Selasa, 25 Juni 2013

Oleh   : Rachel nababan
NIM  : 111201073


PENDAHULUAN
Latar belakang
            Pengelolaan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan upaya yang dicanangkan pemerintah untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kulaitas hidup masyrakat. Untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan produksi hasil hutan bukan kayu ini pemerintah telah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait upaya pengembangan hasil hutan bukan kayu dimaksud. Dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu baik yang berasal dari kawasan hutan maupun luar kawasan hutan melalui kebijakan pengembangan HHBK diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada hasil hutan kayu, meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar hutan dari HHBK serta menumbuhkan kesadaran memelihara kawasan hutan, meningkatkan devisa sektor kehutanan bukan kayu dan terciptanya lapangan kerja baru di sektor kehutanan yang berasal dari komoditas HHBK (Dephut 2009). Selain itu dengan pengembangan hasil hutan bukan kayu ini diharapkan terjadinya optimalisasi pemanfaatan HHBK, yang meliputi jumlah jenis, bentuk dan tahap pengolahan serta mutunya dan terjadinya optimalisasi potensi daerah dalam pengembangan HHBK sebagai alternatif sumber pangan, sumber bahan obat-obatan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan lainnya yang dapat meningkatkan ekonomi lokal dan nasional.
Sejalan dengan adanya upaya pemerintah pusat dalam mengembangkan HHBK, pemerintah daerah mendukung program tersebut dengan menggali semua potensi yang ada untuk memberikan kesejahteraan pada masyarakatnya. Humbang Hasundutan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara, memiliki potensi sumberdaya alam untuk dikembangkan sebagai salah satu sentra produksi hasil hutan bukan kayu yaitu kemenyan. Kemenyan adalah sejenis getah yang dihasilkan oleh pohon kemenyan (Styrax spp) melalui proses penyadapan. Sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu getah kemenyan dapat diolah dan dimanfaatkan untuk berbagai kegunaan. Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, kemenyan ditetapkan sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) nabati yang masuk dalam kelompok resin.
            Kemenyan (Stryrax sp) yang termasuk famili Stryraccaceae dari ordo Ebenelesdiusahakan oleh rakyat Sumatera Utara di tujuh Kabupaten, terutama di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, dan Toba Samosir. Tanaman ini juga dikembangkan di Dairi, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah meski tidak terlalu banyak. Sedangkan penghasil kemenyan terbesar masih di Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan
 ( http://Kemenyan, Getah Magis yang Dulu Senilai Emas,2007.kemenyan).
Kemeyan adalah salah satu pohon yang tumbuh di hutan belantara dan sering kita jumpai di hutan-hutan di daerah pegunungan,kebun karet,dan hutan tua (rame atau kompong). Pohon ini tumbuhnya bisa di sembarang tempat.pertumbuhan pohon kemenyan ini dari biji yang jatuh atau yang di makan oleh binatang seperti tupai.dengan mudahnya tumbuh maka pohon kemeyan ini tidak ada orang yang mau memgembangkannya,sehingga sampai sekarang pohon kemenyan ini sudah hampir punah.banyak di tebang oleh warga yang membikin ladang dan jarang orang tahu banyak tentang manfaat pohon ini.
Menurut Jayusman (1997) ada dua jenis kemenyan yang tersebar di Sumatera Utara, yaitu kemenyan toba (Styrax sumatrana J.J.SM) dan kamenyan durame (Styrax benzoin). Kedua jenis tanaman kemenyan ini termasuk Ordo Ebenales, Family Styraceae dan Genus Styrax. Sebaran hutan kemenyan di Sumatera Utara pada tahun 2007, Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas tanaman kemenyan yang terluas yaitu kurang lebih 16.359 ha, sementara Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki hutan kemenyan kurang lebih seluas 5.593 ha. Berbanding lurus dengan luasan tanaman kemenyan yang dimiliki, Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan juga merupakan dua kabupaten yang paling banyak memproduksi getah kemenyan. Pada tahun yang sama, Tapanuli Utara memproduksi sebanyak 3.634,12 ton dan Humbang Hasundutan sebanyak 1.403,23 ton (BPS Provinsi Sumatera Utara 2008). Berdasarkan luasan dan jumlah produksi, Kabupaten Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan merupakan dua kabupaten yang potensial untuk dijadikan sebagai sentra produksi dan pengembangan tanaman kemenyan di Provinsi Sumatera Utara.
                                                  
