Senin, 01 Juli 2013

Nama   : Chaerul Parsaulian Ginting
NIM    : 111201052


PENDAHULUAN
Taksonomi
Pohon Mindi (M. azedarach  L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh. Pohon Mindi menyukai  cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran  dan tahan terhadap salinitas tanah. Adapun  susunan taksonomi Mindi (M. azedarach  L.) menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2007), adalah sebagai berikut :
Divisi               :  Spermatophyta
Sub divisi         :  Angiospermae   
Kelas               :  Dicotyledonae   
Bangsa             :  Rutales  
Suku                :  Meliaceae   
Marga              :  Melia  
Jenis                 :  Melia azedarach L.
Nama dagang   :  Mindi
Nama daerah   :  Geringging, mementin, mindi (Jawa); rencik (Batak); mindi
kecil (Melayu); jempinis (NTB); belile, bere, embora,
kemel, lamoa, menga, mera (NTT).

Penyebaran dan Tempat Tumbuh  
            Pohon Mindi memiliki penyebaran alami di India dan Burma, banyak  ditanam di daerah tropis dan sub tropis, di Indonesia banyak ditanam di daerah Universitas Sumatera UtaraSumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Tanaman Mindi tumbuh pada daerah dataran rendah hingga  dataran tinggi, ketinggian 0-1200 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata per tahun 600-2000 mm, dapat  tumbuh pada berbagai tipe tanah. Tumbuh subur pada tanah berdrainase baik, tanah yang dalam, tanah liat berpasir, toleran terhadap tanah dangkal, tanah asin dan basa
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2007).
 
Morfologi
            Batang silindris, tegak, tidak berbanir, kulit batang (pepagan) abu-abu coklat, beralur membentuk garis-garis dan bersisik. Pada pohon yang masih muda memiliki kulit licin dan berlentisel, kayu gubal putih pucat, kayu teras coklat kemerahan. Daun majemuk ganda menyirip ganjil, anak daun bundar telur atau lonjong, pinggir helai daun bergerigi. Bunga majemuk malai, pada ketiak daun panjang malai 10-22 cm, warna keunguan, berkelamin dua (biseksual) atau bunga jantan dan bungan betina pada pohon yang sama. Buah bulat atau jorong, tidak membuka, ukuran 2-4 cm x 1-2 cm, kulit luar tipis, licin, berkulit kering keriput, kulit dalam keras, buah muda hijau, buah masak kuning, dalam satu buah umumnya terdapat 4-5 biji. Biji kecil 3,5 x 1,6 mm, lonjong, licin, warna coklat, biji kering warna hitam. Tinggi pohon sampai 30 m, panjang bebas cabang 20 m dan diameter sampai 185 cm
(Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2007).

Sifat Kayu
            Kayu teras berwarna merah coklat muda bersemu ungu, gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Serat lurus atau agak berpadu, berat jenis rata-rata 0,53. Penyusutan dari keadaan basah sampai kering tanur 3,3 % (radial) dan 4,1 % (tangensial). Kayu Mindi tergolong ke dalam kelas kuat III-II, setara dengan Mahoni, Sungkai dan Meranti Merah. Pengeringan alami, pada papan tebal 2,5 cm dari kadar air 37 % sampai 15 % memerlukan waktu 47 hari, dengan kecenderungan pecah ujung dan melengkung. Pengeringan kayu Mindi dalam dapur pengering dengan bagan pengeringan yang dianjurkan adalah suhu 60-80  % dengan kelembaban nisbi 80-40 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2007).
            Kayu Mindi memiliki arah serat lurus atau agak berpadu. Permukaan kayu agak licin. Berat jenis kering udara maksimum 0,65, minimum 0,42 dan berat kering udara rata-rata  0,53. Kayu Mindi termasuk kelas awet  V-IV. Sifat  pemesinan kayu  Mindi bervariasi dari baik sampai buruk, yaitu diserut dan diamplas dengan baik serta dapat dibuat lubang persegi dengan hasil sedang, tetapi pemboran, pembentukan dan  pembubutan memberi hasil buruk. Kayu Mindi dapat mengering tanpa cacat yang berarti (Indonesian Forest, 2007).  
PEMBAHASAN
Kegunaan kayu  
            Kayu Mindi  sudah terbukti baik sebagai bahan baku mebel untuk ekspor dan domestik. Sifat kayu Mindi yang sesuai untuk mebel adalah kayunya bercorak indah, mudah dikerjakan dan dapat mengering tanpa cacat. Mebel kayu Mindi dapat terdiri dari kayu utuh atau merupakan kombinasi antara kayu utuh dan panel kayu yang dilapisi vinir Mindi. Produk lantai kayu biasanya berupa parket atau mozaik. Bahan baku untuk lantai Mindi  yang berupa parket berupa  kayu lapis indah (multipleks) dan berupa produk perekatan terdiri dari 3 lapis kayu gergajian atau bagian bawah vinir sedangkan bagian atas dan tengah berupa kayu gergajian. Saat ini kayu gergajian  Mindi setebal 5 mm dipakai untuk bagian atas lantai parket 3 lapis dan produknya diekspor. Di sisi lain, kayu Mindi yang berukuran kecil dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat barang kerajinan.

