat dari tidak adanya keseimbangan antara penebangan dan penanaman kembali mengingat belum diketemukannya teknik pengembangan jati berupa budi daya, Akibatnya persediaan bahan baku berupa kayu jati yang semula melimpah ruah dihutan saat ini menjadi sangat terbatas, hilangnya atau musnahnya tanaman pohon jati secara umum akibat terjadinya penjarahan penebangan liar yang tidak terkendalii pada saat terjadinya krisis multi dimensi pada tahun 1999-2000, sehingga penebangan dilakukan secara sporadis, tidak peduli adanya ketentuan tebang pilih. Akibatnya kini banyak daerah yang semula koloni hutan jati sekaranga tinggal tanah hutan gundul dan gersang, kedepan kemana kita harus mencari untuk memperoleh kayu jati didaerah kita sendiri, kecuali mendatangkan dari luar Indonesia.
Kita perlu mengambil langkah sedini mungkin untuk menanggulangi kelangkaan bahan baku kayu jati ini, dengan melakukan investasi jangka pendek/menengah dengan menanam kembali Pohon Jati yang merupakan kayu primadona baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun sebagai komoditas Eksport yang memiliki keuntungan yang menjanjikan.

PELUANG PEMANFAATAN

Pada masa pendudukan Belanda, kayu jati digunakan untuk berbagaii keperluan, seperti pembuatan rumah,pekerjaan umum,bantalan rek kereta api,mebelair,bahakan untuk pembuatan kapal, baik kapal dagang maupun kapal perang, Disamping itu kayu jati digunakan sebagai bahan besi untuk konstruksi yang berada dilokasi yang mudah mengalami per-karatan, Disebabakan daya elastis atau kelenturannya yang tinggi sehingga dapat menahan kerusakan hantaman peluru, sehingga pada waktu itu kayu jatii banyak digunakan untuk pembuatan benteng pertahanan.
Saat ini. Karena semakin tinggi dan berkembangnya apresiasii masyarakat terhadap kayu jati, pengguna jati lebih terfokus kepada pemanfaatan yang menonjolkan nilai estetika,  Menariknya penampilan kayu karena warna kayu teras dan kayu gubalnya yang bervariasi  dari coklat muda,coklat kelabu sampai coklat merah tua atau merah coklat, kadang kadang diselingi warna putih kekuningan, dengan lingkaran tumbuh tampak jelas baik pada bidang transversal maupun radial sehingga menimbulkan ornamen yang indah, karenanya penggunaan lebih banyak diarahkan untuk pembuatan bahan mebel atau furniture dan bahan baku pembuatan kerajinan handycraft sebagian lagi digunakan untuk keperluan bangunan dan industri.
Jika dilihat dari segi penggunaannya bisa dikatakan bahwa sebagian besar industri mebel kayu di Indonesia menggunakan bahan kayu jati. Hal inii terkait dengan arah serat kayu yang tergolong lurus, sehingga mudah dikerjakan  Disamping itu daya tahannya lama akibat berat jenisnya yang relatif tinggi yakni 0,62 – 0,75 kg /cm3,  dan nilai keteguhan patahnya antara 800-1200 kg/cm3, Karenanya tidak mengherankan jika kayu jatii menjadi primadona industri mebel.
Stabilitas kayu jati yang sangat baik, yakni berkembang kerutnya yang sangat kecil, menjadikannya cocok untuk dijadikan produk outdoor di negara 4 musim. Kondisi ini tentunya membuka jalan bagi kita 5-10 tahun kedepan untuk melakukan export ke negara 4 musim yang umumnya merupakan negara maju seperti negara negara di Eropa, Amerika dan Australia, selain itu corak  kayu jati yang indah tidak hanya dibutuhkan oleh industri kerajinan kayu  dalam negri tetapi juga menjadi incaran pengrajin kayu dari negara Italia yang terkenal piawai dalam menciptakan kreasi handscraft kelas dunia.
PELUANG PASAR
Beragamnya penggunaan kayu jati yang menyebabkan tingginya permintaan akan bahan baku kayu jati selama ini, tidak diimbangi denga laju produksii tanamannya, Hal ini dapat dibuktikan dari yang menyebutkan bahwa kebutuhan jati olahan untuk Indonesia saja sebesar 2.5 juta m3 per tahun, Jumlah tersebut ternyata baru dapat terpenuhi sebesar 0,8 juta m3 per tahun, Dengan demikian terdapat kekurangan pasokan jatii olahan di dalam negri sebesar 1,7 juta m3 per tahun, kemudian pada tahun 2008 angka pasokan tersebut merosot sangat tajam  dari 0,8 juta m3 menjadi 0,66 juta m3.