Di Kabupaten Humbang Hasundutan sendiri yang merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara, sebaran tanaman kemenyan ditemukan pada 6 kecamatan dari 10 kecamatan. Kecamatan Dolok Sanggul merupakan kecamatan yang memiliki hutan dan atau kebun kemenyan paling luas, yaitu 1.618,5 ha diikuti Kecamatan Sijamapolang dengan luasan 1.150 ha (BPS Kab. Humbahas 2009). Masyarakat di daerah ini sudah sejak lama mengenal dan mengusahakan kemenyan sebagai sumber mata pencaharian. Melihat ketersediaan sumberdaya yang ada, hutan kemenyan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana meningkatkan pendapatan petani kemenyan secara langsung dan meningkatkan perekonomian pedesaan secara tidak langsung. Selain sebagai sumber pendapatan, melalui pengelolaan hutan kemenyan dapat dijadikan sebagai sarana dalam melestarikan hutan melalui pemberdayaan masyarakat.

Analisa Pengelolaan Kemenyan:
a.       Gambaran umum tanaman kemenyan dan mekanisme budidayanya.
b.      Teknik pemasaran dan permalahan dalam pemasaran getah kemenyan.

PEMBAHASAN
Gambaran Umum dan Budidaya Kemenyan
            Indonesia mempunyai tujuh jenis styrax yang menghasilkan getah kemenyan, tetapi hanya dua jenis yang diusahakan di Sumatera Utara, yakni Styrax sumatrana Dryand (kemenyan durame) dan Styrax sumatrana J.J.SM. yang disebut dengan kemenyan toba. Kedua jenis tersebut termasuk kedalm famili Styracaceae, tanaman nerbiji du serta kemenyan termasuk jenis pohon berukuran besar. Adapun urutan sistematika kemenyan adalah sebagai berikut :
Kingdom          : Plantae
Superdivision   : Spermatophyta
Division           : Angiospermae
Class                : Dikotil
Ordo                : Styracales
Family                         : Styracaceae
Genus              : Styrax
Spesies             : Styrax sumatranaDryand dan Styrax sumatranaJ. J. SM,.