Kulit kayu Mindi
            Pada (Sutisna, 1998) kulit kayu dan kulit akar mindi mengandung toosendanin dan komponen yang larut. Selain itu, juga terdapat alkaloid azaridine (margosina), kaempferol, resin, tanin, n-triacontane, ß-sitosterol,  dan  triterpene kulinone. Kulit akar kurang toksik dibanding kulit  kayu. Biji mengandung resin yang sangat beracun, 60% minyak lemak terdiri dari asam stearat, palmitat, oleat, linoleat, laurat, valerianat, butirat, dan sejumlah kecil minyak esensial sulfur. Buah mengandung sterol, katekol, asam vanilat, dan asam bakayanat. Daun mengandung alkaloid paraisina, flavonoid rutin, zat pahit, saponin, tanin, steroida, dan kaemferol. Menurut Sastrodihardjo (1990), kandungan kimia yang terdapat dalam kulit kayu mindi antara lain Alkaloid margosina, nieldenim, nimbin, nimbinin, sendanin, okhinin, okhininal, sikloeukalenol, sendanolakton, melianodiol, minyak atsiri, dan zat samak yang dapat menghambat pertumbuhan organisme perusak tanaman. Daun dan biji mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Kandungan  bahan  aktif mindi sama dengan mimba (Azadirachta indica) yaitu azadirachtin, selanin dan meliantriol. Namun kandungan bahan aktifnya lebih rendah dibandingkan dengan mimba sehingga efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan mimba sehingga efektivitasnya lebih rendah pula.

C. Harga Kayu Mindi
1. Harga di tingkat petani
            Harga kayu mindi di tingkat petani berkisar antara Rp. 35.000 s/d 250.000 per  pohon. Petani pada umumnya kurang memiliki informasi harga pasar kayu mindi, sehingga harga ditingkat petani relatif masih rendah. Selain terputusnya informasi harga pasar ditingkat petani, harga jual kayu mindi sangat dipengaruhi oleh  faktor topografi, jarak dari jalan raya ke jalan desa. Dalam pengangkutannya diperlukan tenaga kerja dan biaya cukup besar. Oleh sebab itu harga yang diterima ditingkat petani menjadi lebih rendah. Kesulitan lain adalah dalam penebangan mengingat lokasinya berada di kebun-kebun, apabila dalam penebangan menimpa tanaman milik orang lain seringkali harus membayar ganti rugi. Pada umumnya pohon mindi memiliki bagian batang yang bengkok atau cacat sehingga mempengaruhi harga jual ditingkat petani. Petani menjual kayunya dikebun-kebun, sawah-sawah kepada pedagang pengumpul dalam bentuk pohon/tegakan. Sehingga pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya eksploitasi cukup besar untuk penebangan dan pemotongan, dan pengangkutan ke tempat penumpukan sementara di tepi jalan mobil, dan biaya pengangkutan ke sawmill terdekat. Harga yang diterima ditingkat petani relatif rendah mengingat sebelum diangkut ke konsumen, biaya yang dikeluarkan pembeli/pedagang pengumpul cukup besar. Pada umumnya pedagang pengumpul mengeluarkan biaya eksploitasi 2 kali lebih besar dari harga kayu yang dibeli dari para petani. Sebagai contoh dengan harga beli 82 pohon Rp. 4.300.000,-, total biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul mencapai +/- Rp. 8.000.000,-(Tabel 3). Harga kayu per pohon yang diterima di tingkat petani berkisar antara Rp. 35.000 - Rp. 250.000,-.