Selama ini pasokan kayu jati utama di Indonesia didominasi oleh PT.Perhutani, Berdasarkan data, produksi  kayu jati yang dikelola oleh PT.Perhutani rata rata 800.000 m3 per-tahun, Dari Total produksi tersebut sekitar 85 %-nya dijual dalam bentuk Log (batangan gelondongan) sisanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri milik PT.Perhutani dan Industri Mitra kerja sama pengolahan (KSP) Perhutani dengan swasta.
PT.Perhutani hanya mengeluarkan kayu dalam bentuk logs untuk kebutuhan industri swasta sebanyak 762.654.m3. Padahal kebutuhan kayu jati sebagai bahan baku industri mebel untuk sekitar  1.500 perusahaan adalah sekitar 2 juta m3. Hal ini berarti peluang dapat dimanfaatkan oleh pengebun kayu jati baik perorangan maupun perusahaan swasta, sebagaimana rencana penanaman pohon jati unggul/jatimas/jati genjah.
Jika dilihat dari harganya, nilai rupiah yang diperoleh dari kayu jati tidak disangsikan lagi, karena harga jualnya selalu meningkat dari waktu kewaktu, Sebagai ilustrasi harga jual didalam negri (data Tahun 2009) untuk kayu jati gergajian adalah Rp.sekitar Rp.6 - 8 juta /M3 dan harga jual jati dipasaran luar negri (pasar eksport) rata rata sekitar Rp.17 juta /m3.
Jika jati gergajian kayu jati diolah didalam negri dan kemudian hasilnya dieksport dalam bentuk mebel, keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar yakni 2,6 kali lipat. Sebagai contoh : 1 m3 kayu jatii gergajian dengan harga.Rp.8 juta dapat menghasilkan 10 buah meja lipat oval,dengan harga satuan $ US.305, atau setara dengan Rp.2.895.000,-maka dalam 1 m3 setara denga 10 meja oval akan menghasilkan Rp.28.895.000,- sementara itu 1 container mampu memuat 142 bahan jadi (knock down) maka 1 container bernilai $ US 305. x 142 = 43.310, Added Value (nilai tambah) yang dihasilkan dari bahan baku menjadi produksi jatii sebesar 267 %, angka ini diperoleh dari perbedaan harga dasar kayu jatii dengan harga jual mebel jadi (jati olahan).
Untuk jenis meja mebel lain dari bahan jati yang memiliki pasaran cukup luas di luar negri adalah folding square table (meja lipat persegi) Sementara itu jenis kursi berbahan jati yang banyak disukai adalah steamer chair (kursi lipat untuk berjemur yang biasa ditempatkan dipinggir kolam renang keluarga) adjustbale folding chair (kursi taman knock down) dan folding slat chair (kursi meja makan dirumah makan atau restoran).Negara peng-import utama jati asal indonesia  adalah Amerika Serikat,Taiwan, Hongkong,Korea, India dan Uni Emirat Arab, serta Italia untuk handcraft. Selama tahun 2007-2009, eksport kayu jati indonesia untuk negara negara importir tersebut mengalami peningkatan yang sangat tajam. Peningkatan tersebut tidak hanya dari volume eksport tetapi juga nilai eksport dalam $ USD. 
PELUANG JATI UNGGUL
Besarnya permintaan dan tingginya harga jual kayu jati ternyata tidak dibarengi dengan pasokan bahan baku  yang memadai. Sehingga kesenjangan pasokan semakin membengkak dari waktu kewaktu, Jika dilihat dari  pembudi dayaan, hal ini tentunya menjadikan peluang usaha atau peluang usaha penanaman jati semakin cerah dan menjajikan.
Kesempatan itu tentunya masih sulit diraih jika penanaman jati masih mengandalkan  cara cara lama , tanpa menggunakan terobosan teknologi maju, Sebabnya secara convensional pemanenan jati harus menunggu lama karena pada umumnya panen jati paling cepat baru bisa dilakukan setelah jati berumur 30 – 60 tahun ( one generation) atau yang biasa dilakukan  adalah umur 40 tahun, Ini jelas merupakan jangka waktu  yang sangat lama dan sangat tidak menguntungkan jika ditinjau dari segii ekonomi, yakni keuntungan yang akan diperolehpun  akan lama dan kadang kadang tidak terlepas dari resiko kerugian baik akibat serangan hama maupun kerusakan akibat bencana alam.
Sejak akhir dekade 1990-an atau awal tahun 2000 ternyata kesempatan bagi masyarakat yang akan menanam jati sebagai komoditas bisnis terbuka lebar lantaran hadirnya tanaman jati kelas unggul dari bibit hasil kultur jaringan. Tanaman jati unggul ini sudah dapat dipanen 6-10 tahun. Hal ini berartii seper empat usia  jati biasa (convensional)     Tentunya kenyataan ini i menghapus kesan bahwa bercocok tanam jati merupakan investasi jangka panjang yang membutuhkan penantian waktu panen yang sangat lama.