Tanda-tanda umum dari kemenyan tersebut ialah berdaun tunggal tersusun secara spiral, sebelah atas daun berwarna kekuning-kuningan, pinggiran daun merata. Pertumbuhan batang tegap menyerupai tanaman karet tetapi lebih kuat batang tanaman kemenyan. Berbungan selalu teratur yakni sekali dalam setahun, berkelamin dua, kelopak dan mahkota bunga masing-masing lima buah, benang sari 10 buah. Buahnya bundar atau lonjong sebesar ibu jadi kaki ( Sasmuko,2003).
Tanaman tahunan ini mampu hidup hingga lebih dari 100 tahun. Ada 20 jenis pohon kemenyan, tetapi yang banyak tumbuh di Sumatera Utara adalah kemenyan jenis durame (Styrax benzoine) dan kemenyan toba (Styrax sumatrana). Kemenyan durame lebih cepat tumbuh dibandingkan dengan jenis toba. Durame bisa disadap sejak umur 6-7 tahun dengan warna getah cenderung hitam, sedangkan toba baru disadap umur 10-13 tahun dengan jenis getah putih
( http://Getah Magis yang Dulu Senilai Emas,2007.kemenyan).
Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu, menetapkan bahwa kemenyan masuk dalam kategori hasil hutan bukan kayu (HHBK) nabati kelompok resin. Pada kelompok resin ini ada dua komoditi selain kemenyan, yaitu damar dan gaharu. Getah kemenyan diperoleh dari pohon kemenyan (Styrax spp) dengan cara penyadapan. Pohon kemenyan berukuran sedang sampai besar, diameter antara 20-30 cm dan tinggi mencapai 20-30 meter. Batangnya lurus, percabangannya sedikit dan kulit batangnya berwarna coklat kemerah-merahan. Tanaman kemenyan berdaun tunggal, tersusun spiral, dan berbentuk oval, yaitu bulat memanjang dan ujungnya meruncing. Buah kemenyan berbentuk bulat, dan lonjong (agak gepeng) dan di dalamnya terdapat biji berwarna coklat. Tempat tumbuh tanaman kemenyan bervariasi, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu pada ketinggian tempat 60-2.100 meter dari permukaan laut. (Sasmuko 2003).
Pemanfaatan kemenyan yang diketahui oleh masyarakat secara umum masih terbatas pada penggunaannya untuk industri rokok dan kegiatan tradisional atau religius (Sasmuko 2003). Pohon kemenyan merupakan satusatunya jenis pohon yang menghasilkan getah yang mengandung senyawa asam balsamat. Senyawa ini digunakan secara luas dalam industri farfum dan kosmetik. Kegunaan getah kemenyan secara tradisional adalah sebagai bahan pembantu dalam kegiatan-kegiatan ritual dan industri rokok. Sedangkan sebagian besar kegunaan lainnya adalah sebagai bahan baku dalam industri antara lain industri parfum, farmasi, obat-obatan, kosmetik, sabun, kimia dan industri pangan. Ekstraksi kimia getah kemenyan menghasilkan tincture dan benzoin resin yang digunakan sebagai fixative agent dalam industri parfum. Ekstraksi kemenyan juga dapat menghasilkan beberapa senyawa kimia yang diperlukan oleh industri farmasi, antara lain asam balsamat, asam sinamat, benzyl benzoat, sodiumbenzoat, benzophenone, dan ester aromatis.
Budidaya tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya. Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah
banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan baik; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relatif tinggi. Buah kemenyan yang dipilih untuk benih adalah yang masak
dan berwarna coklat tua. Pembuatan bibit kemenyan dilakukan dengan cara: persemaian dan cabutan anakan dari permudaan alam. Cara lainnya, yaitu: stump, stek dan kultur jaringan masih dalam tahap penelitian pihak-pihak terkait. Persemaian merupakan cara yang mudah dilakukan. Awalnya benih kemenyan ditabur pada bedeng tabur. Setelah berkecambah, kemudian dipindahkan pada polybag dan dipelihara sampai bibitnya siap tanam di lapangan. Sebelum penanaman bibit kemenyan, terlebih dahulu dilakukan persiapan lapangan, yaitu membuat jalur tanam dan lubang tanam. Jarak tanamnya disesuaikan dengan kondisi tanah dan kelerengan lahannya. Karena setengah toleran, anakan kemenyan yang ditanam di tempat terbuka harus diberi naungan. Anakan kemenyan bisa juga ditanam di bawah pohon lainnya, misalnya di bawah pohon durian dan kaliandra (Sitompul, 2011).
            Kemenyan yang diproduksi dari Tapanuli Utara telah dipasarkan baik di dalam maupun luar negeri, dimana Singapura merupakan negara tujuan ekspor terbesar. Balai Pengelolaan DAS Asahan Barumun Sumatera Utara : membudidayakan tanaman kemenyan agar dapat tumbuh dan diperoleh hasil yang baik. Pada upaya pembibitan, benih kemenyan yang dipilih dikumpulkan dari pohon induk yang terseleksi dan telah diketahui kualitasnya. Pohon induk yang dipilih adalah pohon yang memiliki getah kemenyan yang banyak dan baik, bebas hama dan penyakit, berbatang lurus dan silindris, tajuk normal dan bagus, cabang sedikit dan memiliki tinggi bebas cabang yang optimal. Buah yang dipilih sebagai sumber benih adalah buah yang sudah masak dengan warna coklat tua. Ada baiknya buah yang dipilih adalah buah yang sudah jatuh tetapi kondisinya masih baik dan tidak diserang ulat sehingga menjadi rusak.  Pengadaan bibit dapat dilakukan melalui persemaian, pencabutan dan anakan alam, stump, stek serta kultur jaringan. Persemaian merupakan cara yang mudah dan umum dilakukan yaitu dengan menabur benih/biji yang sudah dibersihkan di bedeng tabur, kemudian apabila sudah tumbuh dipindahkan ke dalam polybag sebelum ditanam. 
Untuk bibit yang diperoleh dari anakan, biasanya didapatkan dari buah yang jatuh di sekitar pohon induk yang kemudian tumbuh secara alami. Anakan ini dapat menjadi sumber bibit dengan memilih tanaman yang tumbuh sehat dan normal. Sedangkan pembibitan dengan stump, stek dan kultur jaringan masih belum umum dilakukan terutama oleh masyarakat. Saat ini sistem itu masih dalam penelitian untuk dikembangkan
Menurut Sasmuko (2003), pohon kemenyan yang berdiameter lebih kurang 20 cm sudah bisa disadap kemenyannya. Sebelum penyadapan kemenyannya, terlebih dahulu tumbuhan di sekitar pohonnya dibersihkan telebih dahulu dengan parang. Begitu juga tumbuhan yang melekat pada kulit pohonnya, dibersihkan dengan “guris”. Penyadapan kemenyan dilakukan pada bagian pohon yang berada di bawah bagian tajuk yang berdaun hijau muda dan rindang.
                                                                 