2. Harga di tingkat pedagang pengumpul
            Pedagang pengumpul membeli dalam bentuk kayu bulat (logs) dari petani, lalu diolah menjadi kayu gergajian (sawn timber) sesuai ukuran pemesan. Pedagang pengumpul berfungsi sebagai pemasok baik industri mebeler maupun pemakai langsung rumah tangga. Pedagang pengumpul berfungsi sebagai penjual jasa dalam penyaluran produk kayu mindi dan bukan sebagai pembuat produk jadi. Jasa yang diperoleh dari aktivitasnya adalah margin yang diterima di tingkat petani dengan industri pengolah atau pemakai rumah tangga. Pedagang pengumpul tidak hanya menunggu pembeli atau penjual kayu, tetapi mencari pembeli dan penjual didaerah-daerah. Hubungan dengan pihak lain yang memiliki informasi tentang pohon mindi dan informasi harga pasar sangat diperlukan oleh pedagang pengumpul. Harga jual kayu ditingkat pedagang pengumpul dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : harga kayu ditingkat petani, biaya eksplotasi (penebangan, penyaradan/pengangkutan dan muat bongkar), biaya penggergajian di sawmill/rental kayu dan biaya pengeringan. Untuk mendapat kepercayaan, pedagang pengumpul harus memiliki cukup modal karena pembelian kayu secara tunai kepada petani. Selain diperlukan modal, pedagang pengumpul harus memiliki keterampilan dalam menaksir volume kayu dari pohon dalam kondisi berdiri dan pengurusan dokumen angkutan kayu (Pas Angkutan Kayu) dari instansi yang berwenang. Sebagai contoh untuk memperoleh sekitar 17 m³ logs diperlukan modal kerja sekitar Rp. 7 - 8 juta rupiah. Dari jumlah modal tersebut digunakan untuk biaya pembelian kayu, penebangan, pengangkutan dan penggergajian sampai pengeringan kayu. Harga kayu gergajian ditingkat pedagang pengumpul berkisar antara Rp.450.000 sampai Rp. 600.000 /m³. Kayu
yang dikirim sesuai dengan pesanan/order yang sudah ditetapkan perusahaan mebeler (Perusahaan Pemesan Kayu). Dalam pengiriman barang perlu dilengkapi
dengan dokumen Pas Angkutan Kayu dari instansi terkait. Setiap perusahaan pemesan menerima kayu mindi sesuai dengan pesanan (spesifikasi) dari perusahaan, misalnya A1,A2,A3 dan B serta dengan ketebalan kayu antara 1,3 cm
s/d 4,8 cm, lebar kayu antara 3,3 cm sampai dengan 10 cm up dan panjangnya antara 38 cm sampai 2m atau di atas 2 m.

3. Harga kayu gergajian di tingkat industri pengolahan kayu mindi.
            Harga beli di tingkat industri pengolahan kayu mindi Rp. 800.000 sampai Rp. 1.850.000 per m³ frangko industri (pembeli). Harga ini ditentukan oleh industry pengolahan kayu mindi berdasarkan beberapa kriteria fisik papan (kayu gergajian). Kayu mindi di pasarkan mulai dalam bentuk kayu bundar, papan gergajian sampai barang jadi (mebeler), dan melibatkan berbagai pelaku pasar mulai dari petani, pedagang pengumpul, industri penggergajian sampai pengrajin mebeler. Petani sebagai pemilik tanaman mindi, biasanya menjual kayu mindi masih berupa pohon kepada pedagang pengumpul di desa. Semua biaya penebangan, pemotongan dan penarikan menjadi tanggungan pedagang pengumpul. Kayu bundar mindi oleh pedagang pengumpul di desa-desa diolah menjadi bentuk kayu gergajian sesuai pesanan dari industri pengolahan kayu moulding dan mebel atau pesanan konsumen lainnya. Industri pengolahan kayu di sekitar Jabotabek mengolah kayu mindi menjadi produk jadi untuk diekspor ke luar negeri atau dipasarkan di dalam negeri. Suatu industri pengolahan kayu dapat berfungsi sebagai eksportir dan umumnya mengandalkan lebih dari satu pemasok kayu mindi.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Peluang pemasaran kayu mindi cukup terbuka setelah beberapa industry pengolahan kayu beralih mengolah bahan baku dari kayu jati dan mahoni ke jenis kayu mindi.
2.      Harga kayu mindi di tingkat petani berkisar antara Rp. 250.000 s/d 300.000/m³ kayu bulat (logs), lebih mahal dari harga kayu sengon Rp. 100.000 s/d 150.000,- per m³ namun jauh lebih murah dari harga kayu mahoni Rp. 800.000 s/d 1.000.000,- per m³.
3.      Kayu mindi termasuk jenis kayu cepat tumbuh, pada umur 5- 10 tahun dapat dipanen. Kayu mindi tahan terhadap serangan hama dan penyakit jika disbanding dengan tanaman kayu lainnya (sengon). Kayu dapat tumbuh tanpa perawatan yang intensif.
4.      Tantangan pemasaran bagi petani antara lain kurang memiliki informasi harga pasar.
5.      Budidaya kayu mindi belum dilakukan secara intensif oleh masyarakat maupun instansi terkait ( Kehutanan, Pemda dan BUMN serta HP-HTI).
6.      Industri pengolahan kayu mindi sangat selektif terhadap kualitas kayu yang dibeli dari pemasok.

Saran
            Dewasa ini kebutuhan akan kayu semakin meningkat, disisi lain produktivitas kayu dari tahun ke tahun semakin menurun. Untuk itu perlu adanya peralihan dalam pengolahan kayu meubel yang berbahan kayu kuat namun lama tumbuh, beralih pada kayu yang cukup kuat dengan waktu panen yang cepat. Dengan hal itu dapat menutupi kekurangan kebutuhan kayu yang ada.

2 komentar:

  1. Pak. Ada pohon kayu mindi 100, ukuran 80-100 cm , mau di tebasin aja. Minat ? Hub 082233853435

    BalasHapus
  2. apakah cukup bila dalam proses pemeliharaan pohon, hanya diberi pupuk organik saja?

    BalasHapus

Blogger templates

Blogger news

Blogroll

Blogger templates

About