JATI MAS MERUPAKAN KOMODITAS YANG LAYAK MENJADI PILIHAN USAHA PERTANIAN-KEHUTANAN
Jati Emas merupakan bibit unggul hasil teknologi kultur jaringan dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar, Jati emas ini sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand, Sementara itu penanaman jati emas di Malaysia secara meluas dilakukan pada tahun 1990 dan di Indonesia dimulai pada tahun 1996 dengan penanaman jati emas  hingga 1 juta pohon di daerah Indramayu  Jawa Barat. Untuk perbandingan,  tanaman jati emas berumur 5-7 tahun sudah mempunyai batang dengan diameter 27 cm dan tinggi pohon mencapai 16 meter, pada umur yang sama  jati biasa  (Konvensional) diameter batangnya baru sekitar 3,5 cm dan tinggi pohonnya sekitar 4 meter.
MASALAH YANG TIMBUL ADALAH BERUPA GANGGUAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

A. Langkah Indentifikasi.
Meskipun memiliki keunggulan sebagai Jenis jati yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit , bukan berarti jati unggul ini tidak beresiko terserang hama dan penyakit. Hal ini disebabkan  hampir tidak ada lahan penanaman jati baik berupa kebun maupun hutan yang sama sekali terbebas dari dari populasi hama dan penyakit.
Penanggulangan hama dan penyakit pada dasarnya adalah tindakan untuk mengatur populasi penyebab hama dan penyakit tanaman jati yang ditanam diareal  perkebunan. Dengan penanggulangan ini,  populasi  hama dan penyakit tidak menimbulkan kerusakan yang berarti, sehingga kualitas dan kuantitas  jati dapat ditingkatkan atau mencapai hasil panen yang optimal.
Tanaman atau pohon dikatakan rusak atau sakit jika timbul gejala gejala atau tanda tanda  kerusakan pada bagian tanaman. Bisa pula tanaman tersebut tumbuh secara tidak normal yang mengakibatkan produksinya mengalami kemunduran bahkan mengalami kematian.
·         Hama: adalah semua organisme hidup, seperti serangga, hewan dan tanaman yang mengakibatkan kerusakan tanaman atau pohon, termasuk kerusakan biji dan bibit.
·         Penyakit: adalah induk pengganggu yang mengakibatkan perubahan fisiologis tanaman, penyebab penyakit adalah virus, mematoda, jamur, bakteri, iklim, kekurangan gizi dan parasit seperti benalu.
Agar dapat menanggulangi  serangan hama dan penyakit, harus dilakukan tindakan  indentifikasi terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang menyerang  dan tingkat serangannya, sehingga ditemukan metode penaggulangan atau pengendaliannya.
Langkah langkah yang ditempuh dalam melakukan indentifikasi sebagai berikut :
  1. Mempelajari gejala gejala atau tanda tanda yang ditimbulkan oleh   serangan hama dan penyakit.
  2. Mempelajari sifat serangan, yakni kelompok, terpencar atau merata.
  3. Meng-inventarisasi tanaman yang terserang sekaligus, serta memonitorperkembangan dan pertumbuhannya dalam waktu tertentu, Tujuannnya untuk mengetahui pengaruh serangan dan besarnya intensitas  serangan.
  4. Mempelajari perilaku dan siklus hama atau penyakit penyebab   dari kerusakan dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan populasinya. Dengan demikian dapat diketahui dan diputuskan cara pengendaliannya.pelajari.