Teknik Pemasaran dan Permasalahan Pemasaran Getah Kemenyan
Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri rokok dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996
Di beberapa daerah usaha kemenyan sudah membudaya. Secara tehnis Silvikulture, budidaya kemenyan dapat juga dilakukan di daerah lainnya. Harga dan peluang pasarnya pun cukup prospektif. Oleh karena itu, kemenyan diharapkan dapat dijadikan komoditi unggulan dalam pengembangan hutan rakyat dan hutan tanaman( htp://infokehutananjambi.or.id. 2010. Kemenyan).
            Pola pemasarannya sampai saat ini masih bersifat tradisional yang hanya melibatkan dua atau tiga pelaku bisnis, sedangkan rantai pemasaran masih kurang teratur sehingga para petani masih merasa kurang beruntung.. Hal ini merupakan salah satu factor yang menjadi kendala  sebab rendahnya  posisi tawar petani dalam perdagangan kemenyan, disamping faktor lainnya seperti kurangya akses informasi menyebabkan tidak berfungsinya lembaga pemasaran ditingkat petani serta rendahnya kemampuan menajemen pemasaran petani.
Pemasaran juga akan lebih menguntungkan jika dilakukan secara kerjasama yaitu dikumpulkan oleh kelembagaan petani kemudian dipasarkan langsung ke pabrik tanpa melalui pengumpul. Hal ini juga dikatakan dalam Sasmuko 2003 bahwa umtuk mengurangi kerugian akibat rantai pemasaran kemenyan di Tapanuli Utara dan untuk meningkatkan pendapatan/ kesejahteraan  petani dapat diatasi dengan memperpendek rantai pemasaran.
            Pengelolaan hutan kemenyan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara merupakan kearifan lokal masyarakat yang diwariskan secara turun temurun dan sudah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Kearifan ini muncul sebagai bagian dari cara masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada guna memenuhi kebutuhan hidup. Dengan keberadaan atau eksistensinya bertahan sampai sekarang merupakan bukti bahwa sistem pengelolaan hutan kemenyan ini selain memiliki manfaat ekologi dan nilai-nilai sosial, juga mememiliki potensi dan prospek yang baik bila dilihat dari aspek ekonomi untuk dikembangkan ke depan (Sitompul, 2011).
            Peluang  pasar kemenyan menurut informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tapanuli Utara, pada tahun 1926-1938 kemenyan sudah di ekspor dari propinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1985-1989, rata-rata pemasaran kemenyan dalam negeri 3.312,52 ton/tahun (77,15%), dan rata-rata pemasaran kemenyan ke luar negeri 982,6 ton/tahun (22,85%). Pada semester I tahun 1990, ekspor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara tercatat sebanyak 473.847 kg senilai US 583,966 . Pemasaran kemenyan di dalam negeri terutama di pulau Jawa. Penggunaannya sebagian besar untuk bahan baku industri dan dupa. Dan pemasarannya ke luar negeri antara lain ke negara-negara : Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Jepang UEA, Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari propinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996.
Namun sampai saat ini masih banyak permasalahan-permasalahan yang dialami masyarakat. Selain sistem pemasarannya yang masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan, dalam hal pemasaran petani sering kali kurang menikmati hasil dari penjualan getah kemenyan karena menerima margin keuntungan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan pelaku pasar (pedagang pengumpul). Selain karena posisi tawar yang rendah, informasi harga dan pasar yang kurang menjadi penyebabnya. Disamping itu harga getah kemenyan sering mengalami fluktuasi terutama menjelang dan sesudah hari raya besar keagamaan (Jayusman 1997). Apabila pengelolaan hutan kemenyan berhasil ditingkatkan dan dikembangkan yang ditandai dengan peningkatan kuantitas dan kualitas getah kemenyan serta didukung harga penjualan yang baik akan memberikan dampak positif khususnya terhadap petani kemenyan. Selain akan mengalami peningkatan pendapatan secara langsung bagi petani kemenyan, dampak yang lebih luas adalah terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan perekonomian daerah. Kondisi kondusif seperti ini pada akhirnya akan menambah keinginan masyarakat untuk mengembangkan tanaman kemenyan sebagai sumber mata pencaharian. Sejalan dengan hal di atas, melalui pengelolaan hutan kemenyan akan mampu menciptakan kelestarian hutan berbasis masyarakat sesuai dengan visi dan misi baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

PENUTUP
Kesimpulan
1.      Kemenyan merupakan komoditi primadona yang berasal dari Sumatera Utara. Kemenyan jenis durame (Styrax benzoin) dan kemenyan jenis toba (Styrax sumatrana) yang terdapat di Sumatera Utara.
2.      Budidaya tanaman kemenyan diawali dengan pengambilan benih kemenyan dari pohon induknya. Kriteria pohon induk kemenyan adalah : bergetah banyak dan berkualitas baik; bebas hama dan penyakit; berbatang lurus dan silindris; bertajuk normal dan baik; serta bercabang sedikit dan berbatang bebas cabang relatif tinggi.
3.      Permasalahan yang dalam pemasaran getah kemenyan oleh para petani kemenyan adalah teknik pemasaran yang masih sangat tradisional yang hanya melibatkan dua atau tiga pelaku bisnis, sedangkan rantai pemasaran masih kurang teratur sehingga para petani masih merasa kurang beruntung.
4.      Terbatasnya akses informasi menyebabkan tidak berfungsinya lembaga pemasaran ditingkat petani serta rendahnya kemampuan menajemen pemasaran petani.
5.      Selain sistem pemasarannya yang masih bersifat tradisional dan belum banyak disentuh oleh upaya-upaya pengembangan, dalam hal pemasaran petani sering kali kurang menikmati hasil dari penjualan getah kemenyan.

Saran
            Pentingnya peranan dan pendampingan dari pemerintah dalam pengelolaan dan akses pemasaran kemenyan dengan megeluarkan kebijakan-kebijakan berbasis kesejahteraan petani kemenyan, akan berdampak pada upaya pengembangan dan pengetahuan mekanisme dan pola pemasaran yang baik bagi para petani kemenyan.




DAFTAR PUSTAKA
[BPS Kabupaten Humbang Hasundutan] Badan Pusat Statistik Kabupaten
Humbang Hasundutan. 2009. Humbang Hasundutan dalam Angka 2008.
Dolok sanggul: BPS Kab. Humbang Hasundutan
[BPS Provinsi Sumatera Utara] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
2008. Sumatera Utara dalam Angka 2008. Medan: BPS Provinsi Sumut
[Dephut] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19
Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu.
Jakarta: Dephut
Jayusman. 1997. Kajian Sistem Pemasaran Getah Kemenyan (Styrax sp.): Studi
Kasus di Desa Simasom, Pahae Julu–Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Buletin Penelitian Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli
Pematang Siantar. Volume 13 Nomor 1
Sitompul, M. 2011. Tesis : Kajian Pengeloaan Hutan Kemenyan (Styrax. Sp) di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sasmuko SA. 2003. Potensi Pengembangan Kemenyan Sebagai Komoditi Hasil
Hutan Bukan Kayu Spesifik Andalan Propinsi Sumatera Utara. Makalah
Seminar Nasional Himpunan Alumni – IPB dan HAPKA Fakultas
Kehutanan IPB. Wilayah Regional Sumatera. Medan.

2 komentar:

  1. bagus sekali ya min artikel ini , saya sangat terbantu oleh artikel yang bagus ini dan menambah wawasan saya , saya berharap anda bisa terus berkarya untuk anak banga , dan pastinya saya mendoakan yang terbaik untuk anda sukses selalu dan sehat selalu
    bandarq terpercaya
    agen domino teraman dan terpercaya
    jika ada salah saya dalam pengetikan saye meminta maaf,salam hormat terdalam saya, terima kasih

    BalasHapus

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About