B. Jenis Hama dan Penyakit
a.      Hama
Hama dan penyakit yang kemungkinan dapat menyerang jati unggul pada umumnya adalah semua jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman jati biasa. Diantara sekian banyak jenis hama jati yang banyak ditemukan, pada dasarnya dapat dikelompokan berdasarkan sasaran serangannya sebagai berikut:

1.      Hama akar
Hama akar adalah uret (Lepidiota sigma F) dan uter uter (Phasus damor Moore) hama ini menyerang didaerah perakaran., yakni menggerek pangkal batang sampai ke akar tunggang.
2.      Hama Batang
Hama batang bisa berupa inger-inger atau rayap (Neotermes tectonae Damm) bubuk kayu basah, dan oleng oleng (Duomitus ceramicus) serangan hama ini ditandai lubang gerekan.
3.      Hama Daun
Hama daun berupa ulat daun jati (Phyrausta machareelis), entung jati,dan belalang, hama jenis ini menyebabkan kerusakan daun jati.

b.      Penyakit
     Jenis jenis penyakit yang lazim menyerang jati dikelompokan berdasarkan penyebab sebagai berikut :
1.      Penyakit akibat serangan bakteri. Paling banyak ditemukan adalah Penyakit akibat serangan bakteri Pseudomonas solanacearum Smith dan Pseudomonas tectonae
2.      Penyakit akibat serangan jamur
3.      Penyakit akibat serangan nematoda
4.      Penyakit akibat serangan virus, Penyakit akibat serangan jamur umumnya disebabkan oleh jamur upas (Corticium salmonicolor).
PENUTUP
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang sifatnya pencegahan dapat dilakukan sejak persiapan lahan melalui pengawasan yang intensif, pemupukan yang sesuai dengan petunjuk, dan pengaturan drainase  yang baik. Pada intinya, pencegahan lebih bersifat  menciptakan kondisi lingkungan atau sanitasi yang baik.
Pengendalian yang berupa pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan sedini mungkin  saat populasi hama  dan penyakit masih rendah. Pengendalian  dilakukan secara mekanisme dan secara kimiawi. Secara mekanis melalui tindakan menangkap atau mengumpulkan hama dan memusnahkanya. Sementara secara kimiawi, berupa pemberian insektisida jenis tertentu, diantaranya,  berupa penyemprotan sesuai dengan dosisi yang dianjurkan dilabel obat yang digunakan.
Usaha budi daya penanaman pohon Jati Mas, bila dilihat dengan perhitungan secara rinci, baik dari mulai dari pengadaan bibit sampai dengan pemasaran, seluruhnya sangat dimungkinkan untuk bisa dilaksanakan secara sungguh sungguh baik pengelolaannya maupun menurunkan investasinya. Dengan demikian, investasi atau budidaya penanaman pohon Jati Mas bukanlah investasi jangka panjang, tapi terbukti dengan perhitungan selama 6-7 tahun diasumsikan dapat mengembalikan investasi yang ditanam lebih dari 5 x lipat dengan nilai yang cukup signifikan.






3 komentar:

  1. salam sukses...saya punya kebun luas 12000 M3 ditanami jatimas sampai sekarang sudah masuk kelas A 1 berjumlah 1200 pohon . Umur tanaman KL 15 Tahun . lokasi kebun di desa wisata Kec Cijambe di kabupaten subang jawa barat. Barangkali ada yang minat kebun atau tanaman kayu jatimas nya..bisa menghubungi saya langsung atau sms di 081224884499

    BalasHapus

